Disusun Oleh :
Menik Ayu Nurhayati, S.ked
N 111 17 146
Pembimbing :
Drg. Elli Yane Bangkele, M.kes
dr. H. Syahriar, M.kes
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
variable yang dapat mempengaruhi insiden dan keparahan penyakit infeksi
saluran pernapasan akut.3
Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Dengan
melihat hal tersebut, diharapkan dokter dapat berperan dalam pencegahan, deteksi
dini, terapi maupun rehabilitasi dari infeksi saluran pernapasan akut ini. Oleh
karena itu, berikut akan dibahas mengenai salah satu kasus ISPA pada pasien anak
yang berobat ke Puskesmas Donggala pada bulan Desember 2018.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan refleksi kasus ini sebagai berikut :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat –Kedokteran Komunitas
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa faktor resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Donggala tahun 2018.
BAB II
PERMASALAHAN
3
Dilihat dari table diatas masalah yang menjadi prioritas pada kasus ISPA
ini adalah Asap Rokok, Lingkungan, dan Imunisasi.
Ket:
- Besar Masalah
1 : Tidak berdampak buruk
2 : berdampak buruk
3 : Menyebabkan dampak buruk
4 : Sangat menyebabkan dampak buruk
- Kegawatdaruratan
1 : Masih bisa ditangani seorang diri
2 : Bisa ditangani
3 : Sulit ditangani
4 :Segera dilakukan penanganan
- Kemungkinan diatasi
1 : Masih bisa diatasi
2 : bisa diatasi tetapi butuh proses
3 : Sulit diatasi
4 : Sangat sulit diatasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X (Asap Rokok) V 9
4
Y (Lingkungan) V 5
Z (imunisasi) V 6
Ket:
- Dilihat dari besarnya insidensi atau prevalensi
X (Asap Rokok) 3 4 4 11
Y (Lingkungan) 3 2 2 7
Z (Imunisasi) 3 2 2 7
1 2 3 4 5
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
5
Z 1 1 1 1 1 1
Ket:
- 0 = Tidak
- 1 = Ya
e. PENETAPAN NILAI
ASAP ROKOK
NPD : (A+B) C = (9+11) 3= 20 x 3 = 60
NPT : (A+B) CxD = (9+11) 3x1 = 20 x 3 = 60
LINGKUNGAN
NPD : (A+B) C = (5+7) 3 = 15 x 3 = 45
NPT : (A+B) CxD = (5 +7) 3x1 = 15 x 3 = 45
IMUNISASI
NPD : (A+B) C = (6+7) 3 = 13 x 3= 39
NPT : (A+B) CxD = (6+7) 3x1 = 13 x 3 =39
KESIMPULAN
Masalah A B C NPD D NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)
ASAP ROKOK 9 11 3 60 1 60 1
LINGKUNGA 5 7 3 45 1 45 1
N
IMUNISASI 6 7 3 39 1 39 1
Kesimpulan dari rumus ini yaitu asap rokok dari pasien merupakan prioritas
masalah utama yang menempati urutan ke- 1.
6
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F
Agama : Islam
ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan batuk yang dialami sejak 3 hari yang lalu.
Batuk berlendir berwarna putih dan tidak ada keluhan sesak napas. Batuk disertai
pilek dengan sekret berwarna bening. Pasien juga mengalami demam yang naik turun
7
sejak 1 hari yang lalu tanpa disertai kejang dan nafsu makan berkurang. Tidak ada
Riwayat Pengobatan :
Pasien bersaudara 2 orang yang tinggal serumah dengan pasien. Tidak ada yang
Riwayat Antenatal
mengandung pasien.
Riwayat Natal
Pasien lahir normal dengan berat badan lahir 2900 gram, ditolong bidan, di
Riwayat Neonatal
8
Asupan Makanan :
Riwayat Imunisasi :
Pasien tinggal di rumah bersama dengan 7 orang lainnya yaitu kedua orang tua, 3
orang paman, bibi serta anaknya, kakek dan nenek pasien. Pasien memilki hubungan
yang baik dengan kedua orang tua serta kepada saudara-saudaranya. Pasien aktif
ekonomi menengah ke bawah. Ayah pasien lulusan SMA dan bekerja di pelabuhan,
sedangkan ibu pasien lulusan SMA dan tidak berkerja hanya sebagai ibu rumah
tangga.
Pasien makan dua kali sehari dengan lauk atau sayur seadanya. Biasanya pasien
juga diberi makan nasi, sayur dengan ikan atau telur, namun tidak teratur.
9
Ayah pasien seorang perokok aktif, ia dapat merokok dimana saja didalam
pasien terdiri dari ruang tamu, ruang TV, dua kamar tidur, dapur dan satu kamar
mandi yang digunakan untuk keperluan BAB dan mandi. Lantai rumah terbuat
dari teghel, dinding rumah dari beton, dan atap rumah terbuat dari seng dan ada
flafon. Ruang tamu, ruang TV, kamar dan dapur memiliki jendela dan
Sumber air yang digunakan sehari-hari adalah sumber air yang berasal dari pam,
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit Ringan Berat Badan : 9 kg
Kesadaran : Composmentis Tinggi Badan : 8o cm
Tanda Vital
Nadi : 96x/menit (Kuat angkat, regular)
Suhu : 370 C
Pernapasan : 24x/menit
10
pada hidung warna bening keputihan, tidak terdapat pernapasan
cuping hidung.
Tenggorokan : Tonsil T0-T0, faring hiperemis (-).
Thoraks
Perkusi : Tympani(+)
11
Ekstremitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KERJA
ANJURAN PEMERIKSAAN
TERAPI
PROGNOSIS
12
Dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
Aspek Klinis
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah suatu penyakit pernapasan akut
yang ditandai dengan gejala batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan sekret
yang berlangsung sampai dengan 14 hari. ISPA adalah penyakit infeksi yang
menyerang salah satu dan atau lebih bagian dari saluran pernapasan, mulai dari
hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura yang disebabkan oleh masuknya kuman (bakteri maupun virus) ke
dalam organ saluran pernapasan.1,4
ISPA dapat disebabkan oleh infeksi virus atau jamur. Gejala yang dapat
timbulkan berupa :
a. Batuk terjadi karena produksi mukus meningkat, sehingga terakumulasi pada
trakea yang kemudian menimbulkan batuk. Batuk juga bisa terjadi karena iritasi
13
pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif) kemudian
stelah timbul peradangan menghasilkan sputum (produktif).
b. Kesulitan bernapas akibat terakumulasi mukus ditrakea akan mengakibatkan
akan mengakibatkan saluran napas tersumbat.
c. Sakit tenggorokan terjadi akibat iritasi jalan nafas sehingga pembengkakan akan
merangsang ujung dendrite oleh nervus untuk menstimulasi pelepasan
kemoreseptor yaitu breadikinin dan serotonin sehingga terjadi perangsangan
nyeri pada tenggorokan.
d. Demam terjadi karena adanya infeksi jalan nafas, ini sebagai mekanisme
pertahanan tubuh dalam melawan mikroorganisme yang masuk.3,6
WHO telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahanya.
Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul dan telah
ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun pembagiannya
sebagai berikut
a. ISPA derajat ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala berikut:
Batuk.
Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara.
Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau sekret dari hidung.
Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba
dengan punggung tangan terasa panas.
b. ISPA derajat sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA derajat sedang jika dijumpai gejala
ISPA derajat ringan disertai gejala-gejala berikut :
Pernapasan >50x/menit pada anak berumur <1 tahun atau >40x/menit
pada anak berumur 1 tahun atau lebih.
Suhu tubuh lebih dari 390C.
Tenggorokan berwarna merah.
14
Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak.
Pernapasan berbunyi seperti mendengkur.
c. ISPA derajat berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA derajat berat jika dijumpai gejala ISPA
derajat ringan disertai gejala-gejala berikut :
Bibir atau kulit membiru.
Lubang hidung kembang kempis pada waktu bernapas.
Kesadaran menurun.
Pernapasan berbunyi dan anak tampak gelisah.
Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernapas.
Nadi cepat, >160x/menit atau tidak teraba
Tenggorokan berwarna merah
Penderita ini harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit, karena perlu mendapat
perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen atau cairan infuse.3,6
Menurut Depkes RI (1991), pembagian ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-
tanda klinis yang dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
a. Pneumonia berat
Tanda utama :
Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, serta gizi buruk.
Adanya tarikan dinding dada ke dalam.
Tanda lain yang mungkin ada: napas cuping hidung, suara rintihan,
sianosis
b. Pneumonia tidak berat
Tanda utama :
Tidak ada tarikan dinding dada kedalam
Disertai nafas cepat, >50x/menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun dan
>40x/menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun.
c. Bukan pneumonia
15
Tanda utama :
Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam
Tidak ada napas cepat, <50x/menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun dan
<40x/menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun.2,5
Pada kasus ini, pasien anak laki-laki berumur 2 tahun 7 bulan datang ke PKM
dibawa oleh ibunya dengan keluhan batuk yang dialami sejak 3 hari yang lalu. Batuk
berlendir berwarna putih dan tidak ada keluhan sesak napas. Batuk disertai pilek
dengan sekret berwarna bening. Pasien juga mengalami demam yang naik turun sejak
1 hari yang lalu tanpa disertai kejang dan nafsu makan berkurang. Tidak ada keluhan
mual-muntah. BAB lancar dan BAK lancar.2,5
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik
tanda-tanda vital nadi 96x/menit (kuat angkat, regular), suhu 37 0C, pernapasan
24x/menit. Dari pemeriksaan kepala tampak sekret pada hidung berwarna bening
keputihan dan tidak terdapat abnormalitas lainnya. Pada pemeriksaan toraks dan
abdomen tidak didapatkan kelainan. Sehingga berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik pada pasien ini didiagnosis dengan ISPA derajat ringan non
pneumonia.2,5
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab) : hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2. Pemeriksaan darah : pemeriksaan hitung darah, laju endap darah (LED)
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan
adanya trombositopenia.
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
Namun pada kasus ini, pemeriksaan penunjang tersebut belum perlu dilakukan 5,6
karena pasien di diagnosis dengan ISPA derajat ringan non pneumonia.
Pengobatan yang dapat diberikan antara lain :
1. Simptomatik
16
Analgesik-antipiretik untuk mengobati gejala demam : parasetamol dan
aspirin.
Kombinasi dekongestan dan anti alergi untuk pilek dan flu : dekongestan
(pseudoefedrin, fenilpropanolamin) dan anti alergi (diphenhidramin).
Ekspektoran untuk batuk berdahak : ammonium klorida.
Mukolitik untuk batuk berdahak : ambroxol, bromheksin,
gliserilgualakolat.
Antitusif untuk meringankan gejala batuk kering : dekstrometorfan.
2. Suportif
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat dan
pemberian multivitamin.
3. Antibiotik
Berdasarkan jenis kuman penyebab
Antibiotik tidak disarankan untuk ISPA yang disebabkan oleh virus
karena antibiotic tidak dapat membunuh virus. Antibiotik diberikan jika
gejala memburuk, terjadi komplikasi atau radang yang disebabkan
bakteri.4,5,6
Penanganan kunjugan awal dapat diberikan terapi simptomatik dan pemberian
vitamin tanpa pemberian antibiotic yang dapat dievaluasi 3 hari kemudian untuk
menentukan langkah selanjutnya yang perlu diambil. Antibiotic dapat diberikan pada
kasus pneumonia karena bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotic dapat
mengakibatkan kematian.5,6
Pada kasus ini, pasien diberikan terapi simptomatik berupa pemberian analgesik-
antipiretik, kombinasi dengan anti alergi, mukolitik dan vitamin untuk suportif.
Mengenai hal-hal yang dapat dilakukan untuk menunjang kesembuhan saat anak
menjalani perawatan di rumah. Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk
anak yang menderita ISPA antara lain :
Mengatasi demam
17
Untuk anak usia 2 bulan – 5 tahun demam dapat diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Memberikan kompres
dengan menggunakan kain bersih kemudian celupkan pada air hangat (tidak
perlu air es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang mudah ibu dapatkan yaitu dengan
perasan jeruk nipis ½ sendok the dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok
teh, diberikan 3x sehari. Pemberian madu tidak untuk anak berusia <1 tahun.
Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu
lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi
yang menyusui tetap diteruskan. Berikan makanan yang bervariasi untuk
memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral.
Pemberian minum
Usahakan pemberian cairan air putih, air buah dan sebagainya lebih banyak
dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang
berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang
lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap. Untuk penderita yang mendapat antibiotik,
selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan
dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan
antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke petugas
kesehatan untuk pemeriksaan ulang. Apabila selama perawatan dirumah keadaan
18
anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa ke dokter atau petugas
kesehatan.4,6
19
insiden ISPA adalah anak dengan jenis kelamin laki-laki. Hal tersebut sesuai
dengan kasus ini dimana terjadi ISPA pada anak laki-laki. 1,2,3
Status gizi
Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting untuk
terjadinya penyakit infeksi. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai
cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap infeksi. Jika keadaan
gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti
kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap serangan infeksi akan
menurun. Oleh karena itu, setiap bentuk gizi sekalipun dengan gejala defisiensi
yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan tubuh
terhadap penyakit infeksi. Pada kasus ini, pasien merupakan anak dengan gizi
yang cukup. 1,2,3
2) Faktor Lingkungan
Rumah
Rumah merupakan struktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk
tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang
diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan
keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu.
Menurut Depkes RI rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi
kriteria sehat minimum dari tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku)
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Minimum criteria sehat pada
masing-masing parameter adalah sebagai berikut :
Minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding,
lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
20
Minimum kelompok fasilitas pendukung rumah sehat adalah sarana air
bersih, jamban (sarana pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah
(SPAL) dan sarana pembuangan sampah.
Perilaku sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat untuk menitik
beratkan pada pengawasan terhadap struktur fisik yang digunakan sebagai
tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Lingkungan perumahan sangat berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya
penyakit menular terutama penyakit ISPA. Pada kasus ini, rumah pasien sudah
memenuhi kriteria minimum rumah sehat baik dari komponen rumah, fasilitas
pendukung dan perilaku sanitasi rumah sehingga menjadi faktor resiko terjadinya
ISPA. 1,2,3
Kepadatan Hunian
Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akan
mempunyai dampak kurangnya oksigen didalam ruangan sehingga daya tahan
tubuh penghuninya akan menurun, kemudian ceat timbulnya penyakit saluran
pernapasan seperti ISPA. Kepadatan dalam kamar terutama kamar anak yang
tidak sesuai dengan standar akan meningkatkan suhu ruangan yang disebabkan
oleh pengeluaran panas badan yang meningkatkan kelembaban akibat uap air
dari pernapasan tersebut. Dengan demikian, semakin banyak jumlah penghuni
suatu ruangan maka semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas
atau bakteri. Dengan banyaknya jumlah hunian maka kadar O2 akan menurun
dan kadar CO2 akan meningkat sehingga dampaknya yaitu penurunan kualitas
udara dalam ruangan. Pada kasus ini, pasien tinggal serumah lima orang lainnya
sehinngga tidak ada faktor resiko yang berkaitan dengan pasien.2,3
Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah bagi perokok aktif tetapi perokok pasif. Asap
rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia dan 200 diantaranya merupakan racun.
21
Tingginya prevalensi perokok pasif pada anak balita dan umur muda disebabkan
karena mereka tinggal serumah dengan orangtua ataupun saudaranya yang
merokok sehingga berpeluang menderita ISPA. Pada kasus ini pasien ini tinggal
serumah dengan ayahnya yang merupakan perokok aktif. Mereka dapat merokok
dimana saja bahkan ketika berkumpul bersama keluarga sehinnga salah satu
faktor resiko mengalami ISPA. 2,3
Polusi Udara
Rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah dapat
menyebabkan terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernapasan lainnya.
Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme
pertahanan pulmo sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernapasan.Pada
kasus ini ventilasi rumah sudah cukup memadai sehingga kualitas udara didalam
rumah menjadi cukup. Pembuangan serta pembakaran sampah juga dilakukan
ditempat khusus yang berada cukup jauh didepan rumah, sehingga tidak terlalu
mempengaruhi kualitas udara yang baik disekitar lingkungan rumah. 2,3
3) Pelayanan Kesehatan
Suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan serta gejala yang
ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin akan menjadi berat dan bila semakin
berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal.
Oleh karena itu, keluarga perlu mengeatahui serta mengamati tanda atau keluhan
secara dini dan kapan mencari pertolongan dan rujukan sistem pelayanan
kesehatan agar dapat mencegah keadaan penyakit tidak menjadi berat. Sehingga
peranan pelayanan kesehatan disamping sebagai tempat untuk mendapatkan
pengobatan diharapkan dapat juga memberikan edukasi pada pasien terkait tanda
bahaya ISPA agar pasien dapat segera mendapatkan pertolongan awal.
Diperlukan juga peranan instansi promosi kesehatan Puskesmas serta instansi
sanitasi untuk turut mengupayakan tindakan preventif sehingga morbiditas terkait
22
ISPA dapat ditekan. Pada kasus ini keluarga dan orang tua pasien telah diberikan
edukasi terkait ISPA serta tanda-tanda bahaya atau keluhan dini pneumonia dan
kapan mencari pertolongan dan rujukan pada sistem pelayanan kesehatan. Hal-
hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak
antara lain : 1,2,3
1) Menjaga keadaan gizi keluarga agar tetap baik. Memberikan ASI eksklusif
pada bayi.
2) Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istrahat yang cukup dan olahraga
teratur.
3) Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand
sanitizer setelah kontak dengan penderita ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
4) Melakukan imunisasi pada balita. Imunisasi yang dapat mencegah ISPA
diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT-Hib dan imunisasi PCV.
5) Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.
6) Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu. Segera
cuci tangan dengan air dan sabun setelah kontak dengan penderita ISPA.
7) Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak
menular ke anak atau anggota keluarga lainnya.
8) Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota
keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin
dapat dilakukan seperti anak sehat tidur terpisah dengan anggota keluarga
lain yang sedan sakit ISPA.
9) Upayakan ventilasi yang cukup dalam rumah/ruangan. 1,2,3
23
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
Angka kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Donggala masih tinggi
sebagai peringkat pertama dari sepuluh penyakit terbanyak, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor resiko yaitu :
1. Perilaku masyarakat yang masih kurang terhadap kebersihan diri dan
lingkungannya.
2. Lingkungan fisik (perumahan), ekonomi (pembiayaan) maupun sosial
(kondisi masyarakat sekitar pasien) yang masih kurang guna mendukung
pencapaian kondisi sehat dari masyarakat.
3. Pelayanan kesehatan yang belum maksimal dan kurang menjangkau
masyarakat akan terpenuhinya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
merubah pola pikir serta perilakunya dalam hal kesehatan pribadinya
maupun keluarganya.
24
II. Saran
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit ISPA dapat dilaksanakan
dengan mengaplikasikan lima tingkat pencegahan penyakit (five level
prevention), sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan (health promotion)
Promosi kesehatan dalam mencegah terjadinya penyakit tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
a. Meningkatkan penyuluhan mengenai ISPA ditempat-tempat yang
terjangkau oleh masyarakat.
b. Meningkatkan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat.
25
b. Meningkatkan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk
memungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Pada tingkat ini, pasien diberikan konseling tentang jika munculnya gejala
baru atau bertambah parah agar segera dibawa ke puskesmas, misalnya BAB
cair lebih banyak, lebih sering, disertai darah, muntah, rasa haus terus, dan
tidak mau minum, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
26
DOKUMENTASI
27
Gambar 1.2 Ruang Keluarga
28
Gambar 1.4 Tempat Memasak dan Menyimpan Air
29