Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN

“TRANSPIRASI”

DISUSUN OLEH

NAMA : NURSAMSIYAH

NIM : F1071171040

KELOMPOK : 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
TRANSPIRASI

Abstrak

Transpirasi dapat dikatakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui
kegiatan tanamn yang dapat terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan yang oleh stomata oleh sebab itu dalam perhitunganya besarnya jumlah
air yang hilang dari jarinagn tanaman umumnya difokuskan untuk air yang hilang melalui
stomata.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penguapan adalah suatu proses pergerakan molekul-molekul zat cair dari permukaan zat cair
tersebut ke udara bebas. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan sebagian besar melalui
permukaan daun disebut sebagai transpirasi.

Transpirasi ini terjadi melalui daun akan tetapi dapat juga melalui permukaan tubuh
yang lainnya seperti batang. Oleh karena itu dikenal 3 jenis transpirasi, yaitu transpirasi
melalui stomata, melalui kutikula, dan melalui lentisel.

Transpirasi ini biasanya bibatasi pada masalah-masalah transpirasi melalui daun,


karena sebagian besar hilangnya molekul-molekul air ini lewat permukaan daun
tumbuhan. Mengingat akan pentingnya pemahaman tentang proses transpirasi, maka
diadakanlah praktikum ini dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan transpirasi dan untuk
mengetahui jumlah air yang yang diuapkan / satuan luas daun dalam waktu tertentu.

Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap
air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air prosesnya disebut
dengan transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan kejadian
yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang lainnya.
Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Disamping
mengeluarkan air dalam bentuk uap, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk
tetesan air yang prosesnya disebut dengan gutasi dengan melalui alat yang disebut dengan
hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai pada
species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan yang paling
utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah kita menjumpai
stomata paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal
membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dan
mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel
mesofil kerongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam pengamatan ini, kita ngin
mengetahui kecepatan transpirasi yang kebanyakan terjadi pada permukaan daun sera
menghitung kecepatan transpirasi yang terjadi pada daun tersebut. Transpirasi dapat terjadi
pada kutikula, stomata, dan lentisel. Jumlah air yang dikeluarkan melalui transpirasi pada
setiap tumbuhan tidak sama dan tergantung pada banyak faktor. Transpirasi dipengaruhi baik
oleh faktor luar maupun faktor dalam.

B. DASAR TEORI

Transpirasi dapat dikatakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui
kegiatan tanamn yang dapat terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan yang oleh stomata oleh sebab itu dalam perhitunganya besarnya jumlah
air yang hilang dari jarinagn tanaman umumnya difokuskan untuk air yang hilang melalui
stomata. Proses transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup ( Guritno dan Sitompul,
1995 ).

Banyak model sirkulasi iklim yang pada umumnya memprediksikan bahwa dengan
menaikkan konsentrasi CO2 di atmosfer bumi dapat menyebabkan meningkatnya suhu rerata
secara global sebesar 1.5 ± 4.5 0C. Apakah mungkin ada interaksi antara CO2 dengan respon
suhu pada tanaman baik pada pertumbuhan dan perkembangannya, serta berdampak pada
fotosintesis dan transpirasi? Pada umumnya, perubahan retata CO2 (CER : CO2 exchange
rate) selalu mengalami kenaikan dan laju transpirasi menurun pada level elevasi
CO2 (Jones, et.al., 1985).

Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem
percabangan, satu di bawah dan satu di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan
oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang berada di
dalam tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar.
Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Sistem yang
terdapat di atas permukaan tanah mencakup suatu hemisfer serupa, dengan permukaan yang
ditempati oleh cabang-cabang kecil berdaun lebat. Secara kolektif akar-akar kecil membentuk
permukaan luas yang berhubungan dengan tanah, dan sama halnya dengan daun-daun yang
juga membentuk permukaan luas yang berhubungan dengan udara. Dalam keadaan normal,
sel-sel bergbagai akar dikelilingi oleh larutan tanah yang mempunyai tekanan osmosis
umumnya di bawah −2 bar (atmosfer), dan sering kali hampir nol, sedangkan sel-sel daun dan
bagian-bagian lain yang berada di atas tanah dikelilingi oleh udara tak jenuh yang
kemampuan menyerap airnya beberapa bar. Karena sumbu yang menghubungkan akar dan
daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan yang wajar, maka tidak dapat dielakkan
lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang membentang dari tanah ke
udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena itu seluruh tumbuhan dapat dibandingkan dengan
sebuah sumbu lampu, yang menyerap air dari tanah malalui akar, mengalirkannya melalui
batang dan kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun (Loveless, 1991).
Konsentrasi CO2 eksternal (453,55 ppm) dan internal (252,54 ppm) akan
mempengaruhi bukaan stomata. Pada sebagian besar tumbuhan konsentrasi CO2 yang rendah
di daun menyebabkan konduktan stomata meningkat sehingga stomata akan membuka,
sebaliknya jika konsetrasi CO2 meningkat menyebabkan konduktan stomata rendah dan
sebagian stomata menutup. Konduktan stomata rendah dapat menurunkan laju transpirasi
sehingga air yang berada dalam mesofil daun dapat dimanfaatkan secara efisien pada proses
fotosintesis. Konduktan stomata yang rendah menyebabkan suhu daun meningkat sebab
transpirasi rendah melalui permukaan daun (Nasaruddin et.al., 2006).

Meskipun air merupakan penyusun utama tubuh tumbuhan namun sebagian besar air
yang diserap akan dilepaskan kembali ke atmosfer dan hanya sebagian kecil yang digunakan
untuk proses metabolisme dan mengatur turgor sel. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan terjadi
melalui proses transpirasi dan gutasi (Soedirokoesoemo, 1993).

Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata,
kutikula atau lentisel (Soedirokoesoemo, 1993).
Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara
langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini
kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air,
dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau
kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air
yang hilang melalui daun-daun (Loveless, 1991).

Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam


cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode
penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang.
Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua
penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat
pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas
dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan
angka penunjuk besarnya transpirasi (Soedirokoesoemo, 1993).

Untuk mengukur kecepatan transpirasi pada daun secara tidak langsung dengan
mengukur kecepatan absorpsinya digunakan metoda fotometri yaitu menggunakan fotometer.
Sebenarnya ada bayak metoda yang dapat digunakan selain metoda fotometri diantaranya
yaitu: metoda gravimetri (penimbangan) atau metoda lysimeter(metoda pot) ; metoda kertas
kobalt (kertas Cobalt Chloride); metoda semi kuantitatif.Kegiatan transpirasi secara langsung
oleh tanaman dipandang lansung sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat
penting untuk pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih
banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air tergantung
sebagian besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan udara ( Ashari, 1995).
Pengangkutan garam mineral dari akar ke daun terutama lewat xilem dan kecepatanya
dipengaruhi oleh kecepatan transpirasi. Transpirasi itu pada hakikatnya sama dengan
penguapan akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Transpirasi
tidak melalui kutikula, stomata, dan inti sel sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan
transpirasi akan tetapi biasanya yang dibicarakan transpirasi lewat daun tersebut. Faktor-
faktor internal yang mempengaruhi laju transpirasi adalah :
1. Membuka dan menutupnya stomata
2. Suhu daun
3. Suhu daun tanaman
Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara melewati permukaan daun
tersebut lebih kering dari udara tumbuhan sekitar tersebut (Filter dan Ross, 1982 ).

Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor
luar. Yang terhitung sebagaio faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun,
berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi
pada tumbuhan ( Gardner, dkk., 1991 ).

Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat.
Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel
penjaga tersebut. Pergerakan air antar sel akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air
lebih tinggike sel engan potensi lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung
pada jumlah bahan yang terlarut dari cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut
maka potensi yang terjadi pada sel semakin rendah ( Heddy, 1990 ).

Kerapatan uap air diudara tergantung dengan resisitensi stomata dan kelembaban
nisbih dan juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi. Kelembaban nisbih
didalam rongga substomata dianggap 100%. Jika kerapatan uap air didalam rongga
substomata sepenuhnya tergantung pada suhu ( Tjitrosoepomo, 1998 ).

Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin
besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada beberapa tulisan
digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya hantar stomata
berbanding dengan resistensi stomata ( Campbell, 2003 ).

Transpirasi menguntungkan tanaman, transpirasi dikatakan menguntungkan bagi


tanaman untuk beberapa alasan yaitu :
1. Dapat menumbuhkan tanaman penghisapan dan pengangkutan serta meningkatkan
hormon
2. Mempengaruhi tanaman difusi secara langsung tidak langsung memperlancar difusi
sel
3. Mempengaruhi absorbsi air dan mineral oleh akar
4. Berperan penting dalam transportasi zat hara dari suatu bagian tanamn kebagian
tanamn lainya
5. Mempengaruhi evaporasi dalam sejumlah air
6. Memepertahankan kesetabilan suhu daun
7. Berkaitran dengfan membuka dan menutupnya stomata yang secara tidak langsung
tidak mempengaruhi teranspirasi dan respirasi( Lakitan, 2007 ).

Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata,
kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi
air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang
dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak
tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10
persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian
besar air yang hilang melalui daun-daun (Wilkins, 1989).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain:

1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya


stomata
2. Kelembaban udara sekitar
3. Suhu udara
4. Suhu daun tanaman (Guritno, 1995).

C. Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian transpirasi ?


2. Jelaskan faktor yang mempengaruhi transpirasi ?
3. Jelaskan cara kerja & hasil pengamatan ?
4. Jelaskan adanya perbedaan kecepatannya ?
5. Jelaskan apa fungsi vaselin ?
6. Jelaskan fungsi dari fotometer ?
D. Tujuan

Mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur


kecepatan absorpsi airnya.

BAB II

METODOLOGI

Praktikum mengenai “traspirasi” ini dilaksanakan pada hari selasa, 22 oktober 2019
pukul 12.30 WIB di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untan. Alat yang digunakan
pada praktikum ini yaitu : Fotometer, sumbat karet berlubang, silet, baskom besar. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu: Tumbuhan Coleus yang kokoh, air, vaselin.

Pertama pilih tumbuhan coleus yang memiliki batang yang kokoh kemudian batang
basalnya dipotong dan diletakkan dalam air secepatnya. Saat masih dalam air, masukkan
ujung batang Coleus ke dalam sumbat karet yang berlubang hingga tidak dapat bergerak serta
perhatikan, jangan sampai patah. Kemudian isi fotometer dengan air dengan cara merendam
fotometer kedalam air hingga semuanya terisi air dan tidak ada gelembung air didalamnya,
lalu sisipkan sumbat karet kedalam fotometer yang telah disumbat dengan batang Coleus di
sisi lubang lainnya. Angkat fotometer dengan hati-hati, olesi dengan parafin pada bagian
antara tanaman dan lubang pada sumbat karet jika perlu. Biarkan Coleus melakukan
transpirasi selama 5 menit dan ukur kecepatan transpirasinya dari kecepatan absorbsinya.

Praktikum ini dilakukan dengan 3 kondisi yang berbeda yaitu: pada meja praktikum,
didepan kipas angin, dan dibawah sinar matahari terang benderang. Setelah pengukuran
terakhir (dibawah cahaya matahari terang), olesi bagian atas lamina Coleus dengan vaselin
lalu ukur kembali dibawah matahari terang dengan tiga kali pengamatan. Kemudian olesi
bagian bawah lamina Coleus dengan vaselin dan ukur kembali di bawah sinar matahari terang
bendareng.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

B. Pembahasan

A. Praktikum mengenai “traspirasi” ini dilaksanakan pada hari selasa, 22 oktober 2019
pukul 12.30 WIB di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untan. Alat yang
digunakan pada praktikum ini yaitu : Fotometer, sumbat karet berlubang, silet,
baskom besar. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu: Tumbuhan Coleus yang
kokoh, air, vaselin. PEMBAHASAN

Pada prktikum transpirasi ini menggunakan metode fotometri (fotometer)


fotometer yang dilakukan tiga perlakuan yaitu pada meja prktikum, didepan kipas
angin dan dibawah matahari terang benderang, yang menggunakan tumbuhan
impatiens balasa yang bertujuan untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara
tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya.

Transpirasi merupakan proses hilangnya air berupa uap air melalui stomata
yang ada di daun ataupun melalui lentisel yang terdapat di batang. Fungsi dari
transpirasi sendiri adalah mempercepat pengangkutan unsur hara melalui xilem,
membantu penyerapan air dan unsur hara oleh akar, menjaga turgiditas sel
tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, dan mempertahankan suhu permukaan
daun. Artinya fungsinya juga sebagai pengatur suhu di dalam tubuh ketika terlalu
panas dia akan menguapkan air yang ada di dalam tubuhnya ketika dalam keadaan
dingin dia akan mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara mengurangi
penguapan (Salisbury, dan Ross. 1992).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju transpirasi di bagi menjadi 2


yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yaitu faktor yang mempengaruhi laju
transpirasi di luar sel-sel tumbuhan tersebut. Ada beberapa macam faktor luar yang
pertama adalah sinar matahari, sinar matahari yang berasal dari luar tumbuhan
sangat berpengaruh terhadap laju transpirasi dimana semakin lama terkena sinar
matahari maka laju transpirasi karena lingkungan luar panas atau suhu tinggi
mengakibatkan stomata yang berada di bawah daun terbuka sehingga uap air keluar
sangat banyak, kebalikannya jika tidak terpapar matahari atau dalam kondisi gelap
maka stomata yang berada di bawah daun akan tertutup. Kemudian faktor luar
selanjutnya adalah suhu dimana semakin naik suhu menambah tekanan uap di
dalam daun karena tekanan uap air di dalam daun naik mengakibatkan laju
transpirasi semakin cepat. Begitu juga sebaliknya jika suhu di di luar turun maka
mengakibatkan tekanan uap yang ada di dalam sel menjadi turun mengakibatkan
laju transpirasipun menjadi turun.

Faktor luar selanjutnya kelembaban udara dimana ketika suatu lingkungan


dalam keadaan matahari terik tekanan uap air di dalam semakin tinggi daripada di
luar mengakibatkan molekul air nantinya akan berdifusi dari konsentrasi tinggi (di
dalam) ke konsentrasi rendah (di luar). Sehingga dapat di simpulkan udara kering
yaitu pada saat kondisi kering melancarkan transpirasi sedangkan udara basah
menghambat transpirasi yang terjadi. Selanjutnya faktor kecepatan angin yang
terdapat pada lingkungan yang kami lakukan penelitian, dimana ketika terdapat
angin terjadi perpindahan uap air dari permukaan daun atas maupun bawah
sehingga menurun kan kelembaban ketika terjadi penurunan kelembaban maka
mengakibatkan laju transpirasi meningkat. Faktor selanjutnya yaitu penyediaan air,
apabila dalam kondisi siang hari seperti yang kita lakukan pengamatan laju
transpirasi lebih cepat daripada penyerapan air oleh akar tersebut
(Sasmitamihardja,1996).

Cara kerja pada praktikum ini sama dalam tiga perlakuan yaitu dipilih
tumbuhan pacar air( impatiens balasamina) dengan batang yang kokoh, lalu bagian
basal batang dipotong dan secepatnya dimasukkan tumbuhan ke dalam air.
Kemudian ujung batang impatiens balasamina. dimasukkan ke dalam sumbat karet
berlubang hingga tidak bergerak tetapi tidak sampai patah. Setelah itu, fotometer
diisi dengan air. Caranya dengan merendam fotometer dalam air hingga semuanya
terisi air dan tidak ada gelembung air didalamnya. Lalu sumbat karet (yang telah
terisi oleh impatiens balasamina.) disisipkan ke dalam fotometer (masih dalam air).
Dengan memegang gelas fotometer saat sumbat karetdimasukkan, hati-hati jangan
sampai pecah. Perlahan-lahan mulai diangkat seluruh system fotometer dari air dan
tempat pada penyokongnya dan mengoleskan bagian antara tanaman dan lubang
pada sumbat karet dengan vaselin. impatiens balasamina. dibiarkan sebentar untuk
bertranspirasi sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer. Kemudian ujung
tabung fotometer ditempatkan kedalam beaker glass. Saat gelembung memasuki
daerah berskala pada tabung, mulailah menyiapkan catatan dengan menghitung
jarak yang ditempuh oleh gelembung persatuan waktu. Setelah itu kecepatan
transpirasi diukur minimal 3 kali dalam kondisi, yaitu: pada meja praktikum, didepan
kipas angin, dan dibawah matahari terang benderang. Untuk pengukuran terakhir
(bawah matahari), bagian atas lamina impatiens balasamina. diolesi dengan vaselin
lalu diukur kembali dibawah matahari terang dengan tiga kali pengamatan.
Kemudian mengolesi bagian bawah lamina impatiens balasamina. dengan vaselin
dan diukur kembali di bawah matahari terang benderang.

Hasil pegamatan pada praktikum ini yaitu pada perlakuan diatas disuhu
ruang dilakukan tiga kali ulangan yaitu pada ulangan 1 pergeseran air dari fotometer
adalah 0,01 ml =10 𝑚𝑚3 dan kecepatan transpirasinya 0,03 𝑚𝑚3/𝑠. Pada ulangan
ke dua pergeseran air dari fotometer adalah 2 0,45 ml =45 𝑚𝑚3 dan kecepatan
transpirasinya 0,15 𝑚𝑚3/𝑠. pada ulangan 3 pergeseran air dari fotometer adalah
0,08ml = 80 𝑚𝑚3 dan kecepatan transpirasinya 0,27 𝑚𝑚3/𝑠. Dengan rata-rata
kecepatan transpirasinya 0,150 𝑚𝑚3/𝑠

Pada perakuan didepan kipas angin dilakukan tiga kali ulangan ulangan 1
pergeseran air dari fotometer adalah 0,01 ml =10 𝑚𝑚3 dan kecepatan
transpirasinya 0,03 𝑚𝑚3/𝑠. Pada ulangan ke dua pergeseran air dari fotometer
adalah 20,04ml = 40 𝑚𝑚3 dan kecepatan transpirasinya 0,14 𝑚𝑚3/𝑠. pada ulangan
3 pergeseran air dari fotometer adalah 0,07 ml =70 𝑚𝑚3 dan kecepatan
transpirasinya 0,24 𝑚𝑚3/𝑠. Dengan rata-rata kecepatan transpirasinya 0,136
𝑚𝑚3/𝑠.

Pada pengamtan yang dilakukan di bawah matahari pada perlakuan tanpa


Vaselin pergerakan air dari fotometer adalah 0,01 ml =10 𝑚𝑚3 dan kecepatan
transpirasinya 0,13 𝑚𝑚3/. pada perlakuan Bagian atas daun ditambah vaselin
dengan pergerakan air dari fotometer adalah 0,03 ml =30 𝑚𝑚3 dan kecepatan
transpirasinya 0,1 𝑚𝑚3𝑠 dan pada perlakuan Bagian bawah daun dan atas ditambah
vaselin tidak ada pergerakan air dari fotometer ini sesuai dengan literatur bahwa
fungsi Vaseline adalah sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses transpirasi,
karena semakin menebalnya permukaan uap air akan sulit keluar. Maka lapisan lilin
akan memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air
akan sulit berdifusi untuk keluar (Salisbury dan Ross 1992). Pengamatan dibawah
matahari dengan rata-rata kecepatan transpirasinya 0,013 𝑚𝑚3𝑠.

Dari hasil pengamtan diatas dapat disimpulkan pada perlakuan disuhu ruang
yang paling tinggi kecepatan transpirasinya dan pada perlakuan didepan kipas angin.
Sedangkan pada pengamtan dibawah matahari kecepatan transpirasinya paling
rendah karena adanya vaselin yang dioelskan pada daun tumbuhan karena fungsi
vaselin adalah sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses transpirasi, karena
semakin menebalnya permukaan uap air akan sulit keluar. Maka lapisan lilin akan
memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan
sulit berdifusi untuk keluar

Perbedaannya itu terjadi karena adanya faktor eksternal yg mempengaruhi


cepat lambat transpirasi tanaman, pada praktikum ini faktor eksternalny yaitu suhu,
udara dan cahaya matahari. Pada perlakuan di suhu ruang, terjadi kenaikan
kecepatan transpirasi, hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu maka transpirasi akan
semakin meningkat.Seperti yang dikatakan Lestari (2006), kenaikan temperatur
menambah tekanan uap di dalam dan di luar daun, namun tekanan di dalam daun
jauh lebih tinggi dibandingkan di luar. Akibat dari perbedaan tekanan ini maka uap
air di dalam daun lebih mudah berdifusi ke lingkungan. Kemudian perlakuan didepan
kipas angin terjadi kenaikan kecepatan transpirasi. Terjadinya transpirasi lebih cepat
di bawah kipas angin dikarenakan udara (angin) menghembuskan udara lembab di
permukaan daun, sehingga terjadi perbedaan potensial air di dalam dan di luar
lubang stomata akan meningkat. Hal ini sesuai dengan teori Lestari (2006), bahwa
angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap
laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan
kelembaban udara di atas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air.
Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun
akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi. Pada umumnya
angin yang sedang menambah kegiatan transpirasi. Hal ini dapat dimaklumi karena
angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stomata. Dengan
demikian maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan
untuk berdifusi ke luar. Terakhir perlakuan dibawah sinar matahari terjadi
peningkatan kecepatan transpirasi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi cahaya
matahari maka laju transpirasi akan semakin meningkat.

Fungsi Vaseline adalah sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses


transpirasi, karena semakin menebalnya permukaan uap air akan sulit keluar. Maka
lapisan lilin akan memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga
uap air akan sulit berdifusi untuk keluar (Salisbury dan Ross 1992).

Fotometer berfungsi untuk mengukur intensitas atau kekuatan cahaya satu


larutan. Dapat menentukan kadar suatu bahan di dalam cairan tubuh seperti serum
atau plasma. fotometer mendeteksi cahaya dengan fotoresistor,diodah atau foto
multipliers.untuk menganalisis cahaya fotometer bisa mengkur cahaya setelah
melalui filter atau melalui monokromator penentuan di tentukan panjang
gelombang atau untuk analisis terhadap distribusi spktrun cahaya.

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.


Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.

Caemmerer, Susanne Von Neil Baker.2007.the biology of transpiration.from gruad


cells to globe. Jurnal of plant physiology . Vol 143. Hal 3.

Jumin, H. B. , 1992, Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi. Jakarta: Rajawali


Press

Kimball, J.W. 1990. Biologi. Jakarta : Erlangga

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lestari, Endang Gati. 2006. Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan
Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64. BIODIV E R
S I T A S ISSN: 1412-033x.Volume 7, Nomor 1 Januari 2006. Halaman: 44-48

Sasmitamihardja, Drajat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan


kebudayaan. Jakarta.

Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.

Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press. Yogyakarta

Tjitrosoepomo. H.S. 1998.Botani Umum UGM Press. Yogyakarta

Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta

Cambpell, N. A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Erlangga. Jakarta.

Filter A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.UGM Press.


Yogyakarta.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanamaman Budidaya. UI-
Press. Jakarta..

Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press.


Yogyakarta.

Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Jones, P., L.H. allen, dan J.W. Jones. 1985. Response of soybean canopy photosinthesis and
transpiration to whole-day temperature changes in different CO2 environment.
Agronomy Journal 77: 242-249.

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Nasaruddin, Y. Musa, dan M.A. Kuruseng. 2006. Aktivitas beberapa proses fisiologis
tanaman Kakao muda di lapang pada berbagai naungan buatan. Jurnal Agrisistem
2(1): 26-32.

Salisbury dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.

Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tjitrosoepomo. H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta.

.Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN

“TRANSPIRASI”

DISUSUN OLEH

NAMA : TIKA SARI

NIM : F1071171050
KELOMPOK : 5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019

ABSTRAK

Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap


melalui stomata, kutikula atau lentisel. Kecepatan transpirasi berbeda-
bedatergantung kepada jenis tumbuhannya. Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak
faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam adalah penutupan stomata,
jumlah dan ukuran stomata, jumlah daun, penggulungan atau pelipatan daun dan
kedalaman dan proliferasi akar. Tujuan pada prktikum ini adalah untuk mengukur
kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan
absorpsin airnya dan bahan yang digunakan adalah pacar air. Faktor luar antara lain
kelembaban, suhu, cahaya angin, dan kandungan air tanah. Ada empat cara
laboratorium untuk menaksir laju transpirasi yaitu kertas kobal potometer, semi
kuantitatif, dan penimbangan langsung. Pada prktikum ini dilakukan tiga pengamtan
yaitu suhu ruang, didepan kipas dan dibawah matahari langsung. Dari hasil
pengamtan diatas dapat disimpulkan pada perlakuan disuhu ruang yang paling
tinggi kecepatan transpirasinya dan pada perlakuan didepan kipas angin. Sedangkan
pada pengamtan dibawah matahari kecepatan transpirasinya paling rendah karena
adanya vaselin yang dioelskan pada daun tumbuhan karena fungsi vaselin adalah
sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses transpirasi, karena semakin
menebalnya permukaan uap air akan sulit keluar. Maka lapisan lilin akan
memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan
sulit berdifusi untuk keluar
Kata kunci : pacar air, transpirasi, fotometer

ABSTRACT

Transpiration is expelling air from the body-plants in the form of steam


through stomata, cuticles or lenticels. The speed of transpiration varies depending
on the type of plant. Transpiration requires many factors, both internal and external
factors. Internal factors are the number of stomata, the number and size of stomata,
the number of leaves, leaf rolling or folding and height and root proliferation. The
aim of this practice is to measure the speed of indirect leaf transpiration by
measuring the absorpsin speed of the water and the material used is water hyacinth.
Outside factors include humidity, temperature, wind light, and soil water content.
There are four laboratory ways to estimate the rate of transpiration, namely cobalt
potometer paper, semi-quantitative, and direct weighing. In this practice three
observations were carried out namely room temperature, in front of the fan and
under the direct sun. From the results of the above safeguards can be completed in
training at the highest room temperature and during maintenance in front of the
fan. While in pengamtan under the sun, the lowest transpiration rate is due to the
presence of vaseline applied to the leaves of plants because the function of vaseline
is a layer that can accelerate the process of transpiration, because the thicker it is,
the water vapor will be difficult to get out. Then the wax will slow the surface
displacement so that water vapor will diffuse difficult to get out

Keywords: water henna, transpiration, photometer


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Transpirasi dapat dikatakan proses kehilangan air dalam bentuk uap


dari jaringan tumbuhan melalui stomata kemungkinan kehilangan air dari
jaringan tanaman melalui kegiatan tanamn yang dapat terjadi, tetapi porsi
kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang oleh stomata
oleh sebab itu dalam perhitunganya besarnya jumlah air yang hilang dari
jarinagn tanaman umumnya difokuskan untuk air yang hilang melalui
stomata. Proses transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup

Sel hidup tumbuhan berhubungan langsung dengan atmosfer melalui


stomata dan lenti sel sehingga transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun
tumbuh-tumbuhan. Sel-sel hidup itu berada dalam keadaan turgid dan
sedang dan sedang bertranspirasi dilapisi oleh lapisan tipis air yang diperoleh
dari dalam sel. Sebalikya, persediaan air ini diperoleh dengan cara translokasi
air dan unsur-unsur penghantar dari akar melalui xilem. Akar-akar pohon
tersebut memperoleh air dengan cara mengabsorpsi melalui permukaan yang
berhubungan dengan air di dalam tanah. Seluruh proses ini digerakkan oleh
energi yang diberikan pada daun dan batang-batang pada tanaman tersebut.
Tumbuhan, seperti juga hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk
respons fisiologis terhadap perubahan jangka pendek. Misalnya jika daun
pada tumbuhan mengalami kekurangan air, daun-daun akan menutup
stomata, yang merupakan lubang kecil dipermukaan daun tersebut. Respons
darurat ini akan membantu tumbuhan menghemat air dengan cara
mengurangi transpirasi, yaitu hilangnya air dari daun melalui penguapan

Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh tanaman dalam bentuk


uap melalui stomata. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan.
Transpirasi dapat terjadi melalui kutikula, stomata, ataupun lentisel. Sebagian
besar transpirasi terjadi pada stomata di dalam daun karena hilangnya
molekul-molekul air dari tubuh tanaman sebagian besar melalui
daun. Transpirasi mempunyai arti penting bagi tanaman. Transpirasi pada
dasarnya suatu penguapan air yang membawa garam-garam mineral dari
dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan
sinar matahari, kenaikan temperature yang diterima tanaman digunakan
untuk penguapan air. Transpirasi dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan
tempatnya,yaitu transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi
stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi
stomata. Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang
terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah
yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan
penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar
dari pada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air
yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dengan jumlah
yang masuk per satuan waktu, dengan jumlah yang masuk per satuan waktu,
dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehiang air.

Dengan mempelajari transpirasi kita mengetahui tentang bagaimana


proses tranpirasi yang terjadi pada tumbuhan, apa manfaat dan fungsi
tranpirasi, serta apa saja kerugian yang terjadi disebabkan oleh proses
transpirasi pada tumbuhan.

B. DASAR TEORI
Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis
tumbuhannya. Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi,
misalnya dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar
atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa
waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua
penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi. Metode
penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan
cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang
telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk
besarnya transpirasi (Tjitrosoepomo, 1998).
Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk
uap melalui stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1)
transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui
kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan
air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus
air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya
sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun.
Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Wilkins,
1989).
Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan
dengan larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir
jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering.
Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan
yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula
yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun
stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke
luar melalui stomata (Kimball, 1990).
Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah
terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, Ψw sel
turun, Ψp menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman
menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas
tanah, pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan (Jumin, 1992).
Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung
sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh
lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan
hilangnya air tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif
dengan gerakan udara. Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke
daun terutama oleh xylem dan secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan
transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan, akan tetapi
istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh
bagian tanaman mengadakan transpirasi karena dengan adanya transpirasi
terjadi hilangnya molekul sebagian besar adalah lewat daun hal ini
disebabkan luasnya permukaan daun dan karena daun-daun itu lebih
terkena udara dari pada bagian lain dari suatu tanaman (Lakitan, 2007).
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan
gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus
berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena
terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi,
terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu
tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus
mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar
kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Sitompul, 1995).

Transpiration in higher plants accounts for about three-quarters of


the water that is vaporized at the global land surface and one-eighth of that
vporized o'er the entire globe. The availability of water is one of the major
factors restricting terrestrial plant production on a global scale. since plants
do not ha'e membrane that are both permeable to co2 and impermeable to
water, transpiration is table conse8uence of photosynthesis. To control water
loss, plants are covered with relatively water-impermeable surfaces that are
punctuated by stomata pores. Almost all of the co2) fixed by terrestrial plants
and most of the water transpired pass through these stomata pores. The
degree of opening of these pores is modulated by variation in the turgor
status of the two surrounding guard cells. The regulation of stomata aperture
determines the compromise between increasing co2 )fixation and reducing
transpiration to prevent desiccation. At the same time, plant transpiration
provides evaporative cooling, forming a major component of the leaf energy
balance. Transpiration also provides the driving force for transport of water
and nutrients from roots to shoots. consequently, transpiration processes
affect the yield and survival of agricultural species, and impact on the global
carbon and hydrological cycles ( caemmerer, 2007).

Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung


sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh
lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan
hilangnya air tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif
dengan gerakan udara ( Ashari, 1995).

Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan


tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar,
tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas
minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga
memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan
energi yang tidak sedikit. Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor
baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang terhitung sebagaio faktor dalam
adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya
stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada
tumbuhan (Salisbury, 1992).

C. MASALAH
1. Jelaskan pengertian transpirasi ?
2. Jelaskan faktor yang mempengaruhi transpirasi ?
3. Jelasakan cara kerja dan hasil pengamatan ?
4. Jelaskan adanya perbedaan kecepatannya ?
5. Jelaskan apa fungsi vaselin ?
6. Jelaskan fungsi dari fotometer ?
D. TUJUAN
1. Mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan
mengukur kecepatan absorpsi airnya

BAB II

METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada 22 oktober 2019 di Laboratorium Pendidikan
Biologi FKIP Untan, dilakukan pengamatan mengenai trnspirasi yang menggunakan
metode fotometri (fotometer) yang dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu pada meja
prktikum, didepan kipas angin dan dibawah matahari terang benderang.

Pengamtan yang menggunakan metode fotometri ( fotometer) yang


dilakukan tiga perlakuan yaitu pada meja prktikum, didepan kipas angin dan dibawah
matahari terang benderang.. Adapun alat dan bahan yang digunakan saat
praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa fotometer, sumbat karet berlubang,
silet, ember kotak plastik. Sedangkan bahan yang digunakan berupa tumbuhan pacar
air( impatiens balasamina). yang kokoh, air dan vaselin. Langkah kerja pada
praktikum ini sama dalam tiga perlakuan yaitu dipilih tumbuhan pacar air( impatiens
balasamina) dengan batang yang kokoh, lalu bagian basal batang dipotong dan
secepatnya dimasukkan tumbuhan ke dalam air. Kemudian ujung batang impatiens
balasamina. dimasukkan ke dalam sumbat karet berlubang hingga tidak bergerak
tetapi tidak sampai patah. Setelah itu, fotometer diisi dengan air. Caranya dengan
merendam fotometer dalam air hingga semuanya terisi air dan tidak ada gelembung
air didalamnya. Lalu sumbat karet (yang telah terisi oleh impatiens balasamina.)
disisipkan ke dalam fotometer (masih dalam air). Dengan memegang gelas
fotometer saat sumbat karetdimasukkan, hati-hati jangan sampai pecah. Perlahan-
lahan mulai diangkat seluruh system fotometer dari air dan tempat pada
penyokongnya dan mengoleskan bagian antara tanaman dan lubang pada sumbat
karet dengan vaselin. impatiens balasamina. dibiarkan sebentar untuk bertranspirasi
sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer. Kemudian ujung tabung
fotometer ditempatkan kedalam beaker glass. Saat gelembung memasuki daerah
berskala pada tabung, mulailah menyiapkan catatan dengan menghitung jarak yang
ditempuh oleh gelembung persatuan waktu. Setelah itu kecepatan transpirasi diukur
minimal 3 kali dalam kondisi, yaitu: pada meja praktikum, didepan kipas angin, dan
dibawah matahari terang benderang. Untuk pengukuran terakhir (bawah matahari),
bagian atas lamina impatiens balasamina. diolesi dengan vaselin lalu diukur kembali
dibawah matahari terang dengan tiga kali pengamatan. Kemudian mengolesi bagian
bawah lamina impatiens balasamina. dengan vaselin dan diukur kembali di bawah
matahari terang benderang.

BAB III

B. HASIL PENGAMATAN
Kecepatan Transpirasi
Kondisi Perlakuan Waktu Jarak (s)𝑚𝑚3
(V=s/t) (𝑚𝑚3/𝑠)
1 300 s 0,01 ml =10 𝑚𝑚3 0,03 𝑚𝑚3/𝑠
Suhu diruang 2 300 s 0,45 ml =45 𝑚𝑚3 0,15 𝑚𝑚3/𝑠
3 300 s 0,08ml = 80 𝑚𝑚3 0,27 𝑚𝑚3/𝑠
Rata-rata 0,150 𝑚𝑚3/𝑠
1 300 s 0,01 ml =10 𝑚𝑚3 0,03 𝑚𝑚3/𝑠
Didepan kipas 2 300 s 0,04ml = 40 𝑚𝑚3 0,14 𝑚𝑚3/𝑠
angin 3 300 s 0,07 ml =70 𝑚𝑚3 0,24 𝑚𝑚3/𝑠
Rata-rata 0,136 𝑚𝑚3/𝑠
0,03 𝑚𝑚3/𝑠
Tanpa Vaselin 300 s 0,01 ml =10 𝑚𝑚3

Bagian atas
daun ditambah 300 s 0,03 ml =30 𝑚𝑚3 0,1 𝑚𝑚3𝑠
vaselin
Dibawah Bagian bawah
matahari daun dan atas
300 s - -
ditambah
vaselin
Rata-rata 0,013 𝑚𝑚3𝑠

C. PEMBAHASAN

Pada prktikum transpirasi ini menggunakan metode fotometri (fotometer)


fotometer yang dilakukan tiga perlakuan yaitu pada meja prktikum, didepan kipas
angin dan dibawah matahari terang benderang, yang menggunakan tumbuhan
impatiens balasa yang bertujuan untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara
tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya.

Transpirasi merupakan proses hilangnya air berupa uap air melalui stomata
yang ada di daun ataupun melalui lentisel yang terdapat di batang. Fungsi dari
transpirasi sendiri adalah mempercepat pengangkutan unsur hara melalui xilem,
membantu penyerapan air dan unsur hara oleh akar, menjaga turgiditas sel
tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, dan mempertahankan suhu permukaan
daun. Artinya fungsinya juga sebagai pengatur suhu di dalam tubuh ketika terlalu
panas dia akan menguapkan air yang ada di dalam tubuhnya ketika dalam keadaan
dingin dia akan mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara mengurangi
penguapan (Salisbury, dan Ross. 1992).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju transpirasi di bagi menjadi 2


yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yaitu faktor yang mempengaruhi laju
transpirasi di luar sel-sel tumbuhan tersebut. Ada beberapa macam faktor luar yang
pertama adalah sinar matahari, sinar matahari yang berasal dari luar tumbuhan
sangat berpengaruh terhadap laju transpirasi dimana semakin lama terkena sinar
matahari maka laju transpirasi karena lingkungan luar panas atau suhu tinggi
mengakibatkan stomata yang berada di bawah daun terbuka sehingga uap air keluar
sangat banyak, kebalikannya jika tidak terpapar matahari atau dalam kondisi gelap
maka stomata yang berada di bawah daun akan tertutup. Kemudian faktor luar
selanjutnya adalah suhu dimana semakin naik suhu menambah tekanan uap di
dalam daun karena tekanan uap air di dalam daun naik mengakibatkan laju
transpirasi semakin cepat. Begitu juga sebaliknya jika suhu di di luar turun maka
mengakibatkan tekanan uap yang ada di dalam sel menjadi turun mengakibatkan
laju transpirasipun menjadi turun.

Faktor luar selanjutnya kelembaban udara dimana ketika suatu lingkungan


dalam keadaan matahari terik tekanan uap air di dalam semakin tinggi daripada di
luar mengakibatkan molekul air nantinya akan berdifusi dari konsentrasi tinggi (di
dalam) ke konsentrasi rendah (di luar). Sehingga dapat di simpulkan udara kering
yaitu pada saat kondisi kering melancarkan transpirasi sedangkan udara basah
menghambat transpirasi yang terjadi. Selanjutnya faktor kecepatan angin yang
terdapat pada lingkungan yang kami lakukan penelitian, dimana ketika terdapat
angin terjadi perpindahan uap air dari permukaan daun atas maupun bawah
sehingga menurun kan kelembaban ketika terjadi penurunan kelembaban maka
mengakibatkan laju transpirasi meningkat. Faktor selanjutnya yaitu penyediaan air,
apabila dalam kondisi siang hari seperti yang kita lakukan pengamatan laju
transpirasi lebih cepat daripada penyerapan air oleh akar tersebut
(Sasmitamihardja,1996).

Cara kerja pada praktikum ini sama dalam tiga perlakuan yaitu dipilih
tumbuhan pacar air( impatiens balasamina) dengan batang yang kokoh, lalu bagian
basal batang dipotong dan secepatnya dimasukkan tumbuhan ke dalam air.
Kemudian ujung batang impatiens balasamina. dimasukkan ke dalam sumbat karet
berlubang hingga tidak bergerak tetapi tidak sampai patah. Setelah itu, fotometer
diisi dengan air. Caranya dengan merendam fotometer dalam air hingga semuanya
terisi air dan tidak ada gelembung air didalamnya. Lalu sumbat karet (yang telah
terisi oleh impatiens balasamina.) disisipkan ke dalam fotometer (masih dalam air).
Dengan memegang gelas fotometer saat sumbat karetdimasukkan, hati-hati jangan
sampai pecah. Perlahan-lahan mulai diangkat seluruh system fotometer dari air dan
tempat pada penyokongnya dan mengoleskan bagian antara tanaman dan lubang
pada sumbat karet dengan vaselin. impatiens balasamina. dibiarkan sebentar untuk
bertranspirasi sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer. Kemudian ujung
tabung fotometer ditempatkan kedalam beaker glass. Saat gelembung memasuki
daerah berskala pada tabung, mulailah menyiapkan catatan dengan menghitung
jarak yang ditempuh oleh gelembung persatuan waktu. Setelah itu kecepatan
transpirasi diukur minimal 3 kali dalam kondisi, yaitu: pada meja praktikum, didepan
kipas angin, dan dibawah matahari terang benderang. Untuk pengukuran terakhir
(bawah matahari), bagian atas lamina impatiens balasamina. diolesi dengan vaselin
lalu diukur kembali dibawah matahari terang dengan tiga kali pengamatan.
Kemudian mengolesi bagian bawah lamina impatiens balasamina. dengan vaselin
dan diukur kembali di bawah matahari terang benderang.

Hasil pegamatan pada praktikum ini yaitu pada perlakuan diatas disuhu
ruang dilakukan tiga kali ulangan yaitu pada ulangan 1 pergeseran air dari fotometer
adalah 0,01 ml =10 𝑚𝑚3 dan kecepatan transpirasinya 0,03 𝑚𝑚3/𝑠. Pada ulangan
ke dua pergeseran air dari fotometer adalah 2 0,45 ml =45 𝑚𝑚3 dan kecepatan
transpirasinya 0,15 𝑚𝑚3/𝑠. pada ulangan 3 pergeseran air dari fotometer adalah
0,08ml = 80 𝑚𝑚3 dan kecepatan transpirasinya 0,27 𝑚𝑚3/𝑠. Dengan rata-rata
kecepatan transpirasinya 0,150 𝑚𝑚3/𝑠

Pada perakuan didepan kipas angin dilakukan tiga kali ulangan ulangan 1
pergeseran air dari fotometer adalah 0,01 ml =10 𝑚𝑚3 dan kecepatan
transpirasinya 0,03 𝑚𝑚3/𝑠. Pada ulangan ke dua pergeseran air dari fotometer
adalah 20,04ml = 40 𝑚𝑚3 dan kecepatan transpirasinya 0,14 𝑚𝑚3/𝑠. pada ulangan
3 pergeseran air dari fotometer adalah 0,07 ml =70 𝑚𝑚3 dan kecepatan
transpirasinya 0,24 𝑚𝑚3/𝑠. Dengan rata-rata kecepatan transpirasinya 0,136
𝑚𝑚3/𝑠.

Pada pengamtan yang dilakukan di bawah matahari pada perlakuan tanpa


Vaselin pergerakan air dari fotometer adalah 0,01 ml =10 𝑚𝑚3 dan kecepatan
transpirasinya 0,13 𝑚𝑚3/. pada perlakuan Bagian atas daun ditambah vaselin
dengan pergerakan air dari fotometer adalah 0,03 ml =30 𝑚𝑚3 dan kecepatan
transpirasinya 0,1 𝑚𝑚3𝑠 dan pada perlakuan Bagian bawah daun dan atas ditambah
vaselin tidak ada pergerakan air dari fotometer ini sesuai dengan literatur bahwa
fungsi Vaseline adalah sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses transpirasi,
karena semakin menebalnya permukaan uap air akan sulit keluar. Maka lapisan lilin
akan memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air
akan sulit berdifusi untuk keluar (Salisbury dan Ross 1992). Pengamatan dibawah
matahari dengan rata-rata kecepatan transpirasinya 0,013 𝑚𝑚3𝑠.

Dari hasil pengamtan diatas dapat disimpulkan pada perlakuan disuhu ruang
yang paling tinggi kecepatan transpirasinya dan pada perlakuan didepan kipas angin.
Sedangkan pada pengamtan dibawah matahari kecepatan transpirasinya paling
rendah karena adanya vaselin yang dioelskan pada daun tumbuhan karena fungsi
vaselin adalah sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses transpirasi, karena
semakin menebalnya permukaan uap air akan sulit keluar. Maka lapisan lilin akan
memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan
sulit berdifusi untuk keluar

Perbedaannya itu terjadi karena adanya faktor eksternal yg mempengaruhi


cepat lambat transpirasi tanaman, pada praktikum ini faktor eksternalny yaitu suhu,
udara dan cahaya matahari. Pada perlakuan di suhu ruang, terjadi kenaikan
kecepatan transpirasi, hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu maka transpirasi akan
semakin meningkat.Seperti yang dikatakan Lestari (2006), kenaikan temperatur
menambah tekanan uap di dalam dan di luar daun, namun tekanan di dalam daun
jauh lebih tinggi dibandingkan di luar. Akibat dari perbedaan tekanan ini maka uap
air di dalam daun lebih mudah berdifusi ke lingkungan. Kemudian perlakuan didepan
kipas angin terjadi kenaikan kecepatan transpirasi. Terjadinya transpirasi lebih cepat
di bawah kipas angin dikarenakan udara (angin) menghembuskan udara lembab di
permukaan daun, sehingga terjadi perbedaan potensial air di dalam dan di luar
lubang stomata akan meningkat. Hal ini sesuai dengan teori Lestari (2006), bahwa
angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap
laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan
kelembaban udara di atas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air.
Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun
akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi. Pada umumnya
angin yang sedang menambah kegiatan transpirasi. Hal ini dapat dimaklumi karena
angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stomata. Dengan
demikian maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan
untuk berdifusi ke luar. Terakhir perlakuan dibawah sinar matahari terjadi
peningkatan kecepatan transpirasi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi cahaya
matahari maka laju transpirasi akan semakin meningkat.

Fungsi Vaseline adalah sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses


transpirasi, karena semakin menebalnya permukaan uap air akan sulit keluar. Maka
lapisan lilin akan memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga
uap air akan sulit berdifusi untuk keluar (Salisbury dan Ross 1992).
Fotometer berfungsi untuk mengukur intensitas atau kekuatan cahaya satu
larutan. Dapat menentukan kadar suatu bahan di dalam cairan tubuh seperti serum
atau plasma. fotometer mendeteksi cahaya dengan fotoresistor,diodah atau foto
multipliers.untuk menganalisis cahaya fotometer bisa mengkur cahaya setelah
melalui filter atau melalui monokromator penentuan di tentukan panjang
gelombang atau untuk analisis terhadap distribusi spktrun cahaya.

KESIMPULAN

Transpirasi merupakan proses hilangnya air berupa uap air melalui stomata
yang ada di daun ataupun melalui lentisel yang terdapat di batang. Fungsi dari
transpirasi sendiri adalah mempercepat pengangkutan unsur hara melalui xilem,
membantu penyerapan air dan unsur hara oleh akar, menjaga turgiditas sel
tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, dan mempertahankan suhu permukaan
daun. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju transpirasi di bagi menjadi 2
yaitu faktor luar dan faktor dalam. Dari hasil pengamtan diatas dapat disimpulkan
pada perlakuan disuhu ruang yang paling tinggi kecepatan transpirasinya dan pada
perlakuan didepan kipas angin. Sedangkan pada pengamtan dibawah matahari
kecepatan transpirasinya paling rendah karena adanya vaselin yang dioelskan pada
daun tumbuhan karena fungsi vaselin adalah sebagai lapisan yang dapat
memperlambat proses transpirasi, karena semakin menebalnya permukaan uap air
akan sulit keluar. Maka lapisan lilin akan memperlambat laju transpirasi akibat
tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit berdifusi untuk keluar.
Perbedaannya itu terjadi karena adanya faktor eksternal yg mempengaruhi cepat
lambat transpirasi tanaman, pada praktikum ini faktor eksternalny yaitu suhu, udara
dan cahaya matahari. Pada perlakuan di suhu ruang, terjadi kenaikan kecepatan
transpirasi, hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu maka transpirasi akan semakin
meningkat. fungsi Vaseline adalah sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses
transpirasi, karena semakin menebalnya permukaan uap air akan sulit keluar. Maka
lapisan lilin akan memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga
uap air akan sulit berdifusi untuk keluar dan fungsi fotometer adalah untuk
mengukur cahaya
DAPTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.

Caemmerer, Susanne Von Neil Baker.2007.the biology of transpiration.from gruad


cells to globe. Jurnal of plant physiology . Vol 143. Hal 3.

Jumin, H. B. , 1992, Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi. Jakarta: Rajawali


Press

Kimball, J.W. 1990. Biologi. Jakarta : Erlangga

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lestari, Endang Gati. 2006. Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan
Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64. BIODIV E R
S I T A S ISSN: 1412-033x.Volume 7, Nomor 1 Januari 2006. Halaman: 44-48

Sasmitamihardja, Drajat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan


kebudayaan. Jakarta.

Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.

Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press. Yogyakarta

Tjitrosoepomo. H.S. 1998.Botani Umum UGM Press. Yogyakarta

Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta

LAMPIRAN
Perhitungan kecepatan transpirasi
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑜𝑡𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖

Pada suhu ruang

 Ulangan 1
10 𝑚𝑚3
= 0,03 𝑚𝑚3/𝑠
300 𝑠

 Ulangan 2

45 𝑚𝑚3
= 0,15 𝑚𝑚3/𝑠
300 𝑠

 Ulangan 3
80𝑚𝑚3
= 0,27 𝑚𝑚3/𝑠
300 𝑠

0,03+0,15+0,27
= 0,150 𝑚𝑚3/𝑠
3

Dengan rata-rata keceptan transpirasinya 0,150 𝑚𝑚3/𝑠

Didepan kipas angin

 Ulangan 1
10𝑚𝑚3
= 0,03 𝑚𝑚3/𝑠
300 𝑠

 Ulangan 2
40𝑚𝑚3
= 0,14 𝑚𝑚3/𝑠
300 𝑠

 Ulangan 3
70𝑚𝑚3
= 0,24 𝑚𝑚3/𝑠
300 𝑠

0,03+0,14+0,24
=0,136 𝑚𝑚3/𝑠
3

Dengan rata-rata kecepatan transpirasinya 0,136 𝑚𝑚3/𝑠

Dibawah matahari

 Tanpa Vaselin
10𝑚𝑚3
= 0,03 𝑚𝑚3/𝑠
300 𝑠

 Bagian atas daun ditambah vaselin


30𝑚𝑚3
= 0,1 𝑚𝑚3/𝑠
300 𝑠
 Bagian bawah daun dan atas ditambah vaselin
-
0,01+0,03
= 0,013 𝑚𝑚3/𝑠
3

Dengan rata-rata kecepatan transpirasinya 0,013 𝑚𝑚3𝑠

Anda mungkin juga menyukai