Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan
kesehatan merupakan amanah yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal
28 H ayat (1). Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan
diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan ini dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan termasuk didalamnya adalah pelayanan
Keluarga Berencana (KB) yang juga memperhatikan fungsi sosial, nilai, norma agama,
sosial budaya, moral, dan etika profesi.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang paling dasar dan
terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Melalui
program pelayanan puskesmas, diharapkan akan tercapai masyarakat yang mandiri
menuju sehat sesuai dengan visi Departemen Kesehatan. Program puskesmas terdiri
dari program kesehatan dasar yaitu Program Promosi Kesehatan, Program Kesehatan
Ibu dan Anak, Program keluarga Berencana, Program Pemberantasan Penyakit
Menular, Program Peningkatan Gizi, Program Kesehatan Lingkungan, Program
Pengobatan, dan program kesehatan pengembangan yaitu Program Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat, program Laboratorium, Program Kesehatan Sekolah, Program
Perawatan Kesehatan Masyarakat, Program Kesehatan Jiwa, dan Program Kesehatan
Gigi (Mubarak, 2009).
Salah satu program pokok pelayanan kesehatan di puskesmas adalah pelayanan
keluarga berencana ( KB ). Pelayanan KB yaitu program pelayanan kesehatan di
Puskesmas yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia
Subur) untuk berpartisipasi sebagai peserta KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas
serta pelayanan bayi dan balita. (Konas, 2003; WHO, 2002)
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket

Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius,

karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat
meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya

paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari

pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang

berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga

Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/

masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari

Saifuddin, 2003).

Guna menunjang sistem pelayanan KB yang berkualitas perlu dibangun sistem


pelayanan yang prima. Dalam hal ini sistem pelayanan KB setidaknya harus memenuhi
standar minimal pelayanan yang harus ada. Untuk itu perlu adanya pedoman pelayanan
yang harus mendasari pelayanan keluarga berencana. Sebagai dasar dan pedoman
pelayanan KB untuk bisa mewujudkan sistem pelayanan KB prima dan berkualitas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan akses, kualitas, dan keamanan pelayanan keluarga berencana di
puskesmas
2. Tujuan Khusus
a.Tersedianya tatalaksana administrasi dan manajemen pelayanan keluarga
berencana di Puskesmas Batangsari
b.Tersedianya sistem pelayanan KB dan komunikasi informasi edukasi ( KIE ) di
fasilitas kesehatan tingkat pertama ( FKTP ).
c.Terwujudnya koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan pelayanan KB
d.Tersedianya panduan dalam peydiaan fasilitas, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam pelayanan KB.
e.Tersedianya panduan kebutuhan dan kompetensi tenaga pelayanan KB.
f. Tersedianya panduan pola pembiayaan pelayanan KB.
C. Sasaran
Sasaran program pelayanan KB di puskesmas adalah :
1. Pasangan usia subur
2. Klien pasca persalinan dan pasca keguguran
3. Pasangan yang infertil
4. Masyarakat
D. Ruang lingkup pelayanan KB di puskesmas
1. Semua jenis pelayanan kontrasepsi berikut penangan efek samping, komplikasi Dan
kegagalan pelayanan kontrasepsi,aborsi aman sesuai indikasi medis serta
Penanganan infertilitas sesuai dengan ketersediaan sumber daya puskesmas seperti
SDM, Fasilitas, Sarana Prasarana, dsb.
2. Pengorganisasian;
3. Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) KB dan kesehatan
reproduksi;
4. Tertib mekanisme pembiayaan pelayanan KB;
5. Penggerakan kesertaan ber-KB;
6. Jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi;
7. Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB;
8. Monitoring dan evaluasi pelayanan KB.

E. Definisi dan Batasan Operasional


1. Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat baik secara fi sik, mental dan
sosial serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem fungsi dan proses reproduksi.
2. Kontrasepsi dasar adalah jenis, metode alat dan obat kontrasepsi yang diberikan di
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan atau jejaringnya yang meliputi Pil, Suntik,
Kondom, Intra Uterine Device (IUD), dan Implan.
3. Alat dan Obat Kontrasepsi adalah alat dan obat kontrasepsi yang disediakan oleh
pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan formularium nasional.
4. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah metode kontrasepsi yang
masa efektifnya relatif lama dan terdiri dari Tubektomi/Metode Operasi Wanita
(MOW) dan Vasektomi/Metode Operasi Pria (MOP); IUD/Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) dengan masa berlaku 8 (delapan) sampai 10 (sepuluh) tahun dan
Implan/Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) dengan masa berlaku 3 (tiga) tahun.
5. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/ atau Masyarakat yang telah teregister dalam sistem BKKBN.
6. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama adalah fasilitas kesehatan yang termasuk
didalamnya berupa Puskesmas atau yang setara, praktik dokter, klinik pratama atau
yang setara dan rumah sakit kelas D pratama atau setara.
7. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan, memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan didalam menjalankan pelayanan
kesehatan. Dalam pedoman ini tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter,
bidan, perawat dan tenaga promosi kesehatan.
8. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan
yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
9. Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang non
spesialistik yang dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk
keperluan observasi, diagnosis, pengobatan dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
10. Rawat Inap Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat non spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan
medis lainnya, dimana peserta dan/atau anggota keluarganya dirawat inap paling
singkat 1 (satu) hari.
11. Pelayanan kesehatan darurat medis adalah pelayanan kesehatan yang harus
diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan, dan/atau kecatatan
sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan.
12. Sarana medis pelayanan Keluarga Berencana (KB) MKJP adalah sarana medis
yang menunjang pelayanan KB MKJP termasuk IUD kit, implan kit, Vasektomi Tanpa
Pisau (VTP) kit, laparoskopi, obgyn bed, minilap kit dan dry sterilization;
13. Sarana non-medis pelayanan KB MKJP adalah sarana non medis yang
menunjang pelayanan KB MKJP termasuk Alat Bantu Pengambilan Keputusan
(ABPK) dan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K);
14. Informed choice adalah proses pemilihan metode kontrasepsi oleh klien yang
didasari pada pemahaman tentang beberapa pilihan metode KB dan hal-hal yang
terkait dengan metode yang dipilihnya;
15. Informed consent adalah suatu persetujuan tindakan medis tertulis yang
menyatakan kesediaan dan kesiapan klien untuk ber-KB dengan metode suntik KB,
IUD, implan, Tubektomi dan Vasektomi setelah mendapatkan informed choice;
16. KIP/Konseling atau Komunikasi Inter-Personal/Konseling adalah proses
komunikasi dua arah antara konselor dengan klien yang bertujuan untuk membantu
klien dalam mengambil keputusan secara sukarela untuk memilih dan menggunakan
kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya;
17. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun
horizontal.
F. Landasan hukum
1. Permenkes no. 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat
2. Permenkes no. 590 tahun 2009 tentang pedoman pelayanan keluarga berencana
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Dokter umum terlatih
Adalah dokter yang berwenang melakukan pelayanan IUD, Implant, Suntikan,
pil dan kondom, sementara untuk pelayanan MOW dengan minilap dan MOP
memerlukan sertifikat tersendiri
2. Bidan
Adalah bidan terlatih yang diberi wewenang untuk membantu dokter dalam
memberikan pelayanan KB.
3. Perawat terlatih
Adalah perawat terlatih yang diberi wewenang untuk membantu dokter dalam
memberikan pelayanan KB
B. Distribusi ketenagaan dan tupoksi
1. Ketenagaan di puskesmas didistribusikan sesuai tupoksi, dimana hal itu
tercantum dalam struktur di puskesmas yang salah satunya termasuk
pelayanan KB puskesmas. Berikut struktur distribusi SDM :

Kapus

Kesekretariatan

UKM UKP

KIA Promkes farmasi RI PJ. Rawat jalan

PONED Poli KB
Jejaring pel. kes

PKD Pel. Kes. swasta

Keterangan :

Garis instruksi :

Garis koordinasi :
2. Tugas pokok dan fungsi
a. Kapus
1) Merupakan penanggungjawab utama dalam pelayanan KB puskesmas
2) Berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten dan BKKBN
setempat yang berkaitan dengan layanan KB puskesmas
b. Kesekretariatan
1) Bertanggungjawab atas pencatatan dan pelaporan pelayanan KB
di puskesmas
2) Mengevaluasi capaian kinerja layanan KB puskesmas
c. Penanggung jawab UKM
1) Bertanggung jawab atas program layanan KB di masyarakat wilayah
kerja puskesmas
2) Berkoordinasi dengan program pelaksana lapangan
d. UKP
1) Bertanggung jawab atas program layanan KB di dalam gedung puskesmas
2) Berkoordinasi dengan pelaksana pelayanan puskesmas.
e. Farmasi
1) Bertanggung jawab dalam penyediaan obat dan distribusinya.
2) Bertanggung jawab penyediaan alokon dan menjamin mutu,
keamanan alokon
f. PJ. Rawat jalan
1) Bertanggung jawab dalam pelayanan rawat jalan di puskesmas
g. Poli KB
1) Bertanggung jawab dalam pemberi pelayanan KB di puskesmas
2) Dibantu oleh tenaga pelayanan kontrasepsi yang terdiri dari dokter
umum terlatih, dan perawat terlatih.
3) Tenaga pelayanan kontrasepsi tersebut wajib memberikan pelayanan
KB sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku ( SPO ) serta
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar profesi.
4) Berkoordinasi dengan pelayanan kesehatan lain, yang terkait
dengan pelayanan KB.
h. Program KIA
1) Bertanggung jawab dalam pendataan peserta KB di desa wilayah
kerja puskesmas
2) Berkoordinasi dengan lintas sektor dalam pelaksanaan pelayanan KB
di masyarakat.
i. Promkes
1) Sebagai penanggung jawab promosi kesehatan di puskesmas
2) Dalam pelaksanaan kegiatan, berkoordinasi dengan unit – unit lain
sesuai kebutuhan
C. Jadwal kegiatan
Pelayanan KB di puskesmas dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan. Berikut
jadwal pelayanan KB di puskesmas Batangsari : senin sampai jumat jam 08.00 sampai
dengan 15.00 WIB, sedangkan hari sabtu 08.00 sampai dengan 12.00 WIB.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah ruang pelayanan KB


Berikut denah ruang pelayanan KB di puskesmas batangsari :

B. Standar Fasilitas
Dalam pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas, standar minimal fasilitas sarana
dan prasarana yang harus ada diantaranya :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Konseling kit
4. Timbangan berat badan
5. Obgyn bed
6. IUD kit
7. Implant removal kit
8. VTP kit
9. BP3K
10. Tempat cuci tangan
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Pelayanan KB di Puskesmas Batangsari meliputi berbagai kegiatan, diantaranya :
1. Identifikasi Klien
2. KIE
3. Pelayanan kontrasepsi
B. Metode pelayanan
1. Identifikasi klien
Kegiatan identifikasi klien dilakukan anamnesis pada klien terkait riwayat
kesehatan klien
2. KIE
Kegiatan ini dilakukan dengan metode penyuluhan pada klien terkait informasi
mengenai alat kontrasepsi yang tersedia di Puskesmas Batangsari.
3. Pelayanan kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional
(SPO) alat kontrasepsi yang dipilih oleh klien.
C. Langkah
1. Identifikasi Klien
Klien/ calon akseptor yang datang untuk dilayani KB di puskesmas Batangsari
pada
tahap awal akan melalui prosedur sebagai berikut
: a.Pasien baru :
1) Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam puskesmas serta datang
sendiri
2) Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh
petugas
3) Apabila mendapat KIE akan dilakukan KIE terlebih dahulu
b. Pasien lama
1) Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam puskesmas serta datang
sendiri
2) Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh
petugas
3) Apabila telah dilakukan KIE dan konseling sebelum ke puskesmas,
maka konseling yang diberikan berupa pemantapan pilihan.
c.Pasien dengan kasus khusus ( misalnya : efek samping, komplikasi, pasca
persalinan/keguguran) sebelum dilakukan KIE dan konseling maka
permasalahannya harus ditangani dengan baik terlebih dahulu.
d. Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB aktif, pelayanan KB
pasca persalinan di Puskesmas harus menjadi prioritas utama. Hal ini
berarti sebelum pasien pulang sudah diberi konseling KB.
2. Komunikasi informasi edukasi
a. Setelah dilakukan identifikasi pasien maka dilakukan kegiatan KIE.
b. Dalam KIE tersebut akan diberikan informasi mengenai berbagai metode
kontrasepsi yang tersedia di puskesmas.
c.KIE dapat diberikan oleh bagian promkes atau tenaga kesehatan yang sudah
terlatih dalam memberikan KIE.
3. Pelayanan kontrasepsi Dalam pelayanan kontrasepsi ini, prosedur yang
dilakukan sesuai dengan SPO pemasangan atau pencabutan alat kontrasepsi
yang dipilih klien.
BAB V
LOGISTIK

Logistik merupakan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian aliran yang efisien
dan efektif dari barang atau jasa dan informasi terkait mulai dari titik asal sampai titik
penggunaan untuk memenuhi keperluan pelanggan. Melihat hal tersebut, untuk menunjang
sistem pelayanan KB yang prima, perlu manajemen logistik yang memadai. Di puskesmas
Batangsari, manajemen logistik atau pengadaan kebutuhan pelayanan KB melalui beberapa
tahap diantaranya:

1. Perencanaan
Tujuan perencanaan tersebut adalah:
a. Menghindari kekosongan obat maupun alkon
b. Menghindari pengumpulan obat dan alkon
c. Menentukan anggaran
d. Tersedia jumlah dan jenis obat yang sesuai kebutuhan
e. Penggunaan obat dan alkon secara rasional
f. Pelayanan yang tepat mutu dan tepat waktu kepada pasien.

Kegiatan-kegiatan perencanaan tersebut meliputi:

a. Pemilihan jenis obat dan alkon.


b. Perhitungan, ialah perkiraan kebutuhan dan rencana pengadaan. Kegiatan perhitungan
dapat dilakukan dengan mengetahui data tentang:
1) stok awal dan sisa stok
2) penerimaan, pengelompokkan
3) pemakai, rata-rata per bulan
4) stok kosong
5) stok pengaman
6) Lead Time
c. Pengadaan atau Permintaan
Tujuan pengadaan logistik di pelayanan KB agar obat dan alkon yang dibutuhkan untuk
pelayanan KB dapat terjamin. Kegiatan pengadaan meliputi:
1) Pengadaan Rutin, dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
2) Pengadaan khusus, dilakukan di luar jadwal rutin yang disebabkan karena
kebutuhan yang meningkat dan atau kekosongan.
2. Penerimaan
Tujuan penerimaan ialah agar obat dan alkon yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh bagian pelayanan KB. Petugas penerima
melakukan fungsi pengecekkan yaitu memeriksa apakah jumlah, bentuk, jumlah kemasan
dan jenis obat/alkon sesuai dengan Laporan Pemakaian dan Lembar Penerimaan.
3. Penyimpanan
Tujuan penyimapanan ialah agar obat dan alkon yang diterima aman (tidak hilang),
terhindar dari keerusakan, mutu terjamin dan mempermudah pengaturan atau administrasi.
4. Distribusi
5. Pencatatan dan Pelaporan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Patient safety (keselamatan pasien) adalah pasien bebas dari harm (cedera) yang
termasuk didalamnya adalah penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial, penderitaan, cacat,
kematian, dan lain-lain yang seharusnya tidak seharusnya terjadi atau cedera yang potensial,
terkait dengan pelayanan kesehatan (KKP-RS, 2007). Untuk meningkatakan keselamatan
pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap sasaran – sasaran keselamatan pasien. Diamana
hal tersebut sudah menjadi ketetapan kepala puskesmas.

Indikator pengukuran sasaran keselamatan pasien seperti pada tabel berikut ini:

NO INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN TARGET

1. Ketepatan Identifikasi Pasien 100%

2. Ketepatan Pemberian Obat Kepada Paien 100%

3. Ketepatan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan ≥80%

4. Pengurangan Terjadinya Risiko Infeksi di Puskesmas ≥90%

5. Tidak Terjadinya Pasien Jatuh 100%

Tabel 1. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien

1. Ketepatan Identifikasi Pasien

Identifikasi pasien yang tepat dan mendetail meliputi: nama, umur, alamat, nomor rekam
medis pasien.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang
teridentifikasi tepat dibagi jumlah seluruh pasien yang dilayani.

Jumlah pasien yang teridentifikasi tepat

2. Ketepatan pemberian obat kepada pasien dimaksudkan agar tidak terjadi


kesalahan

identifikasi pada saat memberikan obat kepada pasien.


Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung pemberian obat yang tepat
sesuai identifikasi pasien dibagi jumlah seluruh pasien yang mendapat pelayanan obat.
Jumlah pasien yang tepat teridentifikasi dalam pemberian obat

3 Dalam melaksanakan tindakan medis dan keperawatan, petugas harus selalu


melaksanakannya sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi pasien yang akan
mendapatkan tindakan medis dan keperawatan perlu dilakukan sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pemberian prosedur. Pengukuran indikator dilakukan dengan cara
menghitung pelaksanaan tindakan medis dan keperawatan yang tepat sesuai prosedur
dibagi dengan seluruh tindakan medis yang dilakukan.

Jumlah tindakan medis dan keperawatan yang dilaksanakan sesuai prosedur


Jumlah seluruh tindakan medis dan keperawatan yang dilaksanakan

4. Pengurangan Terjadinya Risiko Infeksi di Puskesmas

Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas Puskesmas Watumalang wajib
menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan 7 langkah dengan
menggunakan sabun dan air mengalir. Tujuh langkah Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
harus
dilaksanakan pada lima keadaan, yaitu:

1. Sebelum kontak dengan pasien


2. Setelah kontak dengan pasien
3. Sebelum tindakan aseptik
4. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

Pengukuran terjadinya risiko infeksi di Puskesmas dilakukan dengan cara menghitung


jumlah petugas yang melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) 7 langkah pada 5
keadaan tersebut di atas dibagi dengan jumlah semua petugas pelayanan klinis.

5. Tidak Terjadinya Pasien Jatuh

Setiap pasien yang dirawat di Puskesmas Watumalang dilakukan pengkajian terhadap


kemungkinan risiko jatuh untuk meminimalkan risiko jatuh. Pencegahan terjadinya
pasien jatuh dilakukan dengan cara:

a. Memberikan identifikasi jatuh pada setiap pasien dengan pada setiap pasien
yang beresiko jatuh dengan memakaikan gelang berwarna kuning.
b. Memberikan intervensi kepada pasien yang beresiko serta memberikan
lingkungan yang aman.

Pengukuran terhadap tidak terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan cara menhitung
jumlah pasien yang jatuh dibagi dengan jumlah semua pasien yang dirawat.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja merupakan bagian penting dalam pemberian pelayanan. Keselamatan kerja
meliputi keamanan petugas dalam melakukan tindakan maupun keamanan dalam menerima
pengaduan dari klien. Hal – hal yang perlu dilakukan petugas dalam memberikan pelayanan KB
diantaranya :
1. Petugas hari melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2. Petugas memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang secara aman
setelah melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
3. Petugas harus sudah divaksinasi hepatitis B.
4. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
5. Petugas selalu melakukan desinfeksi
6. Petugas selalu melakukan sterilisasi
7. Petugas melakukan penandatanganan inform consent disetiap akan melakukan tindakan
pada pasien.
Penanggung jawab K3 wajib melaporkan kepada dokter tentang kemungkinan terjadinya
pajanan, apabila petugas sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan yang jelas tentang
penyebabnya
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN

Merupakan upaya untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelayanan KB di


puskesmas batangsari. Kegiatan ini meliputi :
1. Evaluasi / penilaian diri provider pelayanan ( internal )
Merupakan suatu proses untuk mengukur diri sendiri sejauh mana pelayanan yang telah
diberikan oleh provider yang bersangkutan sesuai dengan standar/pedoman yang
tersedia. Untuk melakukan penilaian tersebut, digunakan check list yang memuat
prosedur operasional pelayanan yang sudah diberikannya. Dengan penilaian diri
tersebut, secara bertahap provider akan terus dapa meningkatkan mutu pelayanan yang
diberikannya.
2. Pemantauan oleh tim mutu klinis ( eksternal )
Merupakan kegiatan untuk memantau kualitas mutu pelayanan yang diberikan di
puskesmas batangsari, Terutama di pelayanan KB. Pemantuan yang dimaksud antara
lain mencakup mutu interaksi petugas dengan klien melalui pengumpulan data, menilai
hasil pemantauan dengan membandingkan dengan pedoman pelayanan yang sudah
ditetapkan, evaluasi capaian indikator mutu pelayanan, identifikasi berbagai
permasalahan yang muncul berdasarkan hasil penilaian, urutan prioritas penyelesaian
masalah dan mencari jalan keluar tersebut serta menilai keberhasilannya.
BAB IX
PENUTUP

Secara garis besar pedoman ini memuat pokok-pokok mekanisme pelaksanaan


pelayanan KB di dalam gedung puskesmas maupun di luar gedung puskesmas ( PKD dan
Pustu ). Dengan tersusunnya pedoman ini diharapkan dapat terjadi keseragaman pemahaman
tentang pelaksanaan pelayanan KB di Puskesmas Batangsari.
Pedoman ini berlaku dan ditetapkan sejak diterbitkan dan bilamana terdapat hal-hal yang belum
diatur dan belum tercantum dalam pedoman ini, dapat diatur kemudian dengan melakukan
revisi atas buku pedoman ini.

Anda mungkin juga menyukai