Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN MANAJEMEN JANUARI 2018

PROGRAM PEMBERANTASAN (P2) DBD

Disusun Oleh :
Ashar Randy Adil
N 111 16 113

Pembimbing :
dr.Nur Indriyani
dr. Indah P. Kiay Demak, M.Med.Ed

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
UPTD PUSKESMAS WANI
DONGGALA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Diare merupakan salah satu penyakit endemis di Kota Palu.
Berdasarkan survey morbiditas diare, proporsi terbesar penderita diare pada
balita adalah kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65%. Persentase
penderita diare umur < 2 tahun terus mendapatkan ASI sewaktu diare adalah
94,90%, 1,22% mengurangi ASI sewaktu diare dan 1,02% yang menghentikan
ASI. Proporsi penderita yang diberikan oralit dan obat lainnya adalah 37,0%
diberikan oralit, 31,30% diberikan obat-obatan, 25,20% tidak diberikan apa-
apa, 7,48% diberikan ramuan/jamu, 7,28% diberi LGG dan 5,71% di berikan
lain-lain. Penderita diare yang mendapatkan makanan padat/lunak, sewaktu
diare terdapat 63,6% tetap diberikan makanan padat/lunak seperti biasa,
18,0% pemberian makanan padat/lunak ditambah pemberiannya, 16,6%
pemberian makanan lunak/padat dikurangi dan 1,8% pemberian makanan
padat/lunak dihentikan.1
Jumlah penderita Diare di UPTD Puskesmas Talise tahun 2016 sebanyak
937 kasus, tahun 2015 sebanyak 829 kasus. Tahun 2014 sebanyak 898 kasus.
Tahun 2013 sebanyak 971 kasus. Hal ini menujukkan jumlah kasus Diare
terjadi peningkatan kasus Diare dan Diare menempati urutan ke-8 dalam 10
besar penyakit terbesar di wilayah Puskesmas Talise. 3
Dalam laporan manajemen Puskesmas Talise ini akan dibahas mengenai
Program Pengendalian P2 Diare.
1.2 Rumusan Masalah
Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program
penanggulangan pemberantasan DBD akan dibahas antara lain:
1.Bagaimana pelaksanaan program pengendalian Diare di Puskesmas Talise
?
2.Apa saja permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target
cakupan program pengendalian Diare di Puskesmas Talise ?

1
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Gambaran Umum UPTD Puskesmas Talise
Puskesmas Talise berada di wilayah kecamatan Palu Timur yang memiliki
luas wilayah 82.53 km2 dan secara administratif pemerintahan terdiri atas 4
kelurahan, 29 RW serta 102 RT.
Wilayah kerja Puskesmas Talise mencakup empat kelurahan yaitu :
Kelurahan Talise
Kelurahan Valangguni
Kelurahan Tondo
Kelurahan Layana.3

Peta Wilayah Kerja UPTD Urusan Puskesmas Talise


Berdasarkan data Dukcapil Kota Palu Tahun 2016, jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Talise adalah 35.386 jiwa yang tersebar di tiga
Kelurahan antara lain Kelurahan Talise yang jumlah penduduknya masih
bersatu dengan Kelurahan Valangguni sekitar 19.414 jiwa, Kelurahan Tondo
sekitar 12.212 jiwa dan Kelurahan Layana Indah sekitar 3.760 jiwa. Dengan
membandingkan jumlah penduduk tahun sebelumnya, maka jumlah
penduduk dari tahun 2015 ke 2016 mengalami penurunan sebanyak 523
atau 98,5 %
Program kegiatan puskesmas mengacu pada program kesehatan nasional
yaitu pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025.Sasaran dari
Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status

2
gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama,
yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan
(3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma
sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan
masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan
peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan
strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya.
Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.4
2.2 Program Pengendalian (P2) Diare
Pada laporan manajemen ini, permasalahan program pengendalian Diare
yang akan dibahas dikaitkan dengan indikator keberhasilan. Indikator
keberhasilan dalam program pengendalian Diare dilakukan dengan
menggunakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan pelaksanaan dan
pemantauan dengan menggunakan patokan yaitu terlaksananya kegiatan
pengendalian penyakit Diare memenuhi Standar Pelayanan Minimal 100% per
tahun.
- Input : Tenaga kesehatan di Puskesmas Talise sangat kurang, mengingat
jumlah pasien yang dihadapi dan program yang harus dijalankan berupa
pojok oralit, LROA, home visite, hanya dijalankan oleh satu penanggung
jawab program sekaligus pelaksana. Kurangnya kelengkapan sarana
prasarana Pojok Oralit. Kurangnya follow up pasien sehingga jika pasien
tidak kembali berobat ke Puskesmas, pasien diduga telah sembuh sehingga
home visite tidak dilakukan. Kurangnya kesadaran pasien untuk ke pojok
oralit untuk mendapatkan Layanan Rehidrasi Oral Aktif (LROA).
- Proses : pada proses kegiatan belum dilaksanakan dengan maksimal

3
- Output : output dari kegiatan terjadi penurunan target dari tahun 2015 ke
tahun 2016. Indikator keberhasilan pencapaian program pelaksanaan
pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Talise diatur dalam standar
pelayanan minimal Puskesmas Talise yang dievaluasi tiap semester
dengan evaluasi akhir per tahun.

4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Input
Adapun perangkat pelaksanaan manajemen Penyakit Diare di Puskesmas
Talise mulai dari sumber daya manusia (SDM), sarana prasarana, akses,
metode, pedoman, pelaksanaan, dana serta waktu pelaksanaannya. Untuk
sumber daya manusia program penanggulangan (P2) Diare di Puskesmas
Talise dikelola oleh 1 orang petugas . Tenaga kesehatan di Puskesmas Talise
sangat kurang, mengingat jumlah pasien yang dihadapi dan program yang
harus dijalankan berupa pojok oralit, LROA, home visite, hanya dijalankan
oleh satu penanggung jawab program sekaligus pelaksana.
Untuk sarana dan prasarana di Puskesmas Talise, terdapat poli pengobatan
anak dan dewasa untuk bertemu dokter, melakukan pemeriksaan dan
penegakan diagnosis diare. Terdapat depo farmasi yang menyediakan obat-
obatan diare berupa Zink dan antibiotik. Terdapat Pojok Oralit, dimana pasien
atau klien diberi oralit untuk rehidrasi oral selama diare, mereka diajarkan cara
membuat oralit dan alternatif jika tidak ada oralit. Pada pojok oralit terdapat
oralit sachet, gelas, dispenser dengan galon air, meja, buku registrasi
pasien/klien. Pada pojok oralit ini harusnya tersedia gula, garam, sendok untuk
mengajarkan cara rehidrasi alternatif selain oralit pada pasien.
Untuk akses dalam pengendalianan Penyakit Diare masih dapat dijangkau
dan tidak terdapat kendala. Area home visite di wilayah kerja Puskesmas
Talise masih bisa diakses dengan kendaraan bermotor. Penanggung jawab
program biasa menggunakan kendaraan bermotor roda dua untuk mengakses
rumah pasien diare.
Metode yang digunakan dalam penanggulangan Penyakit Diare di
Puskesmas Talise adalah sistem rujukan poli. Pasien datang ke Puskesmas
Talise dan diperiksa oleh dokter di poli pengobatan anak atau dewasa. Pasien
kemudian diberi resep dan diarahkan ke pojok oralit untuk edukasi rehidrasi
oral oleh petugas penanggung jawab program. Edukasi yang diberikan berupa:

5
 Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan oralit dan
bagaimana cara memberikannya.
 Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan oralit
bila ada muntah.
 Memberikan dorongan pada ibu untuk memulai memberikan makanan
pada anak atau ASI pada bayi (Puskesmas perlu memberikan makanan
pada anak yang tinggal sementara di fasilitas pelayanan).
 Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama
anaknya di rumah dan mentukan indikasi kapan anaknya dibawa kembali
ke Puskesmas.
 Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung
Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah serta
cara pencegahan diare.
Jika pasien tidak kembali berobat ke Puskesmas, pasien diduga telah
sembuh. Tapi jika pasien kembali dengan keluhan yang sama, maka petugas
penanggung jawab akan melakukan home visite bekerja sama dengan bagian
Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan untuk mencari tahu sumber
Penyakit Diare pada pasien dan melakukan edukasi pada pasien, keluarga dan
masyarakat sekitar. Kebanyakan Pasien setelah melakukan pemeriksaan di
poliklinik langsung pulang ke rumah dan tidak ke pojok oralit untuk
mendapatkan Layanan Rehidrasi Oral Aktif (LROA) dari petugas.
Pedoman pengendalian penyakit diare di Puskesmas Talise menggunakan
SOP tersandar Puskesmas Talise untuk Penyakit Diare yang mengacu pada
buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare 2011 berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan nomor
1216/MENKES/SK/XI/2001, buku Lintas Diare 2011 dan Manajemen
Terpadu Balita Sakit. 2
Sumber dana yang digunakan dalam program pengendalian Penyakit Diare
di Puskesmas Talise berasal dari APBN ,APBD kota, dan BOK serta alokasi
dana JKN.

6
Waktu pelaksanaan kegiatan program pengendalian Penyakit Diare di
Puskesmas Talise dilakukan saat ada pasien yang terkena Diare dan evaluasi
tiap akhir bulan.
3.2 Proses
Dalam proses pelaksanaan program pengendalian Penyakit Diare di
Puskesmas Talise menggunakan model manajemen POAC yaitu
Planning/perencanaan, Organizing/pengoragnisasian, Actuating/pergerakan
pelaksanaan dan Controlling/pemantauan.
Perencanaan program pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Talise
berangkat dari berbagai permasalahan yang terkait monitoring dan evaluasi
pelaksanaan sebelumnya yang berasal dari kendala yang menjadi
permasalahan yang telah ditentukan pada rapat koordinasi sebelumnya. Dari
permasalahan yang ditentukan saat rapat koordinasi sebelumnya, dilakukan
perumusan masalah utama yang akan ditangani untuk mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan program pengendalian Penyakit Diare di
Puskesmas Talise
Kemudian setelah ditentukan permasalahan utama sebagai prioritas,
dilakukan Rencana Kerja Operasional (RKO) yang meliputi penentuan:
1. Jenis kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
2. Lokasi kegiatan
3. Metode pelaksanaan
4. Sasaran penduduk
5. Penanggungjawab
6. Dana dan sarana
7. Waktu pelaksanaannya
Pengorganisasian program pelaksanaan pengendalian Penyakit Diare di
Puskesmas Talise diinstruksikan oleh Kepala Puskesmas kepada pelaksana
program pengendalian Penyakit Diare yang akan menjadi penanggung jawab
program. Pelaksanaan program bekerja sama dengan dokter, bagian farmasi,
kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan.

7
Pelaksanaan program pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Talise
mengikuti strategi pengendalian penyakit diare yang dikeluarkan pemerintah:
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan
melalui lima langkah tuntaskan diare ( LINTAS Diare).
2. Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan
benar.
3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB diare.
4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
Lintas Diare
a. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru
dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera
di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui
infus. 2
b. Berikan obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.
Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),
dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus
yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.2
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai
efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study

8
menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare. 2
c. Pemberian ASI / Makanan :
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus
lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan
lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang
telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah
dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare
berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan.2
d. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera. 2
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di
anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi
ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar
menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat
anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba,
giardia). 2
e. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang :
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
 Diare lebih sering

9
 Muntah berulang
 Sangat haus
 Makan/minum sedikit
 Timbul demam
 Tinja berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari.2
Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
SKD merupakan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi KLB beserta
faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilan
epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkat-kan sikap tanggap
kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindak tepat (Permenkes RI
No.949/MENKES/SK/VIII/2004).
1. Pengumpulan Data Diare 5
Ada tiga cara pengumpulan data diare, yaitu melalui :
A. Laporan Rutin5
Dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit melalui SP2TP (LB),
SPRS (RL), STP dan rekapitulasi diare. Karena diare termasuk pen-
yakit yang dapat menimbulkan wabah maka perlu dibuat laporan
mingguan (W2). Petugas/Pengelola Diare Kabupaten/Kota mem-buat
rekapitulasi dari masing-masing Puskesmas dan secara rutin (bulanan)
dikirim ke tingkat Propinsi dengan menggunakan formulir rekapitu-lasi
diare. Dari tingkat Propinsi direkap berdasar-kan kabupaten/kota secara
rutin (bulanan) dan dikirim ke Pusat .
B. Laporan KLB Diare 5
Setiap terjadi KLB/wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam
(W1) dan dilanjutkan den-gan laporan khusus yang meliputi :
- Kronologi terjadinya KLB
- Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
- Keadaan epidemiologis penderita
- Hasil penyelidikan yang telah dilakukan
- Hasil penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut

10
C. Pengumpulan data melalui studi kasus 5
Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali, misalnya
pada pertengahan atau akhir tahun. Tujuannya untuk mengetahui “base
line data” sebelum atau setelah program dilaksanakan dan hasil
penilaian tersebut dapat digunakan untuk perencanaan di tahun yang
akan datang.
2. Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi 5
Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampil-kan dalam
bentuk tabel-tabel atau grafik, kemudian dianalisis dan diinterpretasi.
Analisis ini sebaiknya dilakukan berjenjang dari Puskesmas hingga Pusat,
sehingga kalau terdapat permasalahan segera dapat diketahui dan diambil
tindakan pemecahannya.
3. Penyebarluasan Hasil Interpretasi 5
Hasil analisis dan interpretasi terhadap data yang telah dikumpulkan,
diumpanbalikkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada
pimpinan di daerah (kecamatan hingga Dinkes Propinsi) untuk
mendapatkan tanggapan dan dukungan penanganannya.
Kejadian Luar Biasa (KLB)
Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu timbulnya atau meningkat-nya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah (Permenkes RI
No.949/Menkes/SK/VIII/2004). 5
Kriteria KLB Diare, sesuai Permenkes RI
no.1501/MENKES/PER/X/2010: 5
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagai-mana dimaksud pada
pasal 4 Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/2010.(Konfirmasi kolera)
yang sebelum-nya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari, atau minggu berturut turut.

11
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih di-bandingkan dengan angka rata-rata per
bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1(satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata rata
jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus (CFR) dalam 1(satu) kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka
kematian kasus pada suatu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.
Pencegahan Diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah : 2
Perilaku Sehat
1. Pemberian ASI
2. Makanan Pendamping ASI
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
4. Mencuci Tangan
5. Menggunakan Jamban
6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
7. Pemberian Imunisasi Campak
Penyehatan Lingkungan
1. Penyediaan Air Bersih
2. Pengelolaan Sampah
3. Sarana Pembuangan Air Limbah
Pemantauan dari pelaksanaan program pelaksanaan pengendalian
Penyakit Diare di Puskesmas Talise dilakukan tiap minggu, tiap akhir bulan,
tiap semester dan tiap tahun untuk mengevaluasi pencapaian target program
dan kendala pelaksanaan program.

12
3.3 Output
Indikator keberhasilan pencapaian program pelaksanaan pengendalian
Penyakit Diare di Puskesmas Talise diatur dalam standar pelayanan minimal
Puskesmas Talise yang dievaluasi tiap semester dengan evaluasi akhir per
tahun. Adapun sistem perhitungannya :

Target = Capaian X 100%


Sasaran

Target: Hasil yang diharapkan (%)


Capaian: Jumlah pasien yang mendapatkan pelayanan (pemberian Oralit,
Zink, home visite, kunjungan LROA)
Sasaran : Jumlah pasien dan klien yang diharapkan mendapat pelayanan P2
Diare (dikeluarkan dari Kemenkes RI tiap tahun)
Pada tahun 2016, pasien penderita Diare di Puskesmas Talise sebanyak
sasaran 955 orang dan capaian 937 orang sehinga target yang tecapai tahun
2016 adalah 98,1% dari target sasaran, sementara target sasaran yang ingin
dicapai adalah 100% per tahunnya. Untuk tahun 2017, sasaran yang ingin
dicapai 971 orang, pada akhir evaluasi semester I 2017, capaian 360 orang
sehingga target yang baru dicapai di semester I 2017 adalah 37,0%. Hasil
evaluasi akhir pencapaian P2 Diare akan dilakukan di akhir tahun 2017.

13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjaun permasalahan terkait program pengendalian Penyakit
Diare di Puskesmas Talise maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Dalam pelaksanaan program pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas
Talise sejauh ini masih menjadi masalah karena belum mencapai target
SPM 100%
2. Faktor yang menjadi permasalahan pelaksanaan program pengendalian
Penyakit Diare di Puskesmas Talise adalah kurangnya SDM dalam
pelaksanaan program, sistem follow up pasien yang belum memadai dan
kurangnya kesadaran masyarakat untuk datang sendiri sebagai klien atau
pasien diare.
4.2 Saran
Adapun saran atau rekomendasi yang dapat diambil dari pelaksanaan
manajemen program pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Talise, yaitu :
1. Promosi kesehatan Diare dan Rehidrasi Oral Aktif harus sering dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Penyakit Diare
dan fungsi Pojok Oralit.
2. Memaksimalkan sumber daya manusia dan kelengkapan sarana prasarana
di Pojok Oralit untuk memberi hasil optimal dalam pengendalian Penyakit
Diare
3. Pelaksana program P2 Diare seharusnya lebih aktif mencari pasien yang
terkena diare, tidak hanya menunggu saat ada pasien yang datang ke
fasilitas kesehatan.

14
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Situasi Diare di
Indonesia. Buletin Jendela Informasi Kesehatan Triwulan II 2011. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Buku Saku Petugas
Kesehatan Lintas Diare. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
3. UPTD Urusan Puskesmas Talise, 2016, Profil Kesehatan Puskesmas
Talise 2016. Palu: Puskesmas Talise.
4. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran universitas
Tadulako, 2017, Buku Panduan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Palu:
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Untad.
5. http://www.hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%20
1501%20ttg%20Jenis%20Penyakit%20Menular%20Tertentu%20Yang%2
0%20Menimbulkan%20Wabah.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai