Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN FOTO RONTGEN EXTREMITAS

A. Perintah Foto Rontgen


Pada kasus diatas, permintaan foto rontgen extremitas yaitu foto rontgen regio
genu/knee sinistra dengan posisi AP, Lateral.

B. Kriteria Foto Rontgen Extremitas


a. Identitas Registrasi
 Nama : RnY
 Umur : 45 year(s)
 Jenis Kelamin : Female
 Nomor RM : 677813
 Tanggal Foto : 2/17/2018
b. Identitas Sisi
Terdapat marker berupa L yang menunjukkan bagian kiri.
c. Kualitas Sinar X
Cukup. Tidak terlalu opaq dan lusen
d. Rule of two
 Two view
Pada foto rontgen diatas, menggunakan posisi AP, Lateral
 Two joint
Foto rontgen diatas lebih difokuskan pada genu, sehingga tidak
memerlukan sendi lainnya.
 Two limb
Dalam kasus ini tidak digunakan dikarenakan biasanya digunakan pada
anak yang mengalami kesulitan diagnosis karena masih terdapat
epifisial plate.
 Two injuri

1
 Two occasion
Foto rontgen dilakukan pre dan post treatment untuk mendapatkan hasil
yang sesuai.
e. Foto tidak terpotong

C. Interpretasi Hasil Foto Rontgen Extremitas


a. Struktur dan trabekulasi : Baik
b. Soft tissue
 Irregularitas soft tissue :-
 Soft tissue swelling :+
 Emfissema subcutis :-
 Kalsifikasi :-
 Corpal :-
c. Joint
 Arah :-
 Dislokasi : -
d. Fraktur
 Tertutup
 Komplet
 Tipe : Avulsi
 Lokasi : Patella
 Regio : Genu
 Displaced
- Aposisi :+
- Alignment : Kurang
- Angulation :-
- Posisi : Distractionem
 Baru : Callus negatif

2
D. Interpretasi Kasus
Didapatkan hasil fraktur petella tertutup dengan tipe avulsi. Hal ini dikarenakan
tidak ada bagian tulang yang keluar yang merusak integritas kulit. Tipe fraktur
avulsi dikarenakan pada bagian apex patela tertarik oleh patellar tendon
sehingga fragmen frakturnya terlalu jauh.

3
FRAKTUR PATELLA

I. Definisi

Fraktur patella mewakili 0,5-1,5% dari semua cedera tulang.1,2,3,4


Fraktur patela adalah penyebab paling umum dari gangguan mekanisme
ektensor dan cedera jaringan lunak seperti quadrisep atau ruptur tendon patela.2
Patella merupakan tulang sesamoid terbesar yang terdapat dalam kerangka
tulang manusia. 1,2,4 Meskipun bentuknya bervariasi, patela biasanya berbentuk
ovoid dan flat pada permukaan non-articular anterior. Margin proksimalnya
disebut basis dan margin inferiornya disebut apex.2 Patela berfungsi sebagai
titik tumpu untuk mekanisme ektensor yang terdiri dari tendon quadricep pada
bagian proksimal dan ligamentum patelar pada bagian distal. 5

II. Prevalensi Kasus


Fraktur patella mewakili 0,5-1,5% dari semua cedera tulang dan sering terlihat
dalam rentang usia 20-50 tahun.1,2,3,4 Studi epidemiologi menunjukkan bahwa
kejadian fraktur patela pada pria dua kali lebih tinggi dari wanita.

III. Etiologi dan Faktor Risiko


Fraktur patella dapat terjadi melalui mekanisme cedera langsung atau
tidak langsung.2,4 Tipe fraktur yang dihasilkan tergantung pada mekanisme
trauma (langsung, tidak langsung), energi yang ditransmisikan ke tulang dan
kualitas tulang.4 Mayoritas, fraktur patela terjadi karena adanya mekanisme
cedera langsung, misalnya cedera dashboard pada kecelakaan.4,6 Sedangkan
mekanisme cedera tidak langsung yang paling sering menyebabkan fraktur
adalah jatuh dengan kontraksi otot quadricep.4

4
Fraktur patella tertutup mewakili sebagian besar kasus cedera dan 7%
kasus menghasilkan fraktur patela terbuka. Mekanisme yang mendasari
terjadinya fraktur patela terbuka sebagian besar dikarenakan kecelakaan dengan
kecepatan tinggi.4 Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak serta
terjadinya fraktur kominutif. Sekitar 80% fraktur terbuka berhubungan dengan
multiple cedera, yaitu adanya fraktur femur atau acetabulum, dislokasi hip joint
atau rupturnya ligamen lutut.4,5
Risiko terjadinya faktur patella dapat meningkat karena adanya
bertambahnya usia, post-menopause, penurunan masa tulang (osteoporosis),
nutrisi, BMI, olahraga yang berkontak langsung ( bola ) dan kekerasaan/trauma.

IV. Klasifikasi Fraktur Patella


Klasifikasi fraktur patella dapat didasarkan pada pola fraktur, tingkat
perpindahan (displaced, non-displaced), dan mekanisme trauma (langsung,
tidak langsung). Klasifikasi
formal telah diusulkan oleh
Orthopaedic Trauma
Association (OTA).4,6
Klasifikasi OTA serupa dengan
klasifikasi AO untuk
menjelaskan perbedaan tipe
fraktur ekstra-artikular (A),
partial artikular (B) dan
komplet-artikular (C).3,4
(gambar 1)4.

5
Klasifikasi fraktur patella berdasarkan tingkat perpindahannya
(displaced, non-displaced). Displaced patela fraktur didefinisikan apabila
fragmen fraktur berpindah lebih dari 3 mm atau ketidaksesuaian artikular lebih
dari 2 mm.6 Pola garis fraktur terhadap diklasifikasikan menjadi horizontal,
komunitif, vertikal, marginal, dan osteokondral (gambar 2).2,6

Pada fraktur non-displaced, pola garis yang terjadi antara lain


transversal, kominutif dan vertikal. Pola garis transversal pada fraktur patela
35% merupakan fraktur non-displaced. Pola ini dikaitkan dengan mekanisme
cedera tidak langsung. Sekitar 80% dari fraktur ini terjadi di tengah ke sepertiga
bawah patella.2,6 Pola fraktur kominutif merupakan hasil dari mekanisme
cedera langsung. Sekitar 65% merupakan non-displacment fraktur.2,6 Pola
fraktur vertikal jarang terjadi. Pola garis ini biasanya melibatkan sisi lateral
patela. Bostrom melaporkan bahwa avulsi lateral adalah mekanisme yang
paling umum (75%) untuk terjadi pola vertikal .2,6

6
Pada fraktur displaced pola garis yang terjadi antara lain transversal,
kominutif, osteokondral, dan pole fraktur (avulsi). Pola fraktur transversal
sekitar 52% merupakan fraktur displaced (gap >3mm). Pola fraktur kominutif
biasanya merupakan hasil dari energi tinggi dan pukulan langsung ke patella .
Pole fraktur ini biasanya merupakan avulsi tulang tendon patella. Pola fraktur
osteokondral berhubungan dengan energi tinggi, atau setelah dislokasi patela.
Fragmen fraktur osteokondral dapat memotong dari kondilus femoral lateral
atau medial.2,6

Anda mungkin juga menyukai