SYARI’AH DI INDONESIA
(pembiayaan salam dan jual beli kredit)
Disusun Oleh :
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan pembahasan tentang “Pengaplikasian ihtisan melalui transaksi jual
beli salam dan kredit (Bai’Taqsith) dalam perbankan syari’ah”. Sholawat dan
salam tetap tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, yang
membimbing umat manusia dari gelapan menuju jalan yang terang benderang
dan dipenuhi teknologi yang canggih seperti sekarang ini dengan atas ridho
Allah SWT.
Jambi, 2018
Penyusun
Penulis
DAFTAR ISI
Table of Contents
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Saat ini banyak kegiantan ekonomi dan lembaga keuanggan yang bersifat
konvensional yang dimana kita sebagai umat islam harus menerapkan apa yang
terkandung dari agama islam dalam kegiatan ekonomi dan lembaga keuangan.
Tentunya semisal kita berbicara tentang ekonomi dan keuangan tidak terlepas dari
hal-hal yang dilarang dalam islam seperti riba ,penipuan dll yag dimana semua itu di
ambil dari dalil-dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Dan dalam hal ini kami mengangkat topic yang sudah ada yaitu istihsan, yang
akan kami di terapkan dalam hal ekonomi dan keuangan syari’ah. Dimana aplikasi
penerapan istihsan akan di paparkan melalui contoh real dalam kegitan ekonomi
melalui transaksi transaksi yang sesuai apa yag sudah di syari’at kan dalam agama
islam sendiri, transaksi taransaksi antaranya antara lain akad salam, veding machine,
jual beli istisna bank syari’ah, dan kredit(Bai’ Taqsith) dan lain-lain. Dalam karya
ilmiah ini memfokuskan pada Bai’Taqsith dan jual beli salam pada perbankan
syari’ah.
B. Perumusan masalah
C .Tujuan
D . Manfaat
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. IHTISAN
1. )Pengertian
Istihsan adalah beralihnya dari satu Qiyas ke Qiyas yang lain yang lebih
kuat dari padanya (Qiyas pertama).
Istihsan adalah beralihnya suatu dalil kepada adat kebiasaan karena suatu
kemaslahatan
2) Dasar istihsan
18. yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di
antaranya[1311]. mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan
mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal.
55. dan ikutilah Sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu[1315] sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang
kamu tidak menyadarinya,
Selain ayat di atas ada juga yang bersumber dari hadist yaitu yang aartinya
“ Apa yang di pandang kaum Muslimin sebagai sesuatu yang baik, maka
ia di sisi Allah adalah baik dan apa-apa yang di pandang sesuatu yang
buruk ,maka di sisi Allah di pandang buruk pula”
B . Klasifikasi istihsan sebagai metode Ijtihad
c. Rasulullah SAW ketika menghukumi persoalan yang belum ada dalam Al-
Qur’an tidak menggunakan istihsan, melainkan memmggu turunnya
wahyu. Itu ar'tinya bahwa menetapkan hukum berdasarkan istihsan tidak
dapat diterima, karena jika‘diterima niscaya Nabi akan melakukannya.
d. Ibn Hazm (w. 456 H) mengatakan: “Para sahabat telah ber-ijma’ untuk
tidak menggunakan ra’yu, termasuk di dalamnya istihsan dan qiyas. Umar
bin al-Khathab radhiyallahu ‘anhu mengatakan:
“jauhilah para pengguna ra’yu! Karena mereka adalah musuh~musuh
Sunnah. ..”
PEMBAHASAN
[179] Bermuamalah ialah seperti berjualbeli, hutang piutang, atau sewa menyewa
dan sebagainya.
Dalam akad salam ada dua jenis yaitu Bai’ as Salam dengan Ijon
a. Pengukuran dan spesifikasi barang yang jelas. Hal ini tercermin dari hadits
Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. "Barangsiapa melakukan
transaksi salaf (salam), maka hendaklah ia melakukan dengan takaran yang jelas,
timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang jelas pula."
b. Adanya keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. Hal ini terutama
dalam penyepakati harga. Allah berfirman: "Kecuali denganjalanperniagaanyang
berlaku dengan suka sama suka di antara kalian." (Q.S. An Nisa: 29).
Contoh Ijon:
Pembeli membeli komoditas contohnya jagung yang masih belum
dipanen , dan diantar pada saat panen. Pada contoh ini terdapat spekulasi
yang akan merugikan salah satu pihak. Jika pembeli memperkirakan hasil
panen misalnya sebanyak 1 ton dan membayar seharga itu, sedangkan
kenyataannya menghasilkan 2 ton, maka petani merugi. Tetapi sebaliknya,
jika hasilnya hanya setengah ton maka pembeli yang merugi karena telah
membayar seharga 1 ton.
negosiasi
penjual pembeli
pembayaran
produksi
pengiriman
keterangan :
1. Penendangan akad antara bank syari’ah dan pembeli nasabah 2( adalah pembeli barang)
2. Bank membeli barang dari nasabah 1
3. Setelah barang tersedia nasabah 1 mengirim dokumen pada bank syari’ah untuk penganbilan
barang
4. Nasabah 1 mengirim barang ke nasabah 2 atas perintah bank
5. Nasabah 2 melakukan pembayaran pada bank setelah barang di kirim nasabah 1
1. Bank syariah membeli 10 ton mangga harum manis dari koperasi petani buah
mangga harum manis dengan harga Rp. 50.000,- per kilogram menggunakan akad
jual beli salam untuk 1 tahun kedepan.
2. Bank syariah membayar tunai kepada koperasi tersebut sebesar: Rp.50.000,- x
1000 x 10 = Rp. 500.000.000,- .
3. Bank syariah menjual kepada pemborong buah mangga harum manis dengan
harga Rp.55.000,- per kilogram menggunakan akad jual beli salam untuk 1 tahun
kedepan.
4. Pemborong membayar tunai kepada bank syariah sebesar: Rp.55.000,- x 1000
x 10 = Rp.550.000.000,-.
5. Setelah satu tahun berlalu, koperasi petani mengirimkan mangga harum manis
dengan jumlah dan kualitas sesuai pesanan kepada bank syariah.
6. Bank syariah kemudian mengirimkan buah-buah tersebut kepada pemborong.
7. Pemborong menjual mangga harum manis di pasar buah dengan harga
Rp.100.000,- per kilogram.
8. Pemborong mendapatkan keuntungan dari penjualan mangga di pasar buah.
Dari penjelasan dalam skema di atas, terlihat bahwa semua yang terlibat
dalam jual beli salam mendapatkan keuntungan mereka masing-masing. Para
petani mendapatkan keuntungan berupa panen yang baik dengan hasil yang
memuaskan disebabkan keperluan-keperluan mereka dalam mengelola
perkebunan tersebut dapat terpenuhi dengan uang tunai yang dibayarkan di muka
oleh pihak bank syariah. Sedangkan pihak bank syariah mendapatkan keuntungan
sebesar lima puluh juta rupiah yang merupakan selisih harga jual kepada
pemborong dengan harga beli dari petani mangga. Dan pihak pemborong
mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli dari bank syariah dengan harga
jual di pasar buah.
Memang resiko yang ditanggung oleh pihak bank dan pemborong cukup
besar, utamanya ketika prospek harga barang tersebut ke depannya tidak terlalu
positif.Oleh karena itu, sikap kehati-hatian bank dalam model jual beli ini
sangatlah tinggi, dan skema ini pada akhirnya memang tidak dapat diterapkan
untuk semua jenis produk atau hasil pertanian, hanya pada jenis-jenis hasil
pertanian yang dapat diramalkan bagus