Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi merupakan suatu tempat dimana berkumpulnya orang-orang atau


individu minimal 2 orang atau lebih yang melaksanakan suatu sistem untuk mencapai
tujuan organisasi tersebut. dalam suatu organisasi terdapat individu dari berbagai
karakteristik yang berbeda-beda yang memungkin setiap anggota organsasi memiliki
keunikan tersendiri dalam melaksanakan tugasnya dalam organisasi tersebut.
organisasi juga merupakan suatu ajang untuk melakukan komunikasi diantara orang-
orang atau anggota-anggota baik itu internal maupun eksternal yang memungkin
setiap orang mendapatkan penegtahuan atau informasi yang akan digunakan untuk
tindakannya dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Setiap individu memiliki keunikan tersendiri dalam memahami situasi
lingkungannya, sehingga menjadi acuan untuk setiap pengambilan keputusannya
sendiri. Perbedaan individu tersebut terletak bagaimana ia memahami lingkungannya
sehingga dapat membantu dalam perilaku organisasi. Salah satu elemen yang penting
dari sikap individu adalah persepsi individu itu sendiri terhadap objek atau peristiwa
yang mempengaruhi sikapnya dalam berperilaku. Karena persepsi memaikan peran
dalam beragam perilaku lingkungan kerja, sehingga manajer maupun direktur serta
karyawan-karyawan lain perlu mendapatkan pemahaman umum mengenai proses-
proses perceptual dasar.
Suatu persepsi tidak akan datang secara tiba-tiba, karena persepsi merupakan
proses yang digunakan oleh individu untuk mengenali dan menginterpretasikan
informasi maupun situasi lingkungan yang akan memunculkan berbagai respon.
Sehingga setiap anggota organisasi perlu memahami bagaimana sautu persepsi dapat
mempengaruhi suatu tindakan agar setiap individu dalam suatu organisasi dapat
memberikan alternatif bagi tidakan yang tidak sesuai dengan keinginan yang
diakibatkan oleh persepsi itu sendiri sehingga organisasi dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

1|Persepsi dan Perilaku


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan membahas mengenai
“Persepsi individu terhadap pengambilan keputusan” dengan judul makalah “Persepsi
dan perilaku individu terhadap pengambilan keputusan dalam suatu organisasi”
sebagai suatu informasi dan pengetahuan yng mempengaruhi suatu organisasi.

1.2 Rumusun Masalah

Berdasarkan judul yang telah tercantum, permasalahan yang dihadapi yakni


bagaimana menjelaskan sudut pandang atau persepsi individu serta respon yang
diberikan terhadap pengambilan keputusan pada suatu organisasi.

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan ini adalah


memberikan penjelasan bagaimana suatu persepsi dapat terjadi, serta
menjelaskan sudut pandang atau persepsi individu terhadap stimulus lingkungan
yang memberikan respon yang berbea-beda.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi kajian lebih lanjut dalam
memahami persepsi dan perilaku individu terhadap pengambilan
keputusan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penulisan ini untuk memberikan masukan dalam memahami persepsi dan
perilaku individu terhadap pengambilan keputusan.

2|Persepsi dan Perilaku


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Ihwal Persepsi


2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi/perception adalah proses kognitif di mana individu menyeleksi,


mengorganisasi, dan memberi arti terhadap stimuli lingkungan. Setiap individu
memiliki persepsi yang berbeda-beda, meskipun melihat stimuli yang sama
(Invancevich dan Matteson, 2002). Menurut (Robbins 2003 : 97) persepsi
merupakan kesan yang diproleh individu melalui panca indra kemudian dianalisa
(diorganisir), di interpretasikan kemudian di evaluasi, sehingga individu tersebut
memperoleh makna. Persepsi dapat didefinisikan sebagai gambaran seseorang tentang
sesuatu objek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang dihadapi.

Dari beberapa pengertian menurut ahli di atas, dapat disimpulkan


mengenai pengertian persepsi, persepsi merupakan suatu proses yang perlakuan
individu yaitu memilih, mengorganisir, dan menginterpretasikan kesan indra
dalam rangka memberikan respon terhadap stimulus atau rangsangan yang
diterima dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai
perilaku individu.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi sangat tergantung pada faktor-faktor, antara lain individu yang


membuat persepsi, situasi yang terjadi pada saat persepsi itu dirumuskan serta
gangguan-gangguan yang memengaruhi dalam proses pembentukan persepsi
(target). berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai
berikut :
a. Faktor Individu

3|Persepsi dan Perilaku


Seorang individu dalam membuat suatu persepsi akan dilatar belakangi oleh
kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu (attitude), motivasi
individu untuk membuat persepsi tentang sesuatu tersebut, kepentingan
individu terhadap sesuatu yang dipersepsikan, pengalaman individu dalam
menyusun persepsi, serta harapan individu dalam menentukan persepsi
tersebut. sebgai contoh, jika anada berpikir perwira polisi harus berwibawa,
anak muda harus tidak ambisius, atau individu yang memangku jbatan public
pasti tidak jujur, maka mungkin anda mempersepsikan mereka dalam cara
ini, tanpa memperdulikan cirri-ciri mereka yang sebenarnya.
b. Faktor Situasi
SItuasi dalam menyusun suatu persepsi ditentukan momen yang tepat,
bangunan atau struktur dari objek yang dipersepsikan, serta kebiasaan yang
berlaku dalam sosial masyarakat dalam merumuskan persepsi. Waktu ketika
obyek atau peristiwa tertentu terlihat dapat mempengaruhi perhatian, seperti
lokasi, cahaya, suhu udara, atau sejumlah faktor situasi lainnya. Sebagai
contoh, saya mungkin tidak memperhatikan seorang wanita berusia 22 tahun
dalam gaun malam dan tata rias tebal di suatu klab malam pada sabtu
malam. Tapi wanita dengan dandanan dan pakaian yang sama dalam kuliah
manajemen pada senin pagi, pasti akan menarik perhatian saya (dan
perhatian seluruh kelas). Baik pelaku persepsi maupun target tidak berubah
antara sabtu malam dan senin pagi, tetapi situasinya berlainan.
c. Faktor Target
Gangguan yang ada dalam menyusun persepsi sebagai gangguan dalam
menentukan target atau persepsi, biasanya adalah objek yang akan
dipersepsikan merupakan perihal yang benar-benar baru (novelty), adanya
gambaran hidup yang memengaruhi dalam membentuk persepsi (motion),
suara-suara yang timbul pada saat membentuk persepsi (sounds), ukuran dari
bentuk persepsi (size), yang melatar belakangi pembentuk persepsi tersebut
(backround), dan kedekatan persepsi dengan objek lain yang dapat

4|Persepsi dan Perilaku


membentuk persepsi yang hampir sama (proximity), serta kesamaan
(similarity) dari persepsi yang akan dibangun dengan persepsi lain.

2.1.3 Kesalahan-kesalahan Persepsi

Ada beberapa jenis kesalahan persepsi yang sering terjadi, yaitu halo
efek, leniency, centraltendency, recency effect, contras effect, projection, dan
steotip (Kreitner dan kinicki, 2005; Robbins dan judge, 2007).
a) Halo efek/halo effect, yaitu membuat kesan umum mengenai seseorang
berdasarkan karakteristik seperti kepribadian, keramahan, dan penampilan.
Misalnya menilai seorang pemimpin yang hebat berdasarkan kemampuannya
dalam memotivasi bawahan, berpengetahuan luas, dan tegas.
b) Leniency, yaitu ciri pribadi yang cenderung menilai seseorang atau benda lain
secara positif. Misalnya menilai dosen yang hebat berdasarkan semua dimensi
kinerja yang sebenarnya. Seseorang yang membenci dosen tersebut akan
mengatakan hal-hal yang negative tentang dirinya.
c) Kecenderungan sentral/central tendency, yaitu kecenderungan untuk
menghindari penilaian ekstrem dan menilai seseorang atau beda secara netral
atau rata-rata. Misalnya menilai seseorang rekan kerja yang biasa-biasa saja
tanpa mempertimbangkan kinerja yang sebenarnya.
d) Recency effect, yaitu kecenderungan untuk mengingat informasi saat itu.
Apabila informasi itu sangat negatif, maka orang tersebut akan menilai
seseorang atau benda secara negatif pula. Misalnya seorang karyawan yang
selalu mencapai target penjualan, dinilai secara negatif hanya karena dalam
beberapa hari terakhir kinerjanya buruk.
e) Conrtas Effect, yaitu kecenderungan untuk menilai karakteristik seseorang
yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan orang lain yang
baru ditemui, yang dapat nilai tinggi atau rendah untuk karakteristik yang
sama. Reaksi kita terhadap seseorang dipengaruhi oleh orang lain yang baru
saja kita temui. Misalnya seorang manajer menilai karyawannya yang

5|Persepsi dan Perilaku


berkinerja baik biasa-biasa saja, karena dia membandingkan kinerja karyawan
tersebut dengan 3 orang karyawan terbaik yang baru ditemuinya.
f) Projection, yaitu menghubungkan karakteristik-karakteristik diri sendiri
dengan individu lain. Misalnya anda seorang yang jujur dan suka tantangan,
anda juga menganggap bahwa individu lain juga dan suka tantangan.
g) Stereotip/stereotyping, yaitu menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang
kelompok dimana dia bergabung. Stereotip tidak selalu negatif, bisa akurat
bisa juga tidak akurat. Stereotip didasarkan pada gender, usia, etnis, bahkan
berat badan. Misalnya perempuan umumnya tidak bersedia dipromosikan,
kaum pria tidak tertarik pada pekerjaan mengasuh anak, dan imigran-imigran
Asia biasanya pekerja keras dan selau berhati-hati.

2.1.4 Prinsip Pengorganisasian Persepsi


Untuk memersepsi stimulus mana menjadi figure dan mana yang
ditinggalkan sebagai ground, ada beberapa prinsip pengorganisasian.
1) Prinsip Proximity; seseorang cenderung memersepsi stimulus-stimulus yang
berdekatan sebagai satu kelompok. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-
hari, kebanyakan orang akan memeresepsikan beberapa orang yang sering
terlihat bersama-sama sebagai sebuah kelompok (peer group). Untuk orang
yang tidak mengenal dekat dengan anggota “kelompok” itu, ia akan
mengalami kesulitan dalam menentukan identitas satu dengan yang lainnya
karena masing-masing orang (sebenarnya ada empat lajur titik) terlabur
identitasnya dengan keberadaan orang lain (dipersepsi sebagai dua kelompok
titik).
2) Prinsip Similarity; seseorang cenderung memersepsikan stimulus yang sama
sebagai satu kesatuan.
3) Prinsip contotunity; prinsip ini menunjukan bahwa kerja otak manusia secara
alamiah melakukan proses melengkapi informasi yang diterimanya walaupun
sebenarnya stimulus tidak lengkap. Dalam kehidupan sehari-hari contohnya
fenomena tentang bagaimana gosip bisa begitu berbeda dari fakta yang ada.

6|Persepsi dan Perilaku


Fakta yang diterima sebagai informasi oleh seseorang, kemudian diteruskan
kepada orang lain setelah “dilengkapi” dengan informasi lainyang dianggap
relevan walaupun belum menjadi fakta atau tidak diketahui faktanya.

2.1.5 Proses Persepsi


Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses
kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan
individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur
bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala
akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya
komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang
berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi
merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:
1) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman
atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat
indera manusia.
2) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,
merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat
indera) melalui saraf-saraf sensoris.
3) Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik,
merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang
diterima reseptor.
4) Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu
berupa tanggapan dan perilaku.
Berdasarkan pendapat para ahli, bahwa proses persepsi melalui tiga tahap,
yaitu:
1) Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial
melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan
dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.

7|Persepsi dan Perilaku


2) Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta
pengorganisasian informasi.
3) Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi
lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman,
cakrawala, serta pengetahuan individu.
2.1.6 Jenis -Jenis Persepsi

1) Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan yaitu mata.
2) Persepsi auditori
didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3) Persepsi perabaan
didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4) Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung.
5) Persepsi pengecapan
didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.

2.2 Ihwal Perilaku


2.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skinner,
seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

8|Persepsi dan Perilaku


organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

2.3 Hubungan Persepsi dengan Perilaku


Sering kali dikatakan bahwa persepsi adalah kenyataan. Ini berarti bahwa
hal-hal yang dipersepsikan oleh karyawan sebagai hal yang nyata, sering kali
(bagi karyawan tersebut) merupakan kenyataan. Karena perilaku sangat
dipengaruhi oleh interpretasi pribadi kita terhadap kenyataan, mudah bagi kita
untuk memahami mengapa proses persepsi kita merupakan determinan yang
nyata dari perilaku. Salah satu pendekatan yang menyediakan dasar untuk
memahami hubungan antara persepsi dan perilaku adalah teori atribusi.
A. Teori Atribusi
Teori atribusi berkaitan dengan proses di mana individu
menginterpretasikan bahwa peristiwa disekitar mereka disebabkan oleh bagian
lingkungan mereka sendiri secara relatif stabil. secara singkat, teori atribusi
berusaha untuk menjelaskan bagian mengapa dari perilaku yang menjelaskan
apakah suatu penilaian terhadap orang lain berasal dari faktor ekternal atau faktor
internal.
Berdasarkan teori atribusi, penyebab yang dipersepsikan dari suatu
peristiwalah dan bukan peristiwa aktual itu sendiri yang mempengaruhi perilaku
seseorang. Secara lebih spesifik, individu akan berusaha menganalisis mengapa
peristiwa tertentu muncul dan hasil dari analisis tersebut akan mempengaruhi
perilaku mereka di masa mendatang. Sebgai contoh, seorang karyawan yang
menerima kenaikan gaji akan berusaha mengatribusikan kenaikan tersebut pada
beberapa penyebab yang mendasar. Jika karyawan mempersepsikan bahwa
penjelasan atas kenaikan gaji tersebut adalah fakta bahwa dia bekerja keras dan
jika sebagai akibatnya dia menyimpulkan bahwa bekerja keras membuahkan
penghargaan dalam organisasinya, dia lebih mungkin untuk memutuskan untuk
terus bekerja keras di masa mendatang. Karyawan lain mungkin mengatribusikan
kenaikan gajinya pada fakta bahwa dia berpartisipasi dalam tim bowling

9|Persepsi dan Perilaku


organisasi dan sebgai akibatnya, mungkin dia akan memutuskan untuk
meneruskan bowling karena alasan tersebut. dikedua kasus karyawan telah
membuat keputusan yang mempengaruhi perilaku mereka dimasa mendatang
berdasarkan atribusi mereka mengenai mengapa peritiwa ini terjadi; oleh karena
itu atribusi ini mungkin akan diperkuat atau dimodifikasi bergantung peristiwa di
masa mendatang.
Proses atribusi juga dapat menjadi hal yang penting dalam memahami
perilaku dari oaring lain. Perilaku orang lain dapat diperiksa atas dasar Faktor
kekhususan, konsistensi, dan konsensus.
1) Kekhususan, merupakan tingkat dimana seseorang berperilaku dengan cara
yang sama dalam situasi yang berbeda.
2) Konsistensi, merupakan tingkat dimana seseorang berperilaku dengan cara
yang pada lain waktu
3) Konsensus, merupakan tingkat dimana orang lain berperilaku dengan cara
yang sama pada situasi yang sama.

10 | P e r s e p s i d a n P e r i l a k u
BAB III
ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI DAN PERILAKU TERHADAP
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dalam suatu organisasi banyak sekali peran yang melibatkan individu-


individu khususnya dalam pengambilan keputusan, karena indivdu dalam suatu
organisasi mengharapkan suatu keputusan atasan adalah yang sesuai dengan apa yang
mereka inginkan dan yang mereka harapkan. Kaitannya dalam hal ini kita menyadari
bahwa setiap individu memiliki persepsi atau sudut pandang yang berbeda dalam
menganalisis suatu objek atau situasi tertentu. Individu-individu pada sebuah
organisasi dalam pengambilan keputusan, yaitu mereka membuat pilihan dari dua
alternatif atau lebih. Oleh Karena itu keputusan individual merupakan suatu bagian
penting dalam perilaku organisasi.
Lalu bagaimana seorang individu menggunakan persepsi dan perilakunya
dalam pengambilan keputusan? Keterkaitan antara persepsi dan perilaku terhadap
pengambilan keputusan sangatlah erat. Suatu persepsi dipergunakan dalam
menganalisis suatu situasi maupun masalah yang menjadi titik bagaimana
pemerosesan itu terjadi dan menghasilkan sebuah keputusan serta memberikan
sebuah respon terhadap hasil yang diambil. Berbicara mengenai hubungan persepsi
dengan pengambilan keputusan memanglah cukup kompleks, namun mari kita
sederhanakan. Ada beberapa hal yang menjadi sorotan dalam proses pengambilan
keputusan termasuk di dalamnya adanya sebuah persepsi yang melatar belakangi
keuputusan tersebut diambil
Contoh sederhana, ketika di sebuah organisasi atau instansi, seorang pimpinan
mengambil sebuah keputusan mengenai peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap
pekerja atau karyawannya. Peraturan yang akan diterapkan yaitu dilarang merokok
di dalam kantor, peraturan tersebut berlaku kepada seluruh karyawan yang berada di
lingkungan organisasi tersebut. Seperti kita ketahui setiap individu dalam suatu
organisasi memiliki karakteristik yang berbeda begitu pula mengenai persepsi atau
sudut pandang mereka. Dari banyaknya karyawan yang mematuhi peraturan

11 | P e r s e p s i d a n P e r i l a k u
tersebut ada beberapa karyawan yang tidak mematuhi peraturan tersebut karena
mereka mempersepsikan bahwa peraturan tersebut hanya sebuah gertakan untuk
menghindari banyak nya putung rokok yang berserakan akibat banyaknya karyawan
merokok di dalam kantor.
Dapat kita analisis dari kasus diatas bahwa hubungan persepsi dan perilaku
erat kaitannya dengan pengambilan keputusan yang dibuat oleh pimpinan dalam
oragnisasi tersebut, kita dapat lihat bahwa persepsi setiap orang terhadap kuputusan
mengeni peraturan tersebut adalah berbeda-beda, bagi sebagian karyawan mereka
mempersepsikan atau menerjemahkan peraturan tersebut sebagai suatu hal yang
harus dipatuhi karena untuk keberlangsungan organisasi itu juga dan mereka juga
mengambil suatu keputusan dengan memberikan respon dengan perilaku yaitu
menghindari merokok di dalam kantor. Sebaliknya beberapa karyawan yang
menentang mereka mempersepsikan apa yang menjadi keputusan pimpinan
sangatlah merugikan kebebasan mereka sehingga mereka juga mengambil
keputusan dengan merespon yaitu tetap merokok di dalam kantor tersebut.

12 | P e r s e p s i d a n P e r i l a k u
BAB IV
KESIMPULAN

Dari beberapa hal yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat
dilihat bahwasannya setiap organisasi memiliki individu-individu yang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dan begitu unik, dimana setiap individu memiliki
sudut pandang yang berbeda walupun beraada pada situasi yang sama. Sudut pandang
yang berbeda tersebut mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan yang akan
mempengaruhi setiap kinerja individu dalam organisasi tersebut. oleh karena itu
setiap pimpinan dalam organisasi perlu adanya pemahaman mengenai persepsi setiap
karyawannya, agar dalam setiap pengambilan keputusan memiliki keberhasilan dan
reaksi yang positif oleh semua karyawan.
Persepsi-persepsi yang menjadi dasar interpretasi setiap objek atau stimulus
lingkungan mempunyai beberapa faktor yang menjadi pengaruh setiap stimulus yang
dipersepsikan. Setiap persepsi tidak selamanya dapat benar terkadang pula memiliki
beberapa kesalahan. Oleh sebab itu setiap persepsi harus memiliki prinsip yang harus
diperhatikan agar terhindar dari kesalahan.

13 | P e r s e p s i d a n P e r i l a k u

Anda mungkin juga menyukai