Anda di halaman 1dari 7

NAMA : RIAN TIARNO

NIM : 06121281722033

Pengujian Metalografi

Metalografi adalah suatu teknik atau metode persiapan material untuk


mengukur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari informasi-informasi yang
terdapat dalam material yang dapat diamati, seperti fasa, butir, komposisi kimia,
orientasi butir, jarak atom, dislokasi, topografi dan sebagainya.

Pada metalografi, secara umum yang akan di amati adalah dua hal yaitu :

a. Struktur makro adalah struktur dari logam yang terlihat secara makro pada
permukaan yang dietsa dari spesimen yang telah dipoles.
b. struktur mikro adalah struktur dari sebuah permukaan logam yang telah
disiapkan secara khusus yang terlihat dengan menggunakan perbesaran
minimum 25x.

Dalam proses pengujian metalografi, pengujian logam dibagi lagi menjadi dua
jenis, yaitu :

1. Pengujian makro (Macroscope Test)

Pengujian makro ialah proses pengujian bahan yang menggunakan mata


terbuka dengan tujuan dapat memeriksa celah dan lubang dalam permukaan
bahan. Angka kevalidan pengujian makro berkisar antara 0,5 hingga 50 kali [3].

2. Pengujian mikro (Microscope Test)

Pengujian mikro ialah proses pengujian terhadap bahan logam yang bentuk
kristal logamnya tergolong sangat halus. Sedemikian halusnya sehingga
pengujiannya memerlukan kaca pembesar lensa mikroskop yang memiliki
kualitas perbesaran antara 50 hingga 3000 kali.
Langkah-Langkah Metalografi

Adapun secara garis besar langkah-langkah yang harus dilakukan pada metalografi
adalah :

a. Pemotongan (Sectioning)
Proses Pemotongan merupakan pemindahan material dari sampel yang
besar menjadi spesimen dengan ukuran yang kecil. Pemotongan yang salah
akan mengakibatkan struktur mikro yang tidak sebenarnya karena telah
mengalami perubahan.
Kerusakan pada material pada saaat proses pemotongan tergantung
pada material yang dipotong, alat yang digunakan untuk memotong, kecepatan
potong dan kecepatan makan. Pada beberapa spesimen, kerusakan yang
ditimbulkan tidak terlalu banyak dan dapat dibuang pada saat pengamplasan
dan pemolesan.
b. Pembingkaian (Mounting)
Pembingkaian seringkali diperlukan pada persiapan spesimen
metalografi, meskipun pada beberapa spesimen dengan ukuran yang agak
besar, hal ini tidaklah mutlak. Akan tetapi untuk bentuk yang kecil atau tidak
beraturan sebaiknya dibingkai untuk memudahkan dalam memegang spesimen
pada proses pngamplasan dan pemolesan.
Sebelum melakukan pembingkaian, pembersihan spesimen haruslah
dilakukan dan dibatasi hanya dengan perlakuan yang sederhana detail yang
ingin kita lihat tidak hilang. Sebuah perbedaan akan tampak antara bentuk
permukaan fisik dan kimia yang bersih. Kebersihan fisik secara tidak langsung
bebas dari kotoran padat, minyak pelumas dan kotoran lainnya, sedangkan
kebersihan kimia bebas dari segala macam kontaminasi. Pembersihan ini
bertujuan agar hasil pembingkaian tidak retak atau pecah akibat pengaruh
kotoran yang ada.
Dalam pemilihan material untuk pembingkaian, yang perlu diperhatikan
adalah perlindungan dan pemeliharaan terhadap spesimen. Bingkai haruslah
memiliki kekerasan yang cukup, meskipun kekerasan bukan merupakan suatu
indikasi, dari karakteristik abrasif. Material bingkai juga harus tahan terhadap
distorsi fisik yang disebabkan oleh panas selama pengamplasan, selain itu juga
harus dapat melkukan penetrasi ke dalam lubang yang kecil dan bentuk
permukaan yang tidak beraturan.
c. Pengerindaan, Pengamplasan, dan Pemolesan
Pada proses ini dilakukan penggunaan partikel abrasif tertentu yang
berperan sebagai alat pemotongan secara berulang-ulang. Pada beberapa
proses, partikel-partikel tersebut dsisatukan sehingga berbentuk blok dimana
permukaan yang ditonjolkan adalah permukan kerja. Partikel itu dilengkapi
dengan partikel abrasif yang menonjol untuk membentuk titik tajam yang
sangat banyak.
Perbedaan antara pengerindaan dan pengamplasan terletak pada batasan
kecepatan dari kedua cara tersebut. Pengerindaan adalah suatu proses yang
memerlukan pergerakan permukaan abrasif yang sangat cepat, sehingga
menyebabkan timbulnya panas pada permukaan spesimen. Sedangkan
pengamplasan adalah proses untuk mereduksi suatu permukaan dengan
pergerakan permukaan abrasif yang bergerak relatif lambat sehingga panas
yang dihasilkan tidak terlalu signifikan.

d. Pengetsaan (Etching)
Pengetsaan dilakukan dalam proses metalografi adalah untuk melihat struktur
mikro dari sebuah spesimen dengan menggunakan mikroskop optik. Spesimen
yang cocok untuk proses etsa harus mencakup daerah yang dipoles dengan hati-
hati, yang bebas dari deformasi plastis karena deformasi plastis akan mengubah
struktur mikro dari spesimen tersebut.
Proses etsa untuk mendapatkan kontras dapat di klasifikasikan atas :
a. Etsa tidak merusak
Etsa tidak merusak terdiri atas etsa optik dan perantaraan kontras dari
struktur dengan pencampuran permukaan secara fisik terkumpul pada
permukaan spesimen yang telah dipoles. Pada etsa optik digunakan teknik
pencahayaan khusus untuk menampilkan struktur mikro. Beberapa metode
etsa optik adalah pencahayaan gelap (dark field illumination), polarisasi
cahaya mikroskop (polarized light microscopy) dan differential interfence
contrast.
b. Etsa merusak
Etsa merusak adalah proses perusakan permukaan spesimen secara kimia
agar terlihat kontras atau perbedaan intensitas dipermukaan spesimen. Etsa
merusak terbagi dua metode yaitu :

- Phisical Etching
Pada etsa elektrokimia dapat diasumsikan korosi terpaksa, dimana
terjadi reaksim serah terima elektron akibat adanya beda potensial
daerah katoda dan anoda. Beberapa proses yang termasuk etsa
elektokimia adalah etsa endapan (precipitation etching), metode
pewarnaan panas (heat tinting), etsa kimia (chemical etching) dan etsa
elektrolite (electrolytic etching).
- Etsa fisik
Pada etsa fisik dihasilkan permukaan yang bebas dari sisa zat kimia dan
menawarkan keuntungan jika etsa elektrokimia sulit dilakukan. Etsa ion
dan etsa termal adalah teknik etsa fisik yang mengubah morfologi
permukaan spesimen yang telah dipoles.
 Adapun bahan-bahan larutan pada etsa makro adalah sebagai
berikut :
1. Hydrochloric, yang memiliki komposisi 50% asam hydrochloric
dalam air dengan suhu antara 70º C - 80º C dan waktu yang
dibutuhkan 1 jam, serta digunakan untuk bahan baja dan besi.
2. Sulphuric, yang memiliki komposisi 20% asam sulphuric dalam air
dengan suhu 80º C dan waktu yang diperlukan antara 10 sampai 20
detik, serta digunakan untuk bahan besi dan baja.
3. Nitric, yang memiliki komposisi 20% asam nitric dalam air dan
boleh dalam keadaan dingin jika cocok, serta digunakan untuk
bahan besi dan baja.
4. Alcoholic ferric chloride, yang memiliki komposisi 96 cm3 ethyl
alcohol, 59 gram ferric chloride, dan 2 cm3 asam hydrochloric.
5. Bahan etsa, yang memiliki komposisi copper ammonium chloride 9
gram dan air 91 ml specimen untuk baja. Waktu etsa lebih lama
daripada etsa mikro struktur.
6. Untuk mengetsa baja agar didapat hasil etsa yang dalam dan tebal
lapisannya, digunakan bahan etsa yang baik, yaitu hydrochloric acil
(HCl) 140 ml, sulphuric acid (H2SO4) 3 ml dan air 50 ml dengan
waktu etsa antara 15 sampai 30 menit.
7. Specimen alumunium atau campuran alumunium bahan etsa ialah
hydrofloride acid (HF) 10 ml, nitrid acid (HNO3) 1 ml, dan air 200
ml. Waktu pengetsaannya sangat singkat dan karena itu, jika terjadi
lapisan hitam yang tebal dapat dihilangkan dengan cara merendam
pada asam nitrat (HNO3). Waktu pengetsaan itu lebih l daripada etsa
untuk mikro struktur.

Setelah kita mengetsa, kita langsung dapat melihat bagian mana yang bengkok
atau mengambang dari serat (alur) benda kerja tersebut. Macro test ini biasanya
dilakukan pada benda yang pembuatannya ditempa, dituang, dan hasil pengerolan.

 Adapun bahan-bahan larutan pada etsa mikro adalah sebagai berikut


:
1. Asam nitrat, yang memiliki komposisi asam nitrat 2 ml dan alkohol
95% atau 98 ml. Pemakaiannya untuk bahan karbon, baja paduan
rendah, dan baja paduan sedang. Waktu yang diperlukan beberapa
detik sampai 1 menit.
2. Asam pikrat, yang memiliki komposisi 4 gram asam pikrat, alkohol
95% atau 98 ml. Pemakaiannya untuk baja karbon dalam keadaan
normal, dilunakkan, dikeraskan (hardening) dan ditemper
(tempering). Waktu pengetsannya beberapa detik sampai 1 menit.
3. NH4OH.H2O2, yang memiliki komposisi NH4OH sebagai dasar
dan H2O2 beberapa tetes. Pemakaiannya untuk bahan tembaga dan
paduannya dengan waktu pengetsaan sampai bahan uji berwarna
biru.
4. Bahan etsa adalah nital 2%, yaitu 2 ml asam nitrat (HNO3) dan 98
ml methyl alcohol dalam waktu 10 sampai 30 detik.
5. Bahan etsa menggunakan asam yang terdiri dari 10% ammonium
ferri sulfat, 2,5% ammonium acrocide NH4(OH), dan 65% larutan
asam krom dalam waktu 10 sampai 30 detik, yang digunakan untuk
tembaga dan campurannya.

Cara mengetsa

Setelah bahan uji melalui beberapa tahapan, maka benda uji dapat langsung
dietsa. Pengetsaan dilakukan dengan cara menempatkan asam yang akan digunakan
pada sebuah cawan kemudian mencelupkan permukaan benda uji pada asam tersebut
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Setelah itu, benda dicuci dengan air hangat
atau alcohol untuk menghentikan reaksi dan mengeringkan dengan udara dari mesin
kompresor.

Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab terjadinya kegagalan dalam


mengetsa, yaitu :

1. Benda kerja terlalu kotor karena terlalu lunak atau berminyak.


2. Benda kerja tidak bersih pada waktu dicuci.
3. Kurangnya waktu pengetsaan.
4. Terlalu lama waktu yang digunakan dalam pengetsaan.
5. Salah memilih dan menggunakan cairan etsa (etching reagent)
DAFTAR PUSTAKA
- https://www.academia.edu/12417324/PRAKTIKUM_UJI_METALOGRAFI?
auto=download

- https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=2ah
UKEwjpypeBk7flAhVKtY8KHYloBeIQFjAAegQIABAC&url=http%3A%2F%2Fdoddi_y.st
aff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F27227%2F2.pdf&usg=AOvVaw3GmG
mJtQvA8O-ptWec9wx5 (modul praktikum material teknik – Teknik Mesin,
Universitas Gunadarma)

Anda mungkin juga menyukai