BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan uji klinis double blind randomized controlled trial.
3.2.2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017.
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian adalah populasi pasien yang akan menjalani operasi sesar
dengan menggunakan teknik anestesi spinal yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
n = besar sampel
Z = 1,645 (adalah deviat baku pada 0,05)
Z = 1,282 (adalah deviat baku 0,10)
S = simpang baku, diambil dari kepustakaan sebesar 4,08
α = derajat kemaknaan = 0,05 (95%)
= power penelitian = 0,10 (90%)
X1-X2 = Perbedaan klinis yang dianggap bermakna (clinical judgment)= 4
Dari perhitungan dengan rumus diatas, maka diperoleh besar sampel :
n1=18 n2=18
Dengan mempertimbangkan kriteria putus uji 10 % maka n1= 20 n2=20,
sehingga keseluruhan sampel berjumlah 40 orang.
c. Alat tulis
d. Amplop
3.6.2 Bahan
a. Air mineral 240 cc dengan merk Aqua®
POPULASI
INKLUSI EKSKLUSI
SAMPEL
Bedah sesar dengan Anestesi
Spinal
RANDOMISASI
Kelompok A Kelompok B
Diet oral cair jernih 240 cc 2 jam Diet oral cair jernih 240 cc 8 jam
pasca bedah sesar pasca bedah sesar
ANALISA DATA
c. Bising usus adalah suara yang berasal dari abdomen yang ditimbulkan
oleh kontraksi otot dari peristaltik usus, yang mana proses ini
menggerakkan isi lambung dan usus menuju ke anal.
d. Mual adalah sensasi tidak enak yang bersifat subjektif yang
berhubungan dengan keinginan untuk muntah.
e. Muntah adalah ekspulsi ataupun pengeluaran dengan tenaga penuh dari
isi gaster.
f. Kembung adalah keluhan berupa perut membesar karena berisi gas
hasil fermentasi yang tidak dapat dikeluarkan melalui saluran cerna.
Rerata usia pada kelompok A adalah 30,4 tahun dan pada kelompok B
adalah 30,6 tahun. Suku terbanyak yang menjadi subyek penelitian ini adalah
suku Jawa sebanyak 19 orang (47,5 %). Pada kelompok A, suku terbanyak yang
menjadi subyek penelitan adalah suku Jawa sebanyak 13 orang (32,5%)
sedangkan pada kelompok B suku terbanyak yang menjadi subyek penelitian
adalah suku Batak yang berjumlah 8 orang (20%). Pendidikan subyek penelitian
yang terbanyak pada kedua kelompok adalah SMA, dimana subyek penelitian
pada kelompok A dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 15 orang (37,5%)
dan pada kelompok B jumlah subyek dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak
9 orang (22,5%). Pekerjaan terbanyak juga sama pada kedua kelompok, dimana
subyek penelitian yang bekerja sebagai ibu rumah tangga pada kelompok A
adalah sebanyak 15 orang (37,5%) dan pada kelompok B sebanyak 12 orang
(30%). Dari keseluruhan karakteristik demografi subyek penelitian tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok penelitian.
Tidak
19 (95,5) 20 (100)
Fisher’s Exact
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan selama periode bulan April 2017 hingga Mei 2017
pada 40 subyek penelitian. Pada penelitian ini subyek dibagi menjadi 2 kelompok
(20 sampel per kelompok) yaitu kelompok A yang mendapatkan diet oral cair 2
jam pasca bedah sesar dan kelompok B yang mendapatkan diet oral cair 8 jam
pasca bedah sesar dengan anestesi spinal. Diet oral cair yang diberikan berupa air
mineral sebanyak 240 ml.
Berdasarkan hasil penelitian ini, subyek pada kelompok A yang didapati
munculnya bising usus pada pengamatan T1 adalah sebanyak 19 orang (95%)
sementara pada kelompok B sebanyak 15 orang (75%). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mohammed bahwa pasien yang menerima diet
lebih awal pasca operasi menunjukkan munculnya bising usus yang lebih cepat
dibandingkan dengan yang menerima diet yang ditunda, walaupun pada penelitian
ini secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p > 0,05)
(Mohammed, 2016).
Kemudian dijumpai pada kelompok A nilai rerata munculnya bising usus
adalah 2,10 ± 0,44 jam dan pada kelompok B rerata munculnya bising usus adalah
2,60 ± 1,14 jam. Sehingga berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji
Mann-Whitney didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal
rerata munculnya bising usus antara kelompok A dan kelompok B (p > 0,05),
walaupun pada kelompok A menunjukkan rerata munculnya bising usus sedikit
lebih cepat dibandingkan dengan kelompok B. Hasil ini secara statistik berbeda
dengan penelitian sebelumnya dimana penelitian yang dilakukan oleh Mulayim
dan Jalilian yang membandingkan pemberian diet oral dini dan diet oral tunda
terhadap munculnya bising usus menunjukkan perbedaan yang signifikan
(Mulayim, 2008; Jalilian, 2014; Mohammed, 2016). Namun secara klinis hasil
penelitian ini tidak menunjukkan hal yang kontradiksi dengan penelitian
sebelumnya. Justru penelitian ini membuktikan bahwa pada bedah sesar dengan
anestesi spinal bising usus juga telah muncul pada kelompok B sebelum
diberikannya diet cair yang berarti diet dapat dimulai lebih awal dan tindakan
bedah sesar dengan anestesi spinal tidak terlalu bermakna dalam menyebabkan
terganggunya fungsi gastrointestinal. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa
subyek yang diberikan diet oral cair dini menunjukkan bising usus muncul segera
setelah pemberian intervensi. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat lama
yang mengatakan bahwa pemberian diet pasca operasi diberikan setelah
kembalinya fungsi gastrointestinal berupa munculnya bising usus atau adanya
flatus.
Pada penelitian ini juga diamati munculnya keluhan gastrointestinal pada
subyek penelitian berupa mual, muntah ataupun kembung. Subyek pada kelompok
A yang mengalami keluhan mual sebanyak 4 orang (20 %) sedangkan pada
kelompok B subyek yang mengalami mual sebanyak 2 orang (10%). Walaupun
pada kelompok A subyek yang mengalami keluhan mual lebih banyak dari
kelompok B, secara statistik dengan menggunakan uji Fishers’s Exact
menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok A dan
kelompok B dalam hal munculnya keluhan mual (p > 0,05). Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulayim dimana angka kejadian mual
lebih tinggi pada kelompok yang diberikan diet oral cair dini dibandingkan pada
kelompok yang menerima pemberian diet oral cair yang ditunda, namun secara
statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (Mulayim,
2008).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dalam hal munculnya muntah pada kedua kelompok (p > 0,05) dimana
hanya 1 orang (5%) pada kelompok A yang mengalami muntah selama periode
pengamatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Ghareeb
dan Jalilian dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok yang
dberikan diet cair dini dan kelompok yang diberikan diet cair tunda dalam hal
kejadian muntah. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Jalilian didapati
jumlah subyek yang mengalami muntah lebih banyak pada kelompok pemberian
diet yang ditunda. (Al-Ghareeb, 2013; Jalilian, 2014)
Keluhan mual dan muntah pada penelitian ini kemungkinan terjadi
diakibatkan oleh manipulasi selama pembedahan, efek dari obat anestesi yang
diberikan ataupun sensitivitas subyek sendiri terhadap kehamilan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada pasien pasca bedah sesar
tanpa komplikasi dengan membandingkan pemberian diet oral dini dan diet oral
tunda dapat disimpulkan bahwa:
1. Tidak terdapat perbedaan bermakna munculnya bising usus antara
pemberian diet oral dini dan pemberian diet oral tunda pada pasca bedah
sesar dengan anestesi spinal.
2. Pada kelompok yang menerima pemberian diet oral dini jumlah subyek
yang sudah mengalami munculnya bising usus pada pengamatan T1
adalah sebanyak 19 orang (95%) dan seluruh subyek pada kelompok ini
sudah didapati adanya bising usus pada pengamatan T2. Pada kelompok
ini juga bising usus muncul lebih cepat (2,10 ± 0,447 jam) dibandingkan
setelah pemberian diet oral cair tunda.
3. Pada kelompok yang menerima pemberian diet oral tunda jumlah subyek
yang sudah mengalami munculnya bising usus pada pengamatan T1
adalah sebanyak 15 orang (75%) dan seluruh subyek pada kelompok ini
sudah didapati adanya bising usus pada pengamatan T3. Pada kelompok
ini bising usus muncul dengan rerata 2,60 ± 1,142 jam.
4. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal munculnya keluhan
gastrointestinal antara pemberian diet oral dini dan pemberian diet oral
tunda pada pasca bedah sesar dengan anestesi spinal.
6.2. SARAN
1. Pemberian diet oral cair dini dapat diberikan segera jika pasien dapat
menoleransi atau pada jam ke-2 pasca operasi, pada pasien yang menjalani
bedah sesar tanpa komplikasi dengan anestesi spinal.
2. Pada kasus-kasus operasi yang tidak memanipulasi saluran cerna dengan
teknik anestesi spinal dapat diberikan diet oral cair dini pasca operasi.