Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan segala isinya

serta proses pembentukannya. Objek utama pada ilmu geologi adalah batuan.

Batuan ini terbagi menjadi beberapa jenis, salah satunya yaitu batuan beku. Di

alam, batuan beku memiliki keanekaragaman jenis. Karena itu, klasifikasi dan

penamaan terhadap batuan beku perlu dilakukan demi kemudahan dalam

pengenalan dan pemanfaatannya. Klasifikasi batuan beku dapat dilakukan

berdasarkan tekstur, mineralogi, dan komposisi kimia.

Oleh karena itu, dilakukan praktikum pada laboratorium petrologi acara

batuan beku asam dengan harapan praktikan mampu memahami dan

mendeskripsikan serta menentukan nama batuan tersebut melalui pengamatan

langsung sebagai modal dasar menjadi seorang geolog.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum kali ini yaitu untuk mengenal dan mengetahui

karakteristik batuan. Adapun tujuan dari praktikum sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui ciri fisik batuan beku asam.

2. Untuk mengetahui kegunaan batuan beku

3. Untuk mengetahui nama batuan yang dideskripsi.


1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum sebagai

berikut.

1. ATM

2. Buku Rocks and Mineral

3. Pensil Warna

4. Komparator batuan beku dan batuan sedimen

5. HCL 0,1 M

6. Kaca pembesar (Lup)

7. LKP

8. Alat uji kekerasan (kawat, paku, kaca, kikir baja)

9. Magnet

10. Lap kasar dan lap halus


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan

Pengetahuan atau Ilmu Geologi didasarkan kepada studi terhadap batuan.

Diawali dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian

bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan,

dataran-dataran di benua hingga didalam cekungan dibawah permukaan laut.

Kemanapun anda menoleh, maka anda selalu akan bertemu dengan benda yang

dinamakan batu atau batuan. Sebut saja kerakal di halaman rumah, kemudian di

jalan yang landasannya atau bagian tepinya dibuat dari batu. Di dasar atau tebing

sungai, bahkan menengok bagian dari rumah anda mungkin sebagian besar terbuat

dari batu. Batu atau batuan yang anda lihat dimana-mana itu, ada yang sama

warna dan jenisnya, tetapi juga banyak yang berbeda. Tidak mengherankan

apabila batuan merupakan bagian utama dari Bumi kita ini. (Djauhari Noor, 2009)

Berdasarkan persamaan dan perbedaan tadi, maka kita berupaya untuk

mengelompokannya. Dari hasil pengamatan terhadap jenis-jenis batuan tersebut,

kita dapat mengelompokkannya menjadi tiga kelompok besar, yaitu batuan beku,

batuan sedimen, dan batuan malihan atau metamorf. Penelitian-penelitian yang

dilakukan oleh para ahli Geologi terhadap batuan, menyimpulkan bahwa antara

ketiga kelompok tersebut terdapat hubungan yang erat satu dengan lainnya, dan

batuan beku dianggap sebagai “nenek moyang” dari batuan lainnya. Dari sejarah

pembentukan Bumi, diperoleh gambaran bahwa pada awalnya seluruh bagian luar

dari Bumi ini terdiri dari batuan beku. Dengan perjalanan waktu serta perubahan

keadaan, maka terjadilah perubahan-perubahan yang disertai dengan pembentukan


kelompok-kelompok batuan yang lainnya. Proses perubahan dari satu kelompok

batuan ke kelompok lainnya, merupakan suatu siklus yang dinamakan daur

batuan. Melalui daur batuan ini, juga dapat diruntut proses-proses geologi yang

bekerja dan mengubah kelompok batuan yang satu ke lainnya. Konsep daur

batuan ini merupakan landasan utama dari Geologi Fisik yang diutarakan oleh

James Hutton. Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari

pendinginan dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan

silikat, akan diikuti oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung dibawah

atau diatas permukaan Bumi melalui erupsi gunung berapi. Kelompok batuan

beku tersebut, apabila kemudian tersingkap dipermukaan, maka ia akan

bersentuhan dengan atmosfir dan hidrosfir, yang menyebabkan berlangsungnya

proses pelapukan. (Djauhari Noor, 2009)

Gambar 2.1 Siklus Batuan


Melalui proses ini batuan akan mengalami penghancuran. Selanjutnya,

batuan yang telah dihancurkan ini akan dipindahkan/digerakkan dari tempatnya

terkumpul oleh gayaberat, air yang mengalir diatas dan dibawah permukaan,

angin yang bertiup, gelombang dipantai dan gletser dipegunungan-pegunungan

yang tinggi. Media pengangkut tersebut juga dikenal sebagai alat pengikis, yang

dalam bekerjanya berupaya untuk meratakan permukaan Bumi. Bahan-bahan yang

diangkutnya baik itu berupa fragmen-fragmen atau bahan yang larut, kemudian

akan diendapkan ditempat-tempat tertentu sebagai sedimen. Proses berikutnya

adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat lepas, menjadi batuan yang

keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral dalam larutan,

dan kemudian disebut batuan sedimen. Apabila terhadap batuan sedimen ini

terjadi peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat dari penimbunan dan atau

terlibat dalam proses pembentukan pegunungan, maka batuan sedimen tersebut

akan mengalami ubahan untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, dan

terbentuk batuan malihan atau batuan metamorfis. Apabila batuan metamorfis ini

masih mengalami peningkatan tekanan dan suhu, maka ia akan kembali leleh dan

berubah menjadi magma. Panah-panah dalam gambar, menunjukan bahwa

jalannya siklus dapat terganggu dengan adanya jalan-jalan pintas yang dapat

ditempuh, seperti dari batuan beku menjadi batuan metamorfis, atau batuan

metamorfis menjadi sedimen tanpa melalui pembentukan magma dan batuan

beku. Batuan sedimen dilain pihak dapat kembali menjadi sedimen akibat

tersingkap ke permukaan dan mengalami proses pelapukan. (Djauhari Noor, 2009)


2.2 Pengertian Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah

jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif

(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma

ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di

mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu

dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau

perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil

dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

(Graha, 1987)

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun

(1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang

pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan

bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.

Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air,

CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab

mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral

yang lazim dijumpai dalam batuan beku. (Graha, 1987)

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke

permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut

dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-

mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan

Bowen’s Reaction Series. Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu


sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan

komposisi mineral batuan beku. Batuan beku terbagi menjadi dua yaitu batuan

beku intrusif dan batuan beku ekstrusif. (Graha, 1987)

Gambar 2.2 Proses Pembentukan Batuan Beku

Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang membeku dan membatu di

bawah permukaan atau di dalam kerak bumi, dikelilingi oleh batuan asal (biasa

disebut country rock). Magma mendingin secara perlahan, dan sebagai hasilnya,

batuan beku ini berbutir kasar. Butiran mineral di batuan ini dapat dengan mudah

diidentifikasi dengan mata telanjang. Batuan intrusi juga dapat diklasifikasikan

sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuh intrusi dan hubungannya dengan formasi

lainyang diintrusinya. Formasi intrusi yang khas adalah batolit, stok, lakolit, sill

dan dike. (Djauhari Noor, 2012)

Ketika magma membeku di dalam kerak bumi, magma mendingin

perlahan membentuk batuan bertekstur kasar, seperti granit, gabro, atau diorit.

Lubang inti dari pegunungan utama terdiri dari batuan beku intrusif, biasanya

granit. Ketika terkena oleh erosi, inti atau core tersebut (disebut batolit) dapat

menempati area besar dari permukaan bumi. Batuan beku intrusif Berbutir kasar
yang terbentuk pada kedalaman di dalam kerak yang disebut sebagai abisal;

batuan beku intrusif yang terbentuk di dekat permukaan yang disebut hipabisal.

Gambar 2.3 Batuan Beku Intrusi

Batuan beku ekstrusif, juga dikenal sebagai batuan vulkanik, terbentuk di

permukaan kerak sebagai akibat dari pencairan sebagian batuan dalam mantel dan

kerak. Batuan beku ekstrusif dingin dan mengeras lebih cepat daripada batuan

beku intrusif. Mereka dibentuk oleh pendinginan magma cair di permukaan bumi.

Magma, yang dibawa ke permukaan melalui celah atau letusan gunung berapi,

membeku pada tingkat yang lebih cepat. Oleh karena batu batuan jenis ini halus,

kristalin dan berbutir halus. Basalt adalah batuan beku ekstrusif umum dan

membentuk aliran lava (lava flow), lembar lava (sheeting lava) dan dataran tinggi

lava (Lava plateau). Beberapa jenis basalt membantu membentuk kolom poligonal

lama. Giant's Causeway di Antrim, Irlandia Utara adalah salah satu contohnya.

Batuan cair, dengan atau tanpa kristal ditangguhkan dan gelembung gas, disebut

magma. magma naik keatas karena densitas yang lebih rendah dibanding batuan

yang mereka ciptakan. Ketika magma mencapai permukaan dari bawah air atau

udara, magma disebut lava. Letusan gunung berapi ke udara yang disebut
subaerial, sedangkan yang terjadi di bawah laut yang disebut submarin. black

smokers dan pematang tengah samudera merupakan contoh dari aktivitas gunung

berapi bawah laut. (Djauhari Noor, 2012)

Magma yang meletus dari sebuah gunung berapi berperilaku sesuai dengan

viskositas, ditentukan oleh temperatur, komposisi, dan konten kristal. Magma

suhu tinggi, yang sebagian besar komposisinya adalah basaltik , berperilaku dalam

cara yang mirip dengan minyak tebal dan, ketika mendingin, seperti karamel.

Aliran basalt yang panjang dan tipis dengan permukaan pahoehoe sangat umum

terbentuk pada magma jenis ini. Komposisi intermediet magma, seperti andesit,

cenderung membentuk cerobong kerucut yang terdiri atas campuran abu, tufa dan

lava, dan mungkin memiliki viskositas yang sama dengan molase tebal dan dingin

atau bahkan karet saat meletus. Magma felsik, seperti riolit, biasanya meletus

pada suhu rendah dan 10.000 kali lebih kental dibandingkan basalt. Gunung

berapi dengan magma riolitik umumnya meletus eksplosif, dan aliran lava riolitik

biasanya terbatas dalam luasan dan memiliki lereng yang curam, karena magma

yang begitu kental. (Djauhari Noor, 2012)

Magma felsik dan menengah yang meletus sering terjadi secara merusak,

dengan ledakan didorong oleh dikeluarkannya gas terlarut-biasanya uap air, juga

karbon dioksida. Material piroklastik yang meletus secara eksplosif disebut tefra

dan termasuk tufa, aglomerat dan Ignimbrit. Abu vulkanik halus juga meletus dan

membentuk deposit abu tufa yang sering dapat menutupi daerah yang luas. Karena

lava mendingin dan mengkristal dengan cepat, batuan ini berbutir halus. Jika

pendinginan begitu cepat sehingga mencegah pembentukan bahkan kristal-kristal

kecil setelah ekstrusi, batuan yang dihasilkan mungkin sebagian besar kaca/gelas
(seperti batuan obsidian). Jika pendinginan lava terjadi lebih lambat, batuan akan

kasar. Karena mineralnya sebagian besar halus, jauh lebih sulit untuk

membedakan antara berbagai jenis batuan beku ekstrusif dibandingkan antara

berbagai jenis batuan beku intrusif. Umumnya, konstituen mineral halus batuan

beku ekstrusif hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan sayatan tipis dari

batuan di bawah mikroskop polarisasi, sehingga hanya klasifikasi perkiraan yang

dapat dibuat di lapangan. (Djauhari Noor, 2012)

Gambar 2.4 Batuan Beku Ekstrusif

2.3 Struktur Batuan Beku

2.3.1 Batuan Beku Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang

memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi

pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat

seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan

c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah

poligonal seperti batang pensil.

d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-

gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan

beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral

lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit

g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran

mineral pada arah tertentu akibat aliran (Djauhari Noor, 2009)

2.3.2 Batuan Beku Intrusif

1. Konkordan

Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis

jenis dari tubuh batuan ini yaitu :

a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan

disekitarnya.

b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana

perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan

tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolith

berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.

c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu

bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter


yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan

kedalaman ribuan meter.

d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah

terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai

ribuan kilometer

2. Diskordan

Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya.

Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu :

a. Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan

memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa

sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.

b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu

> 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.

c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya

lebih kecil. (Djauhari Noor, 2009)

2.4 Tekstur Batuan Beku

Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan

temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma

ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat

pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur

yang berbeda. Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan

tekanan yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama

maka mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem


kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi

pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-

mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal tertentu,

sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem kristal, dan

mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil. Berdasarkan hal di atas

tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan :

1. Tingkat kristalisasi

a. Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh

kristal.

b. Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas.

c. Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh

gelas.

2. Ukuran butir

a. Faneritik, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh

mineral-mineral yang berukuran kasar.

b. Afanitik, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral

berukuran halus.

3. Bentuk kristal

Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali

biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya

mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang

terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:

a. Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

b. Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna


c. Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

4. Berdasarkan keseragaman antar butirnya, antara lain :

a. Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama

b. Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama

(Djauhari Noor, 2009)


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sampel Pengenalan Mineral

Dalam praktikum yang telah dilakukan terdapat lima sampel batuan yang

telah diamati.

3.1.1 Sampel 1
4.
5.
6.
7.

Pada no. urut pertama merupakan jenis batuan beku intermediet dengan

warna segar putih keabuan dan warna lapuk kecoklatan. Kristanilitas hipokristalin

merupakan massa dasar batuan yang terdiri dari kristal dan massa gelas.

Granularitas faneroporfiritik merupakan fenokris terdapat pada masa dasar kristal

kecil yang fanerik. Bentuk mineral dari euhedral sampai subhedral. Relasi

inequigranular merupakan ukuran butir dari kristal yang menyusun batuan hampir

sama besar. Struktur pada batuan yaitu amigdaloidal merupakan struktur vesikuler

yang terisi oleh mineral mineral lainnya. Komposisi mineral pada batuan yaitu

kuarsa, piroksen, oligoklas, dan massa dasar. Berdasarkan deskripsi di atas maka

batuan tersebut yaitu Kuarsa Diorit Porpiri.


Diorit dapat digunakan untuk batu ornamen dinding, maupun lantai

bangunan gedung, pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain.

3.1.2 Sampel 2

Pada no. urut kedua dengan no peraga 22 merupakan jenis batuan beku

asam dengan warna segar putih dan warna lapuk kecoklatan. Kristanilitas

hipokristalin merupakan massa dasar batuan yang terdiri dari kristal dan massa

gelas. Granularitas porfiroafanitik merupakan fenokris terdapat pada masa dasar

kristal yang afanitik. Bentuk mineral dari subhedral sampai anhedral. Relasi

inequigranular merupakan ukuran butir dari kristal yang menyusun batuan hampir

sama besar. Struktur pada batuan yaitu kompak merupakan struktur yang kompak

dari mineral yang tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral dan

bentuk aliran. Komposisi mineral pada batuan yaitu kuarsa, plagioklas, piroksen,

ortoklas, dan massa dasar. Berdasarkan deskripsi di atas maka batuan tersebut

yaitu Granit.

Kekuatan batu granit sangat baik untuk dijadikan bahan bangunan.

Kilaunya yang menawan merupakan ciri utama dari batu ini. Granit juga baik

untuk diletakkan di dalam maupun di luar ruangan sebab batu ini tahan akan cuaca

panas dan dingin, serta tahan asam.


3.1.3 Sampel 3

Pada no. urut ketiga dengan no peraga BBB 27 merupakan jenis batuan

beku basa dengan warna segar hitam dan warna lapuk abu-abu. Kristanilitas

hipokristalin merupakan massa dasar batuan yang terdiri dari kristal dan massa

gelas. Granularitas porfiroafanitik merupakan fenokris terdapat pada masa dasar

kristal yang afanitik. Bentuk mineral dari subhedral sampai anhedral. Relasi

equigranular merupakan ukuran butir dari kristal yang menyusun batuan hampir

sama besar. Struktur pada batuan yaitu kompak merupakan struktur yang kompak

dari mineral yang tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral dan

bentuk aliran. Komposisi mineral pada batuan yaitu plagioklas, piroksen, dan

massa dasar. Berdasarkan deskripsi di atas maka batuan tersebut yaitu Basal

Porpiri.

Batuan Basal porpiri kadang-kadang mengandung sejumlah mineral logam

yang bernilai ekonomis. Basal porpiri mengandung sejumlah besar mineral

ilmenit yang dapat ditambang sebagai penghasil titanium. Terkadang basal porpiri

dapat bertindak sebagai batuan sumber (source rock) dari nikel, kromium atau

platinum.
3.1.4 Sampel 4

Pada no. urut keempat dengan no peraga BBB 15 merupakan jenis batuan

beku basa dengan warna segar hitam dan warna lapuk kecoklatan. Kristanilitas

holohyalin merupakan massa dasar batuan yang terdiri dari kaca/gelas.

Granularitas afanitik merupakan kristal-kristal penyusunnya tidak tampak jelas.

Bentuk mineral dari anhedral. Relasi equigranular merupakan ukuran butir dari

kristal yang menyusun batuan hampir sama besar. Struktur pada batuan yaitu

kompak merupakan struktur yang kompak dari mineral yang tidak menunjukkan

adanya pori-pori, penjajaran mineral dan bentuk aliran. Komposisi mineral pada

batuan yaitu kuarsa, plagioklas, piroksen, olivin, dan massa dasar. Berdasarkan

deskripsi di atas maka batuan tersebut yaitu Basal.

Batu basal digunakan untuk berbagai macam keperluan. Batu basal sering

dihancurkan untuk digunakan sebagai agregat dalam proyek kontruksi. Selain itu

basal juga dapat dimanfaatkan sebagai pondasi jalan (landasan), agregat beton,

agregat aspal/trotoar, dan ballast kereta api.


3.1.5 Sampel 5

Pada no. urut kelima dengan no. peraga 22 merupakan jenis batuan beku

ultrabasa dengan warna segar hijau tua dan warna lapuk kekuningan. Kristanilitas

holokristalin merupakan massa dasar batuan yang terdiri dari kristal. Granularitas

faneritik merupakan kristal mineral penyusunnya tampak jelas. Bentuk mineral

dari subhedral sampai anhedral. Relasi equigranular merupakan ukuran butir dari

kristal yang menyusun batuan hampir sama besar. Struktur pada batuan yaitu

kompak merupakan struktur yang kompak dari mineral yang tidak menunjukkan

adanya pori-pori, penjajaran mineral dan bentuk aliran. Komposisi mineral pada

batuan yaitu olivin. Berdasarkan deskripsi di atas maka batuan tersebut yaitu

Dunit.

Dunit banyak digunakan sebagai bahan bangunan, dekorasi bangunan

karena warnanya yang khas yaitu hijau.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini sebagai

berikut.

1. Ciri fisik yang dimiliki oleh suatu batuan dapat digunakan untuk

mengenali jenis maupun nama mineral. Sifat fisik batuan khususnya

batuan beku dapat berupa warna, tekstur, struktur, dan komposisi

mineralnya. Sifat fisik pada batuan beku ini merupakan sifat yang khas

dan unik karena sifat ini merupakan penciri dari suatu batuan.

2. Batuan memiliki kegunaan yang sangat beragam. Batuan tak pernah lepas

dari kehidupan kita sehari-hari, seperti alat-alat yang kita gunakan setiap

harinya, bahan bangunan, kosmetik, maupun perhiasan. Oleh karena itu

batuan sangat diperlukan dalam kehidupan.

3. Berdasarkan pendeskripsian dari kelima sampel, dapat diketahui pada

sampel 1 adalah Kuarsa Diorit Porpiri, sampel 2 adalah Granit, sampel 3

adalah Basal Porpiri, sampel 4 adalah Basal dan sampel 5 adalah Dunit.

4.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum kali ini yaitu sebaiknya menyediakan

tempat yang lebih lapang sehingga praktikan leluasa dalam mendeskripsi sampel

mineral maupun mencatat sesuatu.


DAFTAR PUSTAKA

Graha, Setia, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung : Nova

Mottana, Annibelle. 1975. Rocks and Minerals. New York: Simon and Schuster
Inc.

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor : PT. Graha Ilmu.

Noor, Djauhari. 2012. Geologi Dasar. Bogor : PT. Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai