Anda di halaman 1dari 2

Bila orang hendak masuk rumahBatak Toba harus menundukkan kepalaagar tidak terbentur pada bal

ok yangmelintang, hal ini diartikan tamu harusmenghormati si pemilik rumah. Ruangandalam rumah
adat merupakan ruanganterbuka tanpa kamar-
kamar,walaupunberdiam disitu lebih dari satu keluarga,tapi bukan berarti tidak ada pembagian ruan
gan, karena dalam rumah adat ini pembagianruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat. Ruang da
lamnya terbagi menurut struktur adatDalihan Natolu, yakni sistem kekerabatan suku Batak Toba. Kar
ena itu ruma terbagi atas jabu soding, jabu bona, jabo tonga-tonga, jabu sukat, jabu tampar piring,
dan jamhur. Jabu bona dan jabu tampar piring di sisi kanan, sedang jabu soding dan jabu sukat di sisi
kiri. Dekat pintu terletak jamhur, sedang dapur di antara jabu tonga-tonga, jabu bona, dan jabu
soding. Setiap jabu mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Jabu bona berfungsi sebagai tempat
tinggal pemilik rumah dan tempat menerima upacara adat Jabu tampar piring tempat saudara pria
pihak istri (hula-hula) serta tempat duduk anggi ni partibi (semarga yang bungsu). Jabu soding adalah
tempat anak gadis pemilik rumah dan tempat upacara adat. Jabu sukat untuk tempat tinggal anak
laki-laki pemilik rumah serta tempat duduk para boru. Sedangkan jabu tonga-tonga untuk tempat
berkumpul seisi rumah.

Dalam ukuran yang lebih kecil, bentuk arsitektursopo sama persis dengan ruma bolon, hal ini sebagai
bukti penghargaan yang diberikan pada lumbungsebagai sumber pangan dan kehidupan.

Gambar 18Denah Sopo Sumber: Soeroto (2003: 104)

Bangunan lumbung (sopo) dibangunberhadapan dengan ruma. Sopo dibedakan menurut jumlah tian
gnya, yaitu antara 4 sampai 12 tiang. Soposiopat bertiang 14, Sopo sionam bertiang 6, sopo siualu br
tiang 8 dan sopo bolon bertiang 12. Sopobolon masih dapat dilihat di desa Lumban Nabolon,Tapanul
i Utara.

Sopo juga merupakam bangunanpanggung yang melambangkan tritunggal banua. Bagian kolong
nya tempat ternak, bagiantengah tempat menenun dan bersantai, sedang bagian atasnya tempat
menyimpan padi. Tiang-
tiang sopo berdiri di atas batu ojahan, berbentuk bulat dengan diameter 20 cm di bawah dan 40
cm di atas. Selain tiang utama terdapat tiang-
dang pembantu berbentuk bulat berdiameter 20cm.Seluruh tiang diikat oleh 4 balok ransang pa
da tiap sisinya. Bagian atas tiang dihubungkan olehbalok galapang. Di atas balok galapang terlet
ak sumban dan di atas sumban terdapat gulang-
gulang.Pada bangunan rumah, terbagi dalam tiga bagian atau tritunggal banua, yakni banuatong
ga (bawah bumi) untuk kaki rumah, banua tonga (dunia) untuk badan rumah, banua ginjang(si
nga dilangit) untuk atap rumah. Hal ini menunjukkan kepatuhan masyarakat tradisional Batak,d
alam menghargai keberadaan dirinya sebagai mikro kosmos di tengah lingkungan alam (makro
kosmos) yang sudah ada. Bentuk dan posisi perletakan bolon dalam rumah Batak Toba yangme
nyerupai ruma, menunjukkan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh masyarakat BatakTob
a terhadap hasil alam, sebagai sumber kehidupan. Dalam Ruma, terdapat beberapa keluargayan
g tinggal di dalamnya, akan tetapi tidak terdapat sekat yang jelas di dalamnya, karena lebihmen
yerupai ruang yang terbuka. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Batak Toba yangsangat
patuh terhadap adat yang mengaturnya, sehingga tidak diperlukan suatu wujud aturansecara fi
sik, karena moralitas mereka masih mengakui kekuatan dan kebenaran adat yang merekayakini.
Penafsiran Rumah tradisional Batak Toba senantiasa dirancang untuk pola kehidupankolektif, y
ang mampu menampung 4

8 keluarga.Perkembangan peradaban dan kehidupan masyarakat, telah mempengaruhi berbaga
iperubahan yang terdapat di dalamnya, termasuk pemanfaatan ruang pada rumah tradisional.P
ergeseran nilai-
nilai social tersebut juga akan mempengaruhi bentuk dan pola arsitekturnya.Suku Batak memili
ki sistem kekerabatan yang sangat baik. Hal itu sangat diperlukan untukmelangsungkan dan me
melihara adat istiadat, termasuk rumah tradisional. Kebiasaan merantauyang banyak dijumpai
pada masyarakat Batak, dapat emperburuk serta mempengaruhikeberlangsungan adat istiadat.
Bentuk Lumban (desa) yang terdiri dari beberapa ruma dan bolonyang tertata secara rapi dan b
erjajar, dapat menjadi sebagai salah satu upaya keberlangsunganbudaya. Tatanan kehidupan ko
lektif di daerah pedesaan merupakan suatu benteng bagi keberlangsungan desa-
desa tradisional beserta arsitekturnya. Konservasi arsitektur bukan hanyamelestarikan
seni budaya peninggalan nenek moyang, akan tetapui bagaimana kita dapatmenjaga dan
melestarikan nilai-nilai yang terkandung di dalmnya. Sudah banyak nilai-
nilai luhuryang telah kita tinggalkan dengan alasan modernisasi, yang pada akhirnya ha
nya akan membawakita pada suatu krisis dan kehancuran

Anda mungkin juga menyukai