Anda di halaman 1dari 10

Indonesian Journal of Chemical Research – Indo.J.Chem.

Res 18

ANALISIS SENYAWA BERBAHAYA DALAM PARFUM


DENGAN KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROMETRI MASSA
BERDASARKAN MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS)
Filasavita Prasasti Iswara, Dwiarso Rubiyanto dan Tatang Shabur Julianto
Jurusan Ilmu Kimia, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Email: filasavita@ymail.com

ABSTRACT

This study was conducted to determine the harmful compounds in perfumes by gas
chromatography-mass spectrometry (GC-MS). Perfume samples (A, B, C) obtained from the supermarket
and the refill perfume fragrance that is almost the same. Methodology is the determination of specific
gravity and refractive index. Chemical analysis performed using gas chromatography-mass spectrometry
(GC-MS). Based on the results obtained three samples of data that have perfume composition profiles of
the same constituent that is solvent, fixative agents, and perfuming agents. Compounds that are solvent
are methanol, ethanol. Compounds that are fixative agent is 1,2-Butanediol, 3-ethoxy-1-propanol,
limonene, dipropylene glycol, 2-(2-hydroxypropoxy)-1-propanol, 3,3’-oxybis-2-butanol. The compound
is a substance which is dihydrojasmonat methyl fragrance, alpha-hexyl cinnamaldehyde.
Dihydrojasmonat methyl is a compound that becomes the deciding factor perfume that smells like
jasmine.

Keywords : Perfume, Perfume composition, Jamine, Methyl dihydrojasmonato, Gas chromatography-


mass spectrometry

PENDAHULUAN

Parfum adalah produk yang sudah mengalami kemajuan pesat pada abad ke-18
tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. dengan munculnya beragam aroma
Apalagi saat ini aroma parfum yang wewangian dan botol yang indah.
ditawarkan sudah semakin beragam, baik Setiap produk wewangian
yang dikhususkan untuk pria, wanita, mengandung pelarut tambahan yang
ataupun untuk keduanya. Kata parfum berfungsi sebagai media atau fondation baik
sendiri berasal dari bahasa latin “per parfum itu asli atau sintesis. Persentase
fumum” yang berarti melalui asap. Riwayat kandungan bahan kimia dalam parfum
parfum telah ada sejak zaman Mesopotamia antara kisaran 30 % tergantung dari jenis
kuno sekitar lebih dari 4000 tahun yang lalu. produknya. Namun dari beberapa analisa
Pada zaman dahulu, orang-orang pasar, 95 % bahan kimia yang terkandung di
menggunakan tanaman herbal, rempah- dalam produk wewangian adalah bahan
rempah dan bunga dan dicampurkan kimia sintetik yang berbahan dasar
bersama untuk membuat wewangian. petroleum yang merupakan turunan
Selanjutnya pada pertengahan abad ke-15 benzene, aldehid atau zat yang umumnya
parfum mulai dicampur minyak dan alkohol. terkenal beracun. Salah satu organisasi di
Meskipun demikian, parfum baru Amerika yang menangani masalah

Volume 2 No. 1 Agustus 2014


Indonesian Journal of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res 19

kesehatan lingkungan menemukan zat kimia Parfum diyakini sebagai salah satu
beracun dari 815 sampel yang mereka ambil. indikator untuk meningkatkan kepercayaan
Tes yang dilakukan pada tahun 1991 diri seseorang. Varian aromanya yang
menemukan zat-zat yang terkandung adalah semakin beragam, membuat para wanita
kloroform yang dapat juga ditemui pada gemar untuk menjadikannya sebagai koleksi
pelembut pakaian dan p-diklorobenzena meja rias.
yang telah diketahui bersifat karsinogenik
pada produk penyegar ruangan dengan dosis TUJUAN
yang tinggi. 1. Untuk mengetahui senyawa apa yang
Menurut Cook (2009) ahli gizi menjadi faktor penentu yang terdapat
holistik dan naturopati sekaligus penulis dalam sampel parfum yang dianalisis.
buku kesehatan popular mengatakan 2. Untuk mengetahui senyawa yang
terdapat 500 lebih bahan kimia berbahaya berbahaya dalam parfum yang dianalisis.
yang menjadi bahan dasar pembuatan
wewangian di parfum. Kebanyakan berasal METODE PENELITIAN
dari bahan kimia sintetis yang diperoleh dari A. Bahan
bahan petrokimia, dan telah terbukti Bahan yang digunakan dalam
mengandung neurotoxin (racun yang bisa penelitian ini adalah Tiga sampel parfum
merusak pembuluh darah atau syaraf otak). dan aquades.
Dan terdapat juga kandungan karsinogenik B. Peralatan
(bahan yang dianggap sebagai penyebab Alat yang digunakan dalam
kanker). Penelitian ini amat mengejutkan, penelitian ini adalah gas chromatography-
karena hampir semua wanita bahkan pria spectrometry massa (GC-MS), thermometer,
mengenakan parfum. Siapa sangka banyak refraktometer, piknometer, gelas ukur
bahan kimia yang terkandung dalam parfum 10mL, pipet ukur 5mL, labu ukur 10mL, dan
atau wewanian lain yang tak kalah corong.
berbahaya dibandingkan bahaya asap rokok.
C. Prosedur
Ada beberapa alasan mengapa
Penetapan Berat Jenis
konsumen menggunakan parfum. Dari hasil Penetapan berat jenis dilakukan
penelitian Borgave & Chaudari (2010), dengan menggunakan piknometer ukuran 5
konsumen merasa lebih baik dan merasa ml dalam keadaan bersih, kering, dan
lebih percaya diri setelah menggunakan kosong dan ditimbang. Kemudian
parfum. Hasil penelitian lainnya dari piknometer diisi dengan aquades 5 ml dan
Borgave & Chaudari (2010), adalah ditimbang. Setelah itu piknometer
konsumen menilai wangi parfum berada di dibersihkan, dikeringkan, dan ditimbang.
urutan pertama yang dipertimbangkan pada Piknometer diisi dengan sampel parfum dan
saat akan membeli parfum. Urutan ditimbang.
selanjutnya adalah merek, harga, dan
Penetapan Indeks Bias
kemasan parfum itu sendiri.

Volume 2 No. 1 Agustus 2014


Indonesian Journal of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res 20

Penetapan indeks bias dilakukan puncak 3 zat pewangi. Kondisi


dengan menggunakan refraktometer. oprasional kromatogarfi adalah Fasa
Permukaan prisma refraktometer Diam: Rtx-5 MS (Crossbond 5%
dibersihkan dengan aquades dan tissue. diphenyl / 95% dimethyl polysilaxone)
Kemudian diteteskan senyawa cair (sampel) ; Dimensi : 30 meter, 0,25 mmID, 0,25
pada permukaan prisma. Setelah itu ditutup um df ; Max Prog. Temp. 350o ; Min.
dan dibiarkan berkas cahaya memasuki dan Bleed at 330oC ; Fasa Gerak : Helium
melewati senyawa cair. Diatur prisma agar
warna cahaya pada layar dalam alat Berdasarkan contoh kromatogram
refraktometer tersebut menjadi dua warna pada gambar 3 dapat dilihat bahwa senyawa
dengan batas yang jelas. Setelah itu digeser yang terikat lebih kuat dengan fasa diam
tanda batasnya dengan menggunakan knop akan tertahan lebih lama didalam kolom,
pengatur pada refraktometer sampai sehingga waktu retensi senyawa lebih
memotong titik perpotongan dua garis panjang. Puncak kromatogram yang ada
diagonal yang saling berpotongan. pada kromatogram kemudian
Kemudian diamati dan dibaca skala indeks dikelompokkan menjadi tiga kelompok
bias yang terlihat pada refraktometer dan komposisi dalam parfum. Puncak 1
dicatat hasinya. Setelah selesai pengukuran merupakan senyawa pelarut. Senyawa pada
dibuka penutupnya dan dibersihkan puncak 2 merupakan zat pengikat, dan
permukaan prisma dari sampel sampai senyawa pada puncak 3 merupakan zat
bersih. pewangi dari sampel parfum A. Puncak-
puncak pada kromatogram di atas memiliki
Analisis Sampel dengan Kromatografi
luas area yang dinyatakan dalam persen luas
Gas
Tiga sampel parfum, yaitu sampel A, (% area). Puncak-puncak yang memiliki
B, dan C, masing-masing diambil 1 mL dan persen luas antara 1% sampai dengan
dimasukkan ke dalam labu ukur yang 16,75% selanjutnya dianalisis dengan
berpenutup. Selanjutnya tersebut dianalisis menggunakan spektrometri massa.
dengan kromatografi gas-spektrometri Analisis Sampel dengan Spektrometri
massa. Massa

Gambar 3. Contoh kromatogram sampel


Gambar 4. Contoh fragmentasi massa
parfum A. Puncak 1 merupakan zat
(m/z) sampel parfum A dari puncak
pelarut, puncak 2 zat pengikat dan
1 pada gambar 3.

Volume 2 No. 1 Agustus 2014


Indonesian Journal of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res 21

Gambar 4 menunjukkan fragmentasi


massa (m/z) sampel parfum A dari puncak 1
pada gambar 3. Fragmentasi massa pada
gambar 4 dibandingkan dengan nilai SI
(similarity index) pada pustaka instrument
kromatografi gas-spektrometri massa.
Angka SI yang lebih besar dari 95%
dianggap menyerupai fragmentasi puncak 1
pada senyawa A. Sehungga disimpulkan
bahwa puncak 1 tersebut adalah methanol.
Bila ditemukan nilai SI yang sama dari
fragmentasi sebuah puncak maka dipilih
fragmentasi senyawa dengan berat molekul
terendah sebagai fragmentasi puncak yang
dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN GC-MS


Dalam penelitian ini, selain Identifikasi sampel parfum dengan
melakukan analisis secara kimia juga menggunakan kromatografi gas dilakukan
dilakukan analisis secara fisik. Dimana dengan cara sampel parfum diinjeksikan
tujuan dari analisis fisik ini untuk kedalam ruang injeksi yang telah
mengetahui identitas dari sampel parfum. dipanaskan. Sampel kemudian dibawa oleh
Analisis fisika meliputi wujud sampel, berat gas pembawa melalui kolom untuk
jenis dan indeks bias. Berikut adalah data dipisahkan. Didalam kolom fase diam akan
hasil dari analisis fisika maupun kimia : menahan komponen-komponen secara
Tabel 1. Data Analisis Fisika dan Kimia selektif berdasarkan koefisien distribusinya
dan akan dialirkan ke detektor yang
memberi sinyal untuk kemudian dapat
diamati pada sistem pembaca.
Identifikasi sampel parfum dengan
menggunakan spektrometri massa dengan
data spektra massa standar yang tersimpan
dalam kepustakaan instrument kromatografi
gas-spektroskopi massa. Perbandingan
dilakukan dengan melihat nilai SI atau
indeks spektra senyawa yang ada pada
komputer. Semakin tinggi nilai SI, maka
senyawa itu akan semakin mirip dengan
senyawa yang dianalisis. Sehingga dapat
ditampilkan bahwa sampel tersebut sama

Volume 2 No. 1 Agustus 2014


Indonesian Journal of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res 22

dengan senyawa yang memiliki SI tertinggi kita kelompokkan menjadi tiga. Apabila
dalam data komputer yang diberikan dihubungkan dengan data hasil spektrometri
komputer. Dengan metode ini, maka alat massanya senyawa tersebut terdiri dari
kromatografi gas-spektrometer massa dapat pelarut, zat pengikat, dan zat wangi.
digunakan untuk menentukan nama senyawa Analisis komposisi kimia dapat
tanpa memerlukan senyawa standar yang diuraikan sebagai berikut :
digunakan dalam metode spiking pada 1. Pelarut
kromatografi gas (Hapsari, 2008).
Adapun profil kromatogram dari
setiap sampel dapat dilihat pada gambar :

Gambar 2. Hasil Spektrometri Massa Etanol


Parfum A

Gambar 3. Struktur Etanol


Berdasarkan material safety data
sheet (MSDS) etanol adalah senyawa yang
mudah terbakar, jika terjadi kontak langsung
dengan mata dapat menyebabkan iritasi,
mata kemerahan, nyeri, kornea, peradangan,
Parfum B dan kerusakan kornea. Selain itu, bahaya
untuk kulit jika dalam waktu pendek
maupun panjang dapat menyebabkan kulit
kemerahan, gatal, peradangan. Bahkan jika
digunakan berulang-ulang dapat
menyebabkan reaksi alergi kulit pada
sebagian kecil individu atau manusia.
Berkaitan dengan karsinogen atau bahan
Parfum
yang dianggap sebagai penyebab kanker,
mengkonsumsi alkohol dalam jangka
panjang dapat menyebabkan terjadinya
kanker, tumor ganas rongga mulut, faring,
laring, esophagus dan hati. Berikut adalah
batas paparan dari etanol :
Gambar 1. Hasil Kromatogram Sampel Tabel 2. Batas Paparan Etanol
Parfum Departemen/Lembaga Batas Paparan
Dari data kromatogram di atas dapat US (OSHA) 1900 mg/m3
diartikan bahwa komposisi parfum dapat US (ACGIH) 1900 mg/m3

Volume 2 No. 1 Agustus 2014


Indonesian Journal of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res 23

GERMANY (MAK) 960 mg/m3 terhirup dapat menyebabkan kebutaan,


ENGLISH (OES) 1920 mg/m3 uapnya dapat menyebabkan mengantuk atau
Slovak republic 960 mg/m3 pening. Untuk efek yang tertunda jika
Czech Republik 1000 mg/m3 digunakan secara terus-menerus dapat
Namun dari hasil penelitian menyebabkan kerusakan pada hati dan
didapatkan salah satu sampel dengan system saraf pusat. Metanol dapat
menggunakan pelarut metanol. Dimana menghasilkan kerusakan saraf optik, saraf
metanol dapat memberikan potensi bahaya pusat, dan saraf motorik. Berikut adalah
bagi tubuh. batas paparan dari metanol :
Tabel 3. Batas Paparan Metanol
Departemen/Lembaga Batas
Paparan
US (ACGIH) 200ppm TWA
Gambar 4. Hasil Spektrometri Massa
Metanol 250ppm STEL
US (OSHA) 200ppm TWA

ENGLISH (NIOSH) 200ppm TWA


250ppm STEL
Gambar 5. Struktur Metanol
Berdasarkan material safety data 2. Zat Pengikat (Fiksatif)
sheet (MSDS) menunjukkan bahwa metanol Zat pengikat adalah suatu zat alami
dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan atau sintetis yang digunakan untuk
iritasi saluran pernafasan. Dapat mengurangi tingkat penguapan dan
menyebabkan kerusakan pada sistem saraf meningkatkan stabilitas ketika ditambahkan
pusat. Disamping bahaya iritasi, jika ke komponen volatil, dengan tujuan
terhirup juga dapat menyebabkan iritasi memungkinkan produk akhir untuk bertahan
selaput lendir, sakit kepala, mengantuk, lebih lama dengan menjaga aroma aslinya.
mual, kebingungan, kehilangan kesadaran, Berdasarkan tabel data diatas diperoleh
gangguan pencernaan dan bahkan kematian. beberapa senyawa yang menjadi zat
Penggunaan yang berulang-ulang dapat pengikat parfum. Diantaranya 1,2-
menyebabkan keracunan sistematik, butanediol, 3-etoksi-1-propanol, limonene,
gangguan otak, gangguan penglihatan dan dipropilen glikol, 2-(2-hidroksipropoksi)-1-
kebutaan. Bahaya untuk kulit jika terjadi propanol, 3,3’-oksibis-2-butanol. Selain itu
kontak secara langsung dapat menyebabkan dari data material safety data sheet (MSDS)
toksik pada kulit. Penyerapan kulit dapat juga menyebutkan bahwa dari masing-
menyebabkan efek toksik dan jika masing senyawa tersebut dapat memberikan
digunakan secara berulang-ulang atau efek negatif meskipun tidak terlalu
berkepanjangan dapat menyebabkan eritema berbahaya. Berikut adalah data hasil
(kemerahan pada kulit) atau dermatitis. Jika kromatogram dari masing-masing senyawa:

Volume 2 No. 1 Agustus 2014


Indonesian Journal of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res 24

a) 1,2-Butanediol pada kulit, dan jika berulang dapat


menyebabkan dermatitis yang ditandai
dengan kemerahan, pembengkakan. Dapat
juga masuk ke aliran darah melalui kulit
Gambar 6. Hasil Spektrometri Massa 1,2- yang luka atau lecet. Menyebabkan iritasi
Butanediol pada mata. Jika tertelan akan menyebabkan
kerusakan pada hati dan ginjal, gangguan
saluran pencernaan. Selain itu jika terhirup
akan menyebabkan gangguan pada saluran
Gambar 7. Struktur 1,2-Butanediol
pernafasan.
Senyawa 1,2-butanediol memiliki
c) Limonena
rumus molekul C 4 H 10 O 2 dengan berat
molekul 90 gram/mol. Berdasarkan material
safety data sheet (MSDS) senyawa ini dapat
memberikan potensi bahaya seperti iritasi
mata, dapat menyebabkan cedera kornea, Gambar 10. Hasil Spektrometri Massa
dapat menyebabkan iritasi kulit. Jika Limonena
dikonsumsi dapat menyebabkan iritasi pada
saluran pencernaan, dapat menyebabkan
kerusakan ginjal, dan dapat menyebabkan
depresi sistem saraf pusat. Selain itu, bahaya Gambar 11. Struktur Limonena
jika terhirup dapat menyebabkan iritasi pada Limonena mengambil namanya dari
saluran pernafasan, dan efek yang sama sari lemon. Sebagai kulit lemon, seperti
dengan bahaya jika dikonsumsi. Bahkan buah jeruk lainnya mengandung sejumlah
efek yang kronis dapat menyebabkan cedera senyawa yang memberikan kontribusi untuk
pada ginjal. bau mereka. Limonena memiliki berat jenis
b) 3-etoksi-1-propanol 0,84 g/cm3. Hal ini digunakan untuk
wewangian, dan dalam dunia kesehatan
manfaatnya sangat luas termasuk sebagai
kemoprevensi kanker.
Dalam material safety data sheet
Gambar 8. Hasil Spektrometri Massa 3- (MSDS) limonena mempunyai potensi yang
etoksi-1-propanol berbahaya seperti iritasi mata, iritasi kulit.
Radang mata ditandai dengan mata
Gambar 9. Struktur 3-etoksi-1-propanol kemerahan, berair, dan gatal-gatal.
Senyawa ini memiliki rumus Peradangan kulit ditandai dengan gatal-
molekulC 5 H 12 O 2 dengan berat molekul 104 gatal, dan kulit kemerahan.
gram/mol. Berdasarkan material safety data d) Dipropilen Glikol
sheet (MSDS) memiliki potensi
berbayahaya. Dapat menyebabkan iritasi

Volume 2 No. 1 Agustus 2014


Indonesian Journal of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res 25

Gambar 14.Hasil Spektrometri Massa 2-


(2-hidroksipropoksi)-1-propanol

Gambar 12. Hasil Spektrometri Massa


dipropilen Glikol
Gambar 15. Struktur 2-(2-hidroksipropoksi)-
1-propanol
Senyawa ini mempunyai rumus
Gambar 13. Struktur Dipropilen Glikol molekul C 6 H 14 O 3 . Senyawa ini memiliki
Dipropilen glikol merupakan sifat tidak berwarna, tidak berbau, dan
senyawa yang memiliki rumus molekul toksisitas rendah. Berdasarkan material
(CH 3 CHOHCH 2 ) 2 O berwujud cairan kental, safety data sheet (MSDS) menyebutkan
sedikit larut dalam air dengan titik didih bahwa ada gambaran darurat dari senyawa
233oC, larut dalam toluene dan dalam air. ini. Cairan dan uap yang mudah terbakar
Fungsi dipropilen glikol dalam parfum dapat menyebabkan kerusakan organ seperti
adalah sebagai zat fiksatif. Zat fiksatif mata dan kulit. Hindari kontak langsung
berfungsi sebagai perekat atau pengawet dengan kulit dan pakaian. Dan digunakan
aroma. Zat fiksatif juga berfungsi sebagai dalam keadaan ruangan dengan ventilasi
penetral cairan kimia karena di dalam yang memadai. Berikut adalah batas paparan
fiksatif terdapat sedikit pH yang berfungsi dari senyawa 2-(2-Hidroksipropoksi)-1-
atau ber-efek tidak menimbulkan iritasi pada propanol :
kulit namun pada batas paparan tertentu. Tabel 4. Batas Paparan 2-(2-
Berdasarkan data material safety hidroksipropoksi)-1-propanol
data sheet (MSDS) Dipropilen glikol dapat Kota Batas Paparan
menyebabkan iritasi mata ringan sementara, SUVA (Switzerland, 400 mg/m3 STEL
kontak yang terlalu lama tidak akan 1/2009)
menyebabkan iritasi kulit yang signifikan. 200 mg/m3 TWA
Potensi efek kesehatan yang lain adalah MAK-Were Liste 400 mg/m3 PEAK
sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit, (Germany, 7/2009)
kontak mata, dan tertelan. Berikut adalah 200 mg/m3 TWA
batas paparan dari dipropilen glikol : TRG S900 AGW 67 mg/m3 TWA
Sifat toksik yang rendah membuat (Germany, 7/2009)
dipropilen glikol menjadi zat aditif yang 536 mg/m3 PEAK
ideal untuk parfum dan produk perawatan
kulit dan rambut. f) 3,3'-oksibis-2-Butanol
e) 2-(2-Hidroksipropoksi)-1-propanol

Volume 2 No. 1 Agustus 2014


Indonesian Journal of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res 26

Gambar 16. Hasil Spektrometri Massa 3,3’-


oksibis-2-butanol

Gambar 17. Struktur 3,3’-oksibis-2-butanol Gambar 19. Struktur Metil Dihidrojasmonat


Senyawa ini menurut literatur Alla Metil dihidro jasmonat adalah ester
dkk (2002) adalah senyawa feromon yang dan senyawa aroma difusi dengan bau
terdapat pada belalang daun. Ini samar-samar mirip dengan melati. Senyawa
menunjukkan bahwa dalam sampel parfum ini digunakan sebagai zat pewangi dalam
tidak boleh digunakan karena merupakan parfum. Dalam material safety data sheet
feromon serangga. (MSDS) metal dihidrojasmonat tidak
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sehingga
3. Zat Pewangi masih baik digunakan sebagai zat pewangi
Zat pewangi dalam parfum dalam parfum.
merupakan komponen yang sangat penting. Dalam penelitian ini senyawa metil
Tidak hanya dalam parfum, hampir setiap dihidrojasmonat merupakan senyawa pokok
produk memiliki komponen pewangi. Mulai dari komponen zat pewangi pada ketiga
dari produk rumah tangga seperti sabun, sampel parfum tersebut. Namun selain
shampoo, pengharum ruangan. Bahkan pada senyawa metal dihidrojasmonat terdapat
produk-produk yang tidak harus juga senyawa alfa-heksil sinnamaldehid.
menggunakan pewangi seperti tissue.
Hampir semua orang menyukai produk yang
memiliki bau wangi karena terkesan bersih,
segar, dan menyenangkan jika
Gambar 20. Hasil Spektrometri Massa alfa-
menghirupnya. Namun dibalik
heksil sinnamaldehid
keuntungannya pada pewangi terdapat bahan
kimia yang menjadi dasar pembuatan
wewangian yang bisa meracuni tubuh.
Berdasarkan tabel komposisi kimia
diatas diperoleh komponen zat pewangi dari Gambar 21. Struktur alfa-heksil
ketiga parfum adalah metal dihidrojasmonat. sinnamaldehid
Berdasarkan material safety data sheet
(MSDS) jika senyawa ini tertelan akan
menyebabkan aspirasi ke dalam paru-paru
dengan risiko pneumonitis kimia, dan
Gambar 18. Hasil Spektrometri Massa Metil konsekuensi serius bisa terjadi. Ada beberapa
Dihidrojasmonat bukti yang menunjukkan bahwa senyawa ini
dapat menyebabkan iritasi mata dan kerusakan
pada beberapa orang. Jika terjadi kontak kulit
tidak memiliki efek kesehatan yang merugikan,

Volume 2 No. 1 Agustus 2014


Indonesian Journal of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res 27

namun dapat menyebabkan luka seperti lecet, 2. Berdasarkan material safety data sheet
terkelupas, atau kulit yang iritasi tidak boleh (MSDS) dari masing-masing senyawa
terkena senyawa ini. Bahaya jika menghirup uap menunjukkan bahwa hampir semua
ini dapat menyebabkan mengantuk atau pening, senyawa dalam parfum mempunyai
dapat disertai dengan kehilangan refleksi,
potensi bahaya bagi penggunanya jika
kurangnya koordinasi, dan vertigo. Ada
melebihi batas paparan.
beberapa bukti yang menunjukkan bahwa
senyawa ini dapat menyebabkan iritasi
pernafasan pada beberapa orang. Respon tubuh
terhadap iritasi tersebut dapat menyebabkan UCAPAN TERIMAKASIH
kerusakan paru-paru lebih lanjut. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
bapak Dwiarso Rubiyanto S.Si., M.Si dan
KESIMPULAN bapak Tatang Shabur Julianto, S.Si., M.Si
1. Dari ketiga sampel parfum yang yang telah memberikan arahan untuk
dianalisis menunjukkan adanya senyawa penelitian ini.
yang menjadi faktor penentu aroma
parfum tersebut. Senyawa tersebut adalah
metal dihidrojasmonat

DAFTAR PUSTAKA
Alla. S, Malosse. C, Cassel. S, Rollia. F, Frerot. B., 2002, Mevalonolactone a Volatile
Compound Product, C. R Biol, 325 (9):941-6
Borgave, S. & Chaudari, J.S., 2010, Adolescents’ Preferences and Attitudes towards Perfumes in
India.Journal of Policy and Organizational Management ISSN: 0976–7738 & E-ISSN:
0976–7746, Vol. 1, Issue 2, 2010, PP-01-08.
Cook, S.M., 1999, The 4-Week Ultimate Body Detox, Canada
Hapsari, S.P., 2008, Isolasi dan Analisis Komponen Penyusun Minyak Kemangi (Ocimum
Citriodorum) dengan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Volume 2 No. 1 Agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai