Anda di halaman 1dari 7

A.

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang


dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM) adalah Undang-Undang
yang mengatur Tentang pengenaan PPN dan PPnBM yang mulai berlaku 1 April 2010
Apabila ingin mempelajari tentang Pajak PPN dan PPnBM sebaiknya mempelajari
terlebih dahulu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang PPN dan PPnBM, karena
berisi dasar-dasar perpajakan, Objek Pajak, Tarif Pajak dan Tata cara pengenaan PPN serta
PPnBM. Walaupun demikian sangatlah penting untuk mempelajari peraturan pelaksanaan dari
Undang-undang tersebut meliputi Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan,
Keputusan Menteri Keuangan dan Peraturan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM) terdiri dari :
 Bab I Tentang Ketentuan Umum terdiri dari Pasal 1, Pasal 1A, dan Pasal 2.
 Bab II Tentang Pengusaha Kena Pajak terdiri Pasal 3.
 Bab IIA Tentang Kewajiban melaporkan usaha dan kewajiban memungut, menyetor dan
melaporkan pajak yang terutang terdiri dari Pasal 3A.
 Bab III Tentang Objek Pajak terdiri dari Pasal 4, Pasal 4A, Pasal 5, dan Pasal 5A, (Pasal 6
dihapus).
 Bab IV Tentang Tarif pajak dan cara menghitung pajak terdiri Pasal 7, Pasal 8, Pasal 8A,
Pasal 9, dan Pasal 10.
 Bab V Tentang Saat dan tempat pajak terutang dan laporan penghitungan pajak terdiri dari
Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14 dan Pasal 15A (Pasal 15 dan Pasal 16 dihapus).
 Bab VA Tentang Ketentuan khusus terdiri Pasal 16A, Pasal 16B, Pasal 16C, Pasal 16D,
Pasal 16E, dan Pasal 16F.
 Bab VI Tentang Ketentuan Lain-lain terdiri Pasal 17.
 Bab VII Tentang Ketentuan peralihan terdiri dari Pasal 18.
 Bab VIII Tentang Ketentuan penutup terdiri Pasal 19.
B. Pokok-Pokok Perubahan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang UU PPn & PPnBm.
Dengan akan diberlakukannya UU No. 42 Tahun 2009 tentang “Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah”, pada tanggal 1 April 2010 (selanjutnya disebut “UU
tentang PPn & PPnBm”), maka kami mengingatkan kembali bahwa berdasarkan UU tentang
PPn & PPnBm tersebut bagi pengusaha yang mempunyai omset penjualan lebh dari Rp.
600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) per tahun, di samping telah memiliki NPWP maka
diwajibkan pula untuk mendaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak (“PKP”).
Latar belakang dan tujuan perubahan UU PPn adalah untuk meningkatkan kepatuhan
Wajib Pajak akan kepastian hukum yang berlaku dan dengan dilatar belakangi karena adanya
perkembangan ekonomi yang sangat dinamis baik di tingkat nasional, regional, serta
internasional terhadap perubahan pola konsumsi masyarakat akan kebutuhan barang dan jasa
terhadap perkembangan transaksi bisnis yang dilakukan.
Kelalaian atau kesengajaan untuk tidak mendaftar sebagai PKP, berdasarkan UU No.28
Tahun 2007 tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” (untuk selanjutnya disebut
“UU KUP”), akan dikenakan sanksi sebagai berikut :
a. Tidak mendaftar sebagai PKP dan PKP tidak memperlihatkan pembukuan / dokumen
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat menimbulkan kerugian negara,
dikenakan sanksi :
 Sanksi pidana minimum 6 bulan dan maksimum 6 tahun dan,
 Membayar denda paling sedikit 2 kali dari jumlah pajak terutang dan paling banyak 4
kali dari pajak terutang.

b. PKP yang tidak mengisi Faktur Pajak Standar secara lengkap, dikenakan sanksi :
 Sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dari jumlah total Dasar Pengenaan Pajak
(“DPP”)
Mengingat besar dan beratnya sanksi yang dapat dikenakan atas pelanggaran ketentuan
pajak tersebut, maka kami menghimbau kepada para klien untuk tunduk pada ketentuan

1
tersebut karena setiap pelanggaran yang dilakukan, akibatnya akan ditanggung sendiri oleh
yang melakukan pelanggaran.
Pasal Subject UU No.18 Tahun 2000 UU No.42 Tahun 2009 (Berlaku April
(Berlaku Januari 2001) 2010)
Pasal Non BKP Daging, Telur, Susu, Sayuran, Barang kebutuhan pokok yang sangat di
4.A dan Non dan Buah-Buahan di bebaskan butuhkan oleh rakyat banyak, misalnya:
JKP dari pengenaan PPn, melalui beras, jagung, daging, telur, susu,
peraturan pemerintah tentang sayuran, dan buah-buahan tidak
BKP strategis. dikenakan PPn (Psl 4A (2) huruf b).

Barang hasil pertambangan Barang hasil pertambangan dan hasil


atau hasil pengeboran (yang pengeboran yang diambil langsung dari
telah dikenakan pajak daerah), sumbernya tidak dikenakan PPn
dikenakan PPn kecuali pasir (disesuaikan dengan undang-undang
dan kerikil (Psl 4A (2) huruf a). PDRD), misalnya: batu kapur, batu
permata, minyak mentah, panas bumi,
marmer, pasir, kerikil, tanah liat, dll. (Psl
4A (2) huruf a).
Jasa keuangan, PPn tidak PPn tidak dikenakan atas jasa keuangan
dikenakan atas jasa perbankan berupa :
(Psl 4A (3) huruf d). 1. Jasa menghimpun dana dari
masyarakat berupa tabungan, giro,
deposito.
2. Jasa menempatkan dana / meminjam
dana kepada pihak lain dengan
menggunakan surat / sarana
telekomunikasi lainnya.
3. Jasa pembiayaan syari’ah berupa :
usaha kartu kredit.

2
4. Jasa penyaluran pinjaman atas dasar
hukum gadai
5. Jasa penjaminan
(Psl 4A (3) huruf d).
Jasa-Jasa tertentu, PPn (Pasal 4.A (3) huruf n – q) :
dikenakan atas jasa penyediaan 6. Jasa penyediaan tempat parkir
tempat parkir, jasa telepon 7. Jasa telepon umum dengan
umum, jasa pengiriman uang menggunakan uang logam
dengan wesel pos, jasa 8. Jasa pengiriman uang dengan wesel
boga/catering (Psl 4.A (3) pos
huruf n – q) 9. Jasa boga atau catering
Menjadi tidak dikenakan PPn
Pasal Restitusi Restitusi untuk turis asing PPn atas barang bawaan yang di bawa ke
16 tidak di atur luar negeri melalui bandara tertentu oleh
turis asing dapat direstitusi, dengan
syarat:
1. Nilai PPn minimal sebesar Rp.
500.000,-
2. Pembelian BKP dilakukan dalam
jangka waktu 1 bulan sebelum
keberangkatan ke luar daerah pabean
3. Faktur pajak memenuhi ketentuan
pasal 13 ayat (5). Pada kolom pembeli
di isi dengan nomor paspor dan alamat
lengkap di Negara yang menerbitkan
paspor (Psl 16.E)

3
Pasal Pemusatan 1. WP mengajukan 1. Cukup dengan menyampaikan
12 Tempat PPn permohonan dengan syarat pemberitahuan secara tertulis oleh
Terutang penyerahan BKP atau JKP WP kepada Direktur Jenderal Pajak
untuk semua kegiatan usaha untuk memilih satu atau lebih sebagai
yang dilakukan oleh satu tempat terutangnya pajak ( Psl 12 (2))
atau lebih tempat kegiatan 2. Pemeriksaan dilakukan kemudian
usaha dan administrasi dalam hal diperlukan (penjelasan Psl
penjualan dan keuangan 29 (1) UU KUP)
terpusat.
2. Pemberian ijin pemusatan
berdasarkan pemeriksaan
(Psl 12 (2))
Pasal Pembuatan Diatur dalam peraturan Dirjen Diatur dalam Undang-Undang (Psl 13
13 Faktur Pajak, PKP dapat membuat (1.a) dan disesuaikan dengan saat
Pajak satu faktur pajak meliputi terutang pajak sebaimana diatur dalam
(Psl 13 seluruh penyerahan yang Psl 11, PKP dapat membuat satu faktur
(1.a)) dilakukan kepada pembeli pajak meliputi seluruh penyerahan yang
BKP atau penerima JKP yang dilakukan kepada pembeli BKP atau
sama, yaitu paling lama akhir penerima JKP, yaitu pada saat
bulan berikutnya atau pada penyerahan atau pada saat pembayaran
saat pembayaran (dalam hal diterima (dalam hal pembayaran terjadi
pembayaran diterima sebelum sebelum penyerahan).
akhir bulan berikutnya). Faktur pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus dibuat paling lama
pada akhir bulan penyerahan.
Jenis Faktur Di kenal dua jenis faktur pajak Hanya ada istilah “Faktur Pajak”
Pajak yaitu faktur pajak standar dan
(Psl 13) faktur pajak sederhana (Psl 13
(1) & (7))

4
Sanksi Atas PKP akan dikenai sanksi PKP tidak dikenai sanksi apabila
Pelanggaran apabila menerbitkan faktur menerbitkan faktur pajak yang tidak
Syarat pajak yang tidak memenuhi memuat ;
Formal syarat formal faktur pajak 1. Identitas pembeli, atau
Faktur sebaimana diatur dalam pasal 2. Identitas pembeli serta nama dan
Pajak 13 ayat (5) tanda tangan untuk faktur pajak yang
(Psl 13 (5) diterbitkan oleh pedagang eceran (Psl
dan Psl 14 14 (1) huruf e UU KUP)
(1.e) UU Faktur pajak tersebut tidak
KUP) dikategorikan sebagai faktur pajak
cacat, namun faktur pajaknya sendiri
tidak dapat dikreditkan oleh
pembelinya.
Syarat Faktur pajak harus memenuhi Faktur pajak memenuhi persyaratan
formal dan syarat formal dan material, formal, apabila di isi secara lengkap,
material seperti : nama, alamat, NPWP jelas, dan benar sesuai dengan
faktur pajak yang menyerahkan BKP atau persyaratan sebagaimana dimaksud
(Psl 13 (9)) JKP, NPWP pembeli BKP pada ayat (5) atau persyaratan yang di
atau JKP, jenis barang atau atur dengan Peraturan Direktur Jenderal
jasa, jumlah harga jual atau Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
penggantian, potongan harga, (6)
pajak PPn yang dipungut atau
pajak penjualan atas BM yang Sedangkan faktur pajak memenuhi
dipungut, kode, nomor seri, persyaratan material , apabila berisi
tanggal pembuatan faktur keterangan yang sebenarnya atau
pajak, dan nama serta tanda sesungguhnya mengenai penyerahan
tangan yang berhak BKP atau JKP.
menandatangani faktur pajak,

5
terdapat penjelasan psl 13
ayat (5).
Pasal Penyetoran Penyetoran dilakukan paling Penyetoran PPn oleh PKP di lakukan
15.A dan lama pada tanggal 15 setelah paling lama akhir bulan berikutnya
Pelaporan berakhirnya masa pajak. setelah berakhirnya masa pajak dan
PPn sebelum SPT masa PPn disampaikan
(Psl 15.A)
Pelaporan dilakukan paling Pelaporan PPn dilakukan paling lama
lama pada tanggal 20 setelah akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak. berakhirnya masa pajak (Psl 15.A)
Dalam hal terjadi keterlambatan
pembayaran pajak terutang atau
keterlambatan penyampaian berdasarkan
SPT PPn, maka PKP tetap dikenai sanksi
administrasi sebagaimana diatur dalam
UU No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan dan
Perubahannya
Pasal Tanggung Tidak lagi diatur dalam UU Karena pasal mengenai tanggung
16.F Renteng KUP dan tidak diatur dalam renteng masih diperlukan, pembeli BKP
UU PPn atau penerima JKP bertanggung jawab
secara renteng atas pembayaran pajak
yang terutang sepanjang apabila
ternyata pajak tersebut tidak dapat
ditagih kepada penjual/pemberi jasa,
dan pembeli/penerima jasa tidak dapat
menunjukkan bukti bahwa pajak telah
dibayar, ketentuan tersebut diatur
kembali dalam UU PPn ini.
.

Anda mungkin juga menyukai