Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : GANGGUAN RASA NYAMAN


(NYERI)

Disusun Oleh:
HANIFATUZUHRO SYAIFUDIN
NIM. 201910461011051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : GANGGUAN RASA NYAMAN
(NYERI)

Nama Mahasiswa : Hanifatuzuhro Syaifudin


NIM : 201910461011051
Nama Pembimbing dan Tanda Tangan :

(...............................................)
A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial (Internasional Assosiation for the Study of Pain [IASP],
2009). Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan
bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri
beragam dan tidak bisa disamakan satu sama lain (Asmadi, 2008).
Nyeri merupakan keadaan ketika individu mengalami sensasi
ketidaknyaman dalam merespons suatu rangsangan yang tidak
menyenangkan (Lynda Juall, 2012).
Nyeri bersifat sangat individual yang dipengaruhi aspek biologi,
sosial, dan spiritual. Secara umum, nyeri dikategorikan menjadi nyeri
akut dan nyeri kronik. Nyeri akut adalah nyeri kurang dari 6 bulan dan
nyeri Kronis adalah nyeri dengan durasi lebih dari 6 bulan (NANDA,
2018).
Pengkategorian tersebut sesuai dengan Smeltzer dan Barae (2010)
bahwa nyeri dinyatakan kronis jika telah timbul selama 6 bulan atau
lebih. Sementara itu, Igtavicius dan Woekman (2010) mempunyai
batasan waktu yang lebih singkat jika durasi nyeri kurang dari 3 bulan
dan nyeri kronis jika nyeri menetap selama lebih dari 3 bulan.
2. Patofisiologi
Nyeri terjadi apabila terdapat adanya rangsangan mekanikal, termal
atau kimiawi yangmelewati ambang rangsang tertentu. Rangsangan
ini terdeteksi oleh nosiseptor yang merupakan ujung-ujung saraf
bebas.Rangsangan akan dibawa sebagai impuls saraf melalui serabut A
delta yang bermielin, berkecepatan hantar yang cepat dan bertanggung
jawab terhadap nyeri yang cepat, tajam, terlokalisasi serta serabut C
yang tidak bermielin berkecepatan hantar saraf lambat dan
bertanggung jawab atas nyeri yang tumpul dan tidak terlokalisasi
dengan jelas.
Teori gate control merupakan teori yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan natra nyeri dan emosi, dimana nyeri tidak
hanya respon fisiologi tetapi juga dipengaruhi ole faktor psikologis
sperti perilaku dan emosi. Berdasarkan teori ini, stimulus nyeri
dialirkan melalui serabut syaraf tulang belakang (syaraf A Delta dan
Serabut C). stimulus nyeri ini berjalan menuju ujung dorsal syaraf
tulang belakang yang disebut dengan subtansi gelatiniosa. Sel-sel (Sel
T) syaraf tulang belakang yang terdapat di substansi gelatinosa dapat
menghambat atau memfasilitasi proses transmisi stimulus nyeri ke
otak. Saat aktivitas sel T ini terhambat, maka gerbang akan tertutup
dan stimulus nyeri dapat ditransmisikan ke otak, sebaliknya jika
gerbang ini terbuka, maka stimulus nyeri dapat dihambat dan tidak
sampai ke otak. Mekanisme ini juga terjadi di talamus dan korteks
serebri yang mengatur tentang persepsi dan emosi termasuk
kepercayaan dan keyakinan, saat nyeri muncul persepsi dan emosi
seseorang dapat dimodifikasi fenomena nyeri yang muncul sehingga
nyeri yang dirasakan akan sesuai dengan yang akan dipersepsikan.
Teori ini sangata membantu perawat untuk memahami nyeri secara
kompresi yang memungkinkan perawat melakukan tindakan non
farmakologis untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
(Ignatavicius & Workman, 2010)
3. Komplikasi
a) Gangguan pola istirahat tidur
b) Syok neurogenik
4. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan darah lengkap
b) CT-scan
c) MRI
d) EKG
5. Penatalaksanaan keperawatan
a) Monitor tanda-tanda vital
b) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
c) Beri rasa aman
d) Sentuhan terapeutik
Individu yang sehat mempunyai keseimbangan energy antara tubuh
dengan lingkungan luar. Sedangkan orang yang sakit ada
ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada
pasien, diharapkan ada transfer energy.
e) Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri.
f) Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang
menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan
yang terang, serta konsentrasi dari pasien.
g) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan
bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan
massage, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai
puzzle).
h) Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan
nyeri.
i) Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
j) Biofeedback
Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu
informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih
control volunter terhadap respon. Terapi ini efektif untuk mengatasi
ketegangan otot dan migren dengan cara memasang elektroda pada
pelipis.
6. Penatalaksanaan medis
a) Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi
nyeri dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan
korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum
pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh
nyeri. Contoh obat analgesik yani asam salisilat (non narkotik),
morphin (narkotik), dll.
b) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat
analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi
ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi
kepercayaan pasien.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Berdasarkan PQRST
P (Provoking): faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.
Q (Quality): kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau tertusuk.
R (Region): daerah perjalanan nyeri
S (Severity): parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10 skala)
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-7 : nyeri sedang
8-10 : nyeri berat
T (Time): waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi nyeri.
2. Skala Pengukuran Nyeri
a) Verbal Descriptor Scale (VDS)
Verbal Descriptor Scale (VDS) adalah garis yang terdiri
dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang telah disusun dengan
jarak yang sama sepanjang garis. Ukuran skala ini diurutkan dari
“tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahan”.Perawat
menunjukkan ke klien tentang skala tersebut dan meminta klien
untuk memilih skala nyeri terbaru yang dirasakan.Perawat juga
menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan
seberapa jauh nyeri terasa tidak menyakitkan.Alat VDS
memungkinkan klien untuk memilih dan mendeskripsikan skala
nyeri yang dirasakan (Potter & Perry, 2006).
b) Visual Analogue Scale (VAS)
VAS merupakan suatu garis lurus yang menggambarkan
skala nyeri terus menerus.Skala ini menjadikan klien bebas untuk
memilih tingkat nyeri yang dirasakan.VAS sebagai pengukur
keparahan tingkat nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat
menentukan setiap titik dari rangkaian yang tersedia tanpa dipaksa
untuk memilih satu kata (Potter & Perry, 2006).
Penjelasan tentang intensitas digambarkan sebagai berikut:

Skala nyeri pada skala 0 berarti tidak terjadi nyeri, skala


nyeri pada skala 1-3 seperti gatal, tersetrum, nyut-nyutan, melilit,
terpukul, perih, mules.Skala nyeri 4-6 digambarkan seperti kram,
kaku, tertekan, sulit bergerak, terbakar, ditusuk-tusuk.Skala 7-9
merupakan skala sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh
klien, sedangkan skala 10 merupakan skala nyeri yang sangat berat
dan tidak dapat dikontrol.Ujung kiri pada VAS menunjukkan “tidak
ada rasa nyeri”, sedangkan ujung kanan menandakan “nyeri yang
paling berat”.
c) Numeric Rating Scale (NRS)

Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3


menunjukkan nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri
sedang, sedangkaan angka 7-10 merupakan kategori nyeri berat.
Oleh karena itu, skala NRS akan digunakan sebagai instrumen
penelitian (Potter & Perry, 2006). Menurut Skala nyeri
dikategorikan sebagai berikut:
0 : tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri.
1-3 : mulai terasa dan dapat ditahan, nyeri ringan.
4-6 : rasa nyeri yang menganggu dan memerlukan usaha
untuk menahan, nyeri sedang.
7-10 : rasa nyeri sangat menganggu dan tidak dapat ditahan,
meringis, menjerit bahkan teriak, nyeri berat.
d) Wong-Baker FACES Pain Rating Scale
Skala ini terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang
menggambarkan wajah yang sedang tersenyum untuk menandai
tidak adanya rasa nyeri yang dirasakan, kemudian secara bertahap
meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah sangat sedih,
sampai wajah yang sangat ketakutan yang berati skala nyeri yang
dirasakan sangat nyeri (Potter & Perry, 2005).

Skala nyeri tersebut Banyak digunakan pada pasien


pediatrik dengan kesulitan atau keterbatasan verbal.Dijelaskan
kepada pasien mengenai perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri
dan pasien memilih sesuai rasa nyeri yang dirasakannya.
3. Prioritas Diagnosa Keperawatan atau masalah keperawatan :
a) Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan:
- Gangguan sirkulasi ditandai dengan sianosis, kulit pucat
- Iritasi pada daerah ginjal ditandai dengan nyeri pada perut bagian
bawah.
- Eliminasi urin ditandai dengan sakit/ nyeri saat pengeluaran urin.
b) Gangguan Rasa Nyaman
4. Perencanaan
a) Rencana keperawatan
i. Tujuan Rasa nyeri berkurang atau dapat menghilang.
ii. Kriteria hasil
- Pasien menunjukan penurunan skala nyeri
- Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks.
b) Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji faktor penyebab, 1. Menentukan sejauhmana
kualitas, lokasi, frekuensi, nyeri yang dirasakan dan
dan skala nyeri. untuk memudahkan member
intervensi selanjutnya.
2. Monitor tanda-tanda vital, 2. Mengidentifikasi rasa sakit
perhatikan takikardia, dan ketidaknyamanan.
hipertensi, dan peningkatan
pernafasan.
3. Ajarkan teknik distraksi dan 3. Membantu pasien menjadi
relaksasi. rileks, menurunkan rasa
nyeri, serta mampu
mengalihkan perhatian pasien
dari nyeri yang dirasakan.
4. Beri posisi yang nyaman 4. Mengurangi rasa sakit,
untuk pasien. meningkatkan sirkulasi,
posisi semifowler dapat
mengurangi tekanan dorsal.
5. Beri Health Education (HE) 5. Pasien mengerti tentang nyeri
tentang nyeri. yang dirasakan dan
menghindari hal-hal yang
dapat memperparah nyeri.
6. Kolaborasi dalam 6. Menekan susunan saraf pusat
pemberian terapi analgesik pada thalamus dan korteks
serebri sehigga dapat
mengurangi rasa sakit/ nyeri

c) Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun sebelumnya berdasarkan tindakan yang telah dibuat,
dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan
kolaborasi.
d) Evaluasi
1) Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8
menjadi 5 dari 10 skala yang diberikan.
2) Merasa nyaman dan dapat istirahat.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016).
Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6. Singapore: Elsevier.
Carpenito, Lynda Juall. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi Edisi 13. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.
IASP. (2009). IASP taxonomy. Diakses pada 10 September 2019 dari
http://www.iasp-pain.org/content/navigationmenu/generalresourcelinks/
paindefinitions/default/htm
Ignatavicius, D. & Workman, M. L. (2010). Medical surgical nursing: critical
thingking for colaborative care (6th ed., vol 1). Missouri: Elsevier
Saunders.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. Singapore: Elsevier.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of Nursing (7th ed). St. Louis:
Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai