JUMAT KLIWON, 9 JUNI 2017

( 14 PASA 1950 ) OPINI ÓKEDAULATAN RAKYATÓ

HALAMAN 12

Rumah Pintar Pemilu dan Birokrasi Totaliter

Menguatkan Simpul Kebangsaan (pemerintah), bisnis dan civil society harus

UNIT Kerja Presiden (UKP)
bertambah. Baru saja dibentuk
UKP Pembinaan Ideologi Pancasila
(PIP) yang dikepalai Yudi Latif.
UKP ini terbilang istimewa, karena
pengarahnya terdiri 9 orang tokoh
nasional yang tidak tanggung-tang-
gung dari lintas agama, yaitu
Megawati Soekarnoputri, Try Su-
trisno, M Mahfud MD, A Syafii
Maarif, KH Ma'ruf Amin, Said Aqil
Siradj, Andreas Anangguru Ye-
wangoe, Wisnu Bawa Tenaya, dan
Sudhamek.
Pasti bukan tanpa alasan diben-
tuknya UKP baru ini. Apalagi na-
manya UKP Pembinaan Ideologi
Pancasila, di mana dasar negara ini
belakangan sedang ramai diperbin-
cangkan, bahkan sampai ada yang
mengatakan sedang menghadapi
ancaman. Hal ini sesuai dengan
kondisi riil kehidupan berbangsa
dan bernegara akhir-akhir ini.
Usai dilantik sebagai ketuanya,
Yudi Latif menjelaskan, dengan
UKP PIP yang dibentuk melalui Per-
aturan Presiden (Perpres) Nomor: 54
Tahun 2017 merupakan momentum
untuk merekatkan kembali tenunan
kebangsaan, karena Pancasila itu
merupakan alat persatuan.
"Jadi, dengan Pancasila bukan
malah merobek persatuan tapi de-
ngan Pancasila justru ingin mere-
katkan kembali simpul-simpul yang
longgar. Ibarat sapu lidi itu kalau
tidak diikat akan berserak, sapu lidi
akan kuat kalau dia jadi satu ikatan
yang kuat. Dan ikatan bagi Indo-
nesia itu adalah Pancasila," ungkap
Yudi (KR, Kamis 8/6).
Bisa ditarik kesimpulan, dengan
renggangnya kehidupan sosial ma-
syarakat yang dikarenakan berba-
gai kepentingan belakangan ini, per-
lu direkatkan lagi. Karena bagai-
tingan politik, juga karena adanya
gerakan-gerakan radikal, semisal
terorisme, atau gerakan untuk
mengganti bentuk pemerintahan ke
bentuk lain, yaitu khilafah Islami-
yah. Tentunya UKP PIP akan ber-
usaha menyatukan seluruh bangsa
Indonesia dalam bingkai bhinneka
tunggal ika.
Hingga saat ini memang belum
diketahui bagaimana tindak lanjut
dan langkah UKP PIP. Apakah akan
seperti Badan Pembinaan Pendi-
dikan Pelaksanaan Pedoman Peng-
hayatan dan Pengamalan Pancasila
(BP-7) yang melakukan upaya
pengamalan Pancasila secara sis-
tematik melalui berbagai penataran
dan simulasi. Dulu BP-7 bertugas
merancang program-program pe-
nataran P4 (semua wajib ikut) dan
mencetak instruktur-instruktur
yang di tingkat nasional disebut
Manggala.
Meski berbeda dengan BP-7 yang
merupakan lembaga tinggi negara
dengan tugas menjaga ideologi Pan-
casila, namun posisi UKP PIP sa-
ngat strategis. Sebab merupakan
unit kerja yang berada di bawah
Presiden dan tugasnya memang
membantu tugas atau kerja Pre-
siden.
Yang pasti, kita menyambut baik
dibentuknya UKP PIP. Selanjutnya
berharap, lembaga ini segera mela-
kukan kerja-kerja nyata terkait de-
ngan pembinaan ideologi Pancasila
ke masyarakat, termasuk ke ka-
langan anak muda yang terdiri pela-
jar hingga mahasiswa. Sebab, mere-
ka ini rawan dimasuki bahkan di-
doktrin dengan ideologi lain. Kalau
mereka tidak kita 'isi' dengan ideo-
logi Pancasila, dikhawatirkan akan
menjadi agen berkembangnya ide-
ologi lain yang bisa membahayakan
K
ITA yang dewasa selama Orde Baru
umumnya mengonstruksi kehidupan
bermasyarakat berada di bawah
bayang-bayang negara yang khidmat disebut
‘pemerintah’. Pemerintah adalah pengatur se-
mua hal. Dulu masalah masuk arena privat
seperti soal alat kontrasepsi.
Menjadi anomali ketika mindset totaliter itu
ternyata masih bertahan pada era good gover-
nance sekarang ini, bahkan oleh punggawa
birokrasi yang (mestinya) tercerahkan. Ini ken-
tara dalam sejumlah regulasi yang isinya
mencerminkan pemahaman demikian, yang
menyelisihi hak berserikat dan berkumpul yang
diakui Konstitusi. Tulisan ini menyoroti fenome-
na oknum birokrat yang ‘mengincar’ rumah pin-
tar pemilu (RPP) bentukan KPU untuk ‘dikoop-
tasi’ di bawah Permendikbud No. 81 Tahun 2013
tentang Pendidikan Nonformal (PNF).
Menghilangkan Inisiatif
Permendikbud dimaksud hanya terdiri dari
14 pasal, namun ironisnya bisa digunakan un-
tuk membelenggu transfer pengetahuan apapun
karena keluasan cakupannya. Akibatnya kelak
hilanglah wahana partisipasi dan inisiatif bagi
pemberdayaan masyarakat, dalam hal RPP,
yang terkait kepemiluan. Keluasan cakupan itu
akan kian luas karena disandarkan pada tafsir.
Pada gilirannya birokrat berpikiran cekak nis-
caya akan memaksa RPP untuk ‘dikooptasi’ un-
tuk kepentingannya.
Pasal 1 Permendikbud No. 81 Tahun 2013
menyebut: (2). PNF ... adalah jalur pendidikan
di luar pendidikan formal yang dapat dilak-
sanakan secara terstruktur dan berjenjang. .....
(8). Program PNF adalah layanan pendidikan
yang diselenggarakan untuk memberdayakan
masyarakat melalui pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perem-
puan, pendidikan keaksaraan, pendidikan kete-
rampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kese-
taraan, serta pendidikan lain yang ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan peserta
Gerakan Memperkuat Negara
Farid B Siswantoro
didik.
Lalu Pasal 3 menetapkan: (1) Satuan PNF,
terdiri atas: a. LKP; b. Kelompok Belajar; c.
PKBM; d. Majelis Taklim; dan e. Satuan PNF se-
jenis. (2) Satuan PNF ... terdiri atas rumah pin-
tar, balai belajar bersama, lembaga bimbingan
belajar, serta bentuk lain yang berkembang di
masyarakat ...
Tampak dalam kutipan di atas betapa nyaris
semua hal-ihwal transfer pengetahuan berada
di bawah payung Permendikbud tersebut.
Bahkan, rasa-rasanya, pelatihan burung mer-
pati yang dilakukan balai belajar bersama di
kampung peternak merpati pun harus berada di
bawah regulasi ini. Rupanya ini bukti lain
adanya gejala yang ditengarai para ahli sebagai
‘berbaliknya pendulum negara’ yang ingin
mengatur-ngatur lagi (Skocpol 2002).
Sedikit Mungkin Mengatur
Reformasi memberi kesempatan aktor non-
negara untuk berperan lebih besar. Aktor negara
bersinergi membangun konsensus; dan peran
negara tidak lagi bersifat regulatif, tetapi hanya
sebatas fungsi fasilitatif (Pratikno 2005). Secara
demikian inisiatif masyarakat didorong, dikon-
disikan, diberi peluang untuk tumbuh. Meski di-
inisiasi di semua KPU, RPP dibangun dengan
tujuan untuk peningkatan partisipasi, literasi
demokrasi, berbekal rasionalitas yang kritis, de-
ngan mendorong tumbuhnya voluntaritas atau
kerelawanan (KAK Rumah Pintar Pemilu 2016).
Permendikbud 81/2013 yang bersemangatkan
totaliterisme itu terbit justru setelah era
Reformasi berjalan 15 tahun. Dengan dalih itu
(sebagian) birokrat (Kemendikbud) bisa menja-
dikan 550-an RPP yang dibangun KPU di selu-
ruh Indonesia itu sebagai wilayah garap baru.
Birokrat hanya melihat istilah yang dipergu-
nakan (‘rumah pintar’) dikaitkan dengan Pasal 4
Ayat (5), untuk kemudian mendorong diterap-
kannya tatakelola seperti diberlakukan terha-
dap lembaga PNF. Gejala demikian sudah
muncul di beberapa kabupaten/kota termasuk di
DIY.
Menyamakan rumah pintar pemilu dengan
PNF bukan saja kesalahan identifikasi --yang
kemungkinan hanya berdasar nama ‘rumah
pintar’-- tetapi lebih karena semangat birokrasi
totaliter yang sulit diberantas. Konsekuensi pe-
narikan RPP di bawah Permendikbud 81/2013
tentu berupa pemberlakuan tatakelola PNF de-
ngan menerapkan sejumlah prosedur dan per-
aturan lainnya, misalnya PP No. 17/2010 yang
mengharuskan PNF wajib memperoleh izin dari
pemerintah kabupaten/kota (Pasal 185 Ayat 1).
Lalu kelak diterapkan pula adanya fungsi
Pejabat Penilik yang diberi tupoksi melakukan
ìpengendalian mutu satuan pendidikan nonfor-
malî. Sungguh, jika tidak ada upaya menolak
itu, hilanglah sudah pelembagaan inisiatif dan
partisipasi yang sudah berjalan baik di KPU
hingga hari ini. ? ❑ - e
*)Farid B Siswantoro, Komisioner KPU DIY,
pegiat pemberdayaan masyarakat.
nyai kekuatan toleransi otentik untuk menyang-

manapun kita sama-sama satu
bangsa dan satu negara yang mem-
punyai ideologi Pancasila. Selain
kerenggangan karena faktor kepen-
Menyikapi Hasil Ujian Sekolah
SAAT pengumuman hasil ujian seko-
lah telah tiba. Para orangtua hadir
memenuhi undangan sekolah dengan
beragam pertanyaan. Berapa nilai
anakku? Bisa tidak untuk menjadi modal
mendaftar ke sekolah pilihan? Meraih
juara di sekolah atau tidak?
Sebagian orangtua akan menjadi
bangga kepada anaknya atas prestasi
yang diraih. Sebagian lainnya menyikapi
dengan datar. Dan mungkin sebagian la-
gi akan menjadi sedih dengan hasil yang
dicapai anaknya.
Ujian sekolah sesungguhnya tidak
bisa mewakili hasil belajar selama
sekian tahun di sekolah. Karena ada
banyak sisi yang mesti kita jadikan
parameter keberhasilan pendidikan.
Orangtua mestinya tahu dengan para-
meter keberhasilan tersebut agar bisa
bersikap dengan tepat kepada anaknya.
Secara umum, kurikulum pendidikan
di Indonesia saat ini mengacu kepada
tiga kompetensi utama, yaitu penge-
tahuan, keterampilan dan sikap/perilaku.
Adapun ujian sekolah, terutama ujian na-
sional, hanya bisa mengukur satu sisi
saja, yaitu aspek pengetahuan.
Oleh karena itu, orangtua perlu juga
melihat bagaimana capaian hasil belajar
anak dari sisi keterampilan dan sikap/-
perilakunya. Hal ini bisa ditanyakan lang-
sung kepada guru kelas/wali kelasnya.
Bisa juga diamati dengan melihat per-
kembangan keterampilan dan perilaku
anak di rumah.
Kebutuhan Bertumpuk-tumpuk
bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Karena itu, selamat bekerja UKP
PIP. Kita menunggu hasilnya! ❑ - e
Permasalahan memang muncul keti-
ka hasil Ujian Nasional menjadi dasar
untuk mencari sekolah di jenjang berikut-
nya. Banyak orangtua rela mengeluar-
kan biaya sekian juta rupiah agar
anaknya bisa mengikuti program bim-
bingan belajar di luar sekolah.
Hal di atas tidak salah. Hanya saja,
orangtua juga tidak boleh lupa untuk
mendorong peningkatan keterampilan
dan perilaku anaknya. Orangtua mesti-
nya juga siap mengeluarkan biaya untuk
program-program yang mengarah kepa-
da aspek keterampilan dan perilaku.
Salah satunya adalah bimbingan keaga-
maan.
Bagaimanapun akhlaq yang baik,
yang muncul dari nilai keimanan dan ke-
taqwaan adalah prestasi pertama yang
mesti dicapai oleh anak kita. Adapun nilai
ujian yang baik mengikuti di bela-
kangnya.
Kalaulah kemudian hasilnya kurang
baik, orangtua tidak perlu kecewa kare-
na kita memahami bahwa kemampuan
anak berbeda-beda. Sebab, dalam bela-
jar itu yang lebih penting adalah proses
belajarnya. Cara belajar anak yang baik,
penuh semangat dan motivasi sudah
cukup bagi kita, para orangtua. Adapun
hasil itu, kita serahkan kepada Allah
SWT sepenuhnya dan bisa kita terima
dengan lapang dada. ❑ - e
Adib Nur Aziz SSi
Guru MTsN 4 Sleman
(MTsN Sleman Kota).
S
ETIAP denyut nadi gerakan Muham-
madiyah adalah dalam rangka mene-
gakkan marwah Islam dan sekaligus
memperkuat sendi-sendi negara dan kebang-
saan. Di Muhammadiyah, Islam dan kehidupan
negara yang adil dan benar adalah tidak ter-
pisahkan satu dengan lainnya. Karenanya,
Muhammadiyah adalah gerakan yang sangat
Indonesia dan sangat menjunjung tinggi nilai-ni-
lai islam yang sebenar-benarnya karena di da-
lam Muhammadiyah tidak ada kontradiksi an-
tara praktik menjalankan syariat dengan konsti-
tusi negara.
Melalui Ketua PP Muhammadiyah, Ki Bagus
Hadikusumo, Pancasila dan NKRI adalah final
untuk Bangsa Indonesia, untuk Muhamma-
diyah. Tidak ada keraguan kontribusi Muham-
madiyah di bidang ini. Kecuali ada pihak yang
merasa lebih NKRI dan lebih Pancasilais baru-
lah ada gerakan menegasikan peran historis ge-
rakan Muhammadiyah dan juga tokoh-tokoh di
dalamnya.
Bagaimana kita melihat autentisitas gerakan
Muhammadiyah di dalam memperkuat negara
Indonesia selama kurun waktu pra merdeka
sampai jauh pasca kemerdekaan ini? Pertama,
sumbangsih gagasan dan penegasan untuk
menyegerakan bangsa ini berdiri tegak di atas
konstitusi yang kokoh dan kuat yaitu Pancasila
dan UUD 1945. Tentu saja Muhammadiyah ti-
dak sendirian, ada juga organisasi lainnya. Tapi
tidak bisa dipungkiri bahwa peran Ki Bagus di-
dalam mengakhiri perseteruan 7 kata di dalam
Pancasila.
Kiprah
Berikutnya, dalam periode pascakemerdekaan
Muhammadiyah aktif bukan hanya melanjutkan
kiprah di bidang pembangunan sosial dan ekono-
mi, tetapi juga terlibat di dalam partai politik
yaitu menjadi anggota istimewa Partai Mas-
yumi. Di saat kegentingan pun, asas tunggal,
Muhammadiyah lewat Ketua Muhammadiyah
AR Fahruddin cukup cepat mereda dengan me-
nerima Pancasila sebagai asas tunggal demi
menjaga keutuhan bangsa di tengah ancaman
perpecahan. Akibat kuatnya kekecewaan kelom-
pok Islam yang asasnya Islam dalam organisasi-
David Efendi gah dan memperkuat pilar negara adalah de-
ngan aksi-aksi pelayanan di bidang sosial-kema-
nya harus diubah menjadi Pancasila. nusiaan, kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan
Ini menunjukkan kecintaan dan loyalitas pelayanan pendidikan keagamaan (mendirikan
Persyarikatan Muhammadiyah terhadap bangsa ribuan masjid).
yang luar biasa. Bagaimana orang-orang me- Dalam pelayanan bidang pendidikan yang
ragukan komitmen kebangsaan Muhammadi- merupakan kerja nyata memajukan sumber
yah? Pastilah jenis manusia ahistoris kelas berat. daya manusia Indonesia melalui ribuan sekolah
Begitupun, pada saat tata kelola negara meng- dasar dan menengah di semua penjuruh tanah
alami kanker stadium empat akibat praktik air, Muhammadiyah melayani semua tanpa ada
KKN, Muhammadiyah, melalui tokoh reformasi perbedaan perlakuan. Muhammadiyah telah
Amien Rais berani dengan lantang meneriakkan mengelola 176 perguruan tinggi. Muhammadi-
suksesi nasional pada tahun 1993’dimana ke- yah tidak mengkhususkan universitasnya hanya
kuasaan tahun itu adalah seperti monster le- kalangan sendiri. Di kawasan Indonesia bagian
viathan. Agenda reformasi pun berhasil di- timur, seperti di Sorong dan Kupang mahasiswa
lakukan, dan banyak orang menikmatinya sam- di lembaga pendidikan Muhammadiyah menca-
pai hari ini. pai 80 % dan 70% adalah non-muslim belajar
Hubungan Muhammadiyah dengan negara dan mengembangkan diri di sana. Semua ber-
adalah hubungan yang sangat dekat. Persis se- jalan dalam suasana damai dan nyaman.
perti ungkapan Syafii Maarif, bahwa Muham- Terakhir, kita saksikan di bulan Ramadan ini,
madiyah yang tidak berkontribusi terhadap pe- ada ribuan forum pengajian dan pengkajian di
nyelesaian masalah kebangsaan adalah bukan Muhammadiyah dan tidak kita saksikan sat-
Muhammadiyah sebenarnya. Kedua, Muhamma- upun yang bernada memberontak Pancasila
diyah yang mempraktikkan ‘toleransi otentik’. atau melemahkan negara dalam bentuk upaya-
Perdebatan idelogi negara sebagai proses na- upaya makar. ❑ - e
tion state building memang belum kelar se- *) David Efendi, Dosen Ilmu Pemerintahan,
penuhnya. Masih banyak konsilidasi dan rekon- Fisipol UMY.
siliasi yang harus dibangun de-
ngan tulus. Tidak dibenarkan ada
satu pihak mengklaim merasa pa-
ling memiliki Indonesia, merasa
paling merah putih, paling Pan-
casilais dan paling toleran. Hal ini
hanya akan memporak-poran- Idul Fitri, Polda DIY bentuk 33 Pospam
dakan kehidupan berbangsa ke- - Pengamanan harus disiapkan matang.
timbang menyemai kesatuan ***
bangsa untuk membawa kehidup- Kajati DIY geram dengan penyebar hoax.
an lebih unggul dan maju. - Ayo terus perangi hoax.
Toleransi ***
Haedar Nasier mengenalkan is- Desember, Museum Muhammadiyah mulai dibangun.
tilah toleransi otentik atau setara - Bisa jadi objek wisata menarik.
dengan penghargaan atas perbe-
daan yang tulus dan jernih dalam
kehidupan sehari-hari’bukan insi-
dental. Sebagai contoh, bagai-
mana Muhammadiyah mempu-
SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) No. 127/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1986 tanggal 4 Desember 1990.
Anggota SPS. ISSN: 0852-6486.
Penerbit: PT-BP Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, Terbit Perdana: Tanggal 27 September 1945.
Perintis: H Samawi (1913 - 1984) M Wonohito (1912 - 1984).
Penerus: Dr H Soemadi M Wonohito SH (1985-2008) Penasihat: Drs HM Idham Samawi.
Komisaris Utama: Drs HM Romli. Direktur Utama: dr Gun Nugroho Samawi.
Direktur Pemasaran: Fajar Kusumawardhani SE. Direktur Keuangan: Imam Satriadi SH.
Direktur Umum: M Wirmon Samawi SE MIB. Direktur Produksi: Baskoro Jati Prabowo SSos.

KEBUTUHAN orangtua kini
bertumpuk-tumpuk. Tidak sedikit dana
dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan
biaya pendidikan anaknya. Jauh se-
belum Ujian Nasional, orangtua mesti
menyiapkan dana untuk anaknya agar
bisa mengikuti bimbingan belajar di luar
sekolah, sehingga anaknya mampu ber-
saing masuk jenjang pendidikan berikut-
nya.
Sekarang setelah lulus Ujian Nasio-
nal, orangtua harus menyiapkan dana
untuk masuk sekolah yang juga tidak se-
dikit nilainya. Pada waktu yang berde-
katan, orangtua juga menyiapkan dana
untuk Lebaran bagi yang merayakan.
Bagi orangtua, untuk memenuhi se-
mua kebutuhan memang harus bekerja
keras atau bahkan menguras tabungan
yang sudah disiapkan jauh-jauh hari un-
tuk kebutuhan itu. Mengingat kebutuhan
yang datang hampir secara bersamaan,
memang dibutuhkan kecermatan untuk
memenuhinya.
Orangtua harus memprioritaskan
mana kebutuhan yang mendesak dan
harus disegerakan. Menyadari berapa
jumlah pemasukan yang diterima dan
dana yang harus dikeluarkan memang
penting. Dengan demikian, orangtua
akan lebih jeli dan hemat dalam menge-
lola keuangan.
Bagaimanapun manajemen keuang-
an keluarga perlu dikelola dengan baik.
Singkirkan kebutuhan yang sifatnya im-
provisasi atau tidak mendesak. Utama-
kan menabung. Apalagi jika orangtua
menyadari kebutuhan pendidikan anak-
anaknya di waktu mendatang cukup be-
sar. Tentu akan lebih baik jika orangtua
menyadari dalam setahun mendatang,
apa kebutuhan yang harus dipenuhi, se-
hingga sedikit demi sedikit bisa mena-
bung untuk memenuhinya. ❑ - e
Dian Handari
Suryodiningratan, Yogya.
Pemimpin Umum: dr Gun Nugroho Samawi. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Drs Octo Lampito MPd. Wakil Pemimpin Redaksi: Drs H Ahmad Luthfie MA. Ronny Sugiantoro SPd, SE, MM.
Redaktur Pelaksana: Primaswolo Sudjono SPt, Joko Budhiarto, Mussahada. Manajer Produksi Redaksi: Ngabdul Wakid. Redaktur: Drs Sihono HT, H Soeparno S Adhy, Drs Widyo Suprayogi, Dra Esti
Susilarti MPd, Yon Haryono Hadi, Dra Hj Fadmi Sustiwi, Dra Prabandari, Isnawan, Benny Kusumawan, Drs Hudono SH, Drs Swasto Dayanto, Husein Effendi SSI, Hanik Atfiati, MN Hassan, Herry Sugito,
Drs Jayadi K Kastari, Sutopo Sgh, M Arief Budiarto, Subchan Mustafa, Sulistyo Sutopo, Drs Hasto Sutadi, Eko Boediantoro, Muhammad Fauzi SSos, Drs Mukti Haryadi, Retno Wulandari SSos, H Chaidir, M
Sobirin, Linggar Sumukti, Agung Purwandono, Riyana Ekawati SIKom, Wahyu Priyanti SH, Ardhi Wahdan SPdi, Fotografer: Effy Widjono Putro, Franz Boedi Sukarnanto, Surya Adi Lesmana. Grafis : Joko
Santoso SSn, Bagus Wijanarko. Sekretaris Redaksi: Dra Hj Supriyatin.
Pemimpin Perusahaan: Fajar Kusumawardhani SE. Kepala TU Langganan: Purwanto Hening Widodo BSc, Telp (0274)- 565685 (Hunting) Manajer Iklan : Agung Susilo SE, Telp (0274) - 565685
(Hunting) Fax: (0274) 555660. E-mail: iklan@kr.co.id, iklankryk23@yahoo.com, iklankryk13@gmail.com.
Langganan per bulan termasuk ‘Kedaulatan Rakyat Minggu’... Rp 65.000,00, Iklan Umum/Display...Rp 27.500,00/mm klm, Iklan Keluarga...Rp 12.000,00 /mm klm, Iklan Baris/Cilik (min. 3 baris. maks. 10
baris) . Rp 12.000,00 / baris, Iklan Satu Kolom (min. 30 mm. maks. 100 mm) Rp 12.000,00 /mm klm, Iklan Khusus: Ukuran 1 klm x 45 mm .. Rp 210.000,00, (Wisuda lulus studi D1 s/d S1, Pernikahan, Ulang
Tahun) ● Iklan Warna: Full Colour Rp 51.000,00/ mm klm (min. 600 mm klm), Iklan Kuping (2 klm x 40 mm) 500% dari tarif. Iklan Halaman I: 300 % dari tarif (min. 2 klm x 30 mm, maks. 2 klm x 150 mm).
Iklan Halaman Terakhir: 200% dari tarif . Tarif iklan tersebut belum termasuk PPN 10%
Alamat Kantor Utama dan Redaksi: Jalan Margo Utomo (P Mangkubumi) 40 - 42 Yogyakarta, 55232. Fax (0274) - 563125, Telp (0274) - 565685 (Hunting)
Alamat Percetakan: Jalan RayaYogya - Solo Km 11 Sleman Yogyakarta 55573, Telp (0274) - 496549 dan (0274) - 496449. Isi di luar tanggungjawab percetakan
Alamat Homepage: http://www.kr.co.id dan www.krjogya.com. Alamat e-mail: naskahkr@gmail.com. Radio : KR Radio 107.2 FM.
Bank: Bank BNI - Rek: 003.044.0854 Cabang Yogyakarta.
Perwakilan dan Biro:
Jakarta: Jalan Utan Kayu No. 104B, Jakarta Timur 13120, Telp (021) 8563602/Fax (021) 8500529. Kuasa Direksi: Ir Ita Indirani. Wakil Kepala Perwakilan: Hariyadi Tata Raharja.
Wartawan : H Imong Dewanto (Kepala Biro), H Ishaq Zubaedi Raqib, Syaifullah Hadmar, Muchlis Ibrahim, Alfons Suhadi, Rini Suryati, Ida Lumongga Ritonga.
Semarang : Jalan Lampersari No.62, Semarang, Telp (024) 8315792, 8448622. Kepala Perwakilan: Budiono Isman, Kepala Biro : Isdiyanto Isman SIP, Wakil Kepala Biro : Sukaryono BA .
Surakarta : Jalan Bhayangkara No.13, Surakarta 57141, Telp/Fax (0271) 718015. KepalaPerwakilan: Dra Hermin Lestari, Kepala Biro: Qomarul Hadi.
Banyumas : Jalan Prof Moh Yamin No 5, Purwokerto, Telp (0281) 622244/Fax (0281) 621797. Kepala Perwakilan: Ach Pujiyanto SPd, Kepala Biro : Edhi Romadhon.
Klaten : Jalan Pandanaran Ruko No 2-3, Bendogantungan Klaten, Telp (0272) 322756. Kepala Perwakilan dan Kepala Biro : Sri Warsiti.
Magelang : Jalan Achmad Yani No 133, Magelang, Telp (0293) 363552, 362502 . Kepala Perwakilan: Sumiyarsih, Kepala Biro : Drs M Thoha.
Purworejo : Jalan Veteran Blok A Kav. 6, Purworejo Plaza, Telp/Fax (0275) 321848. Kepala Perwakilan: Suprapto SPd, Kepala Biro: Gunarwan.
Kulonprogo : Jalan Veteran No 16, Wates, Telp (0274) 774738. Kepala Perwakilan : Suyatno, Kepala Biro: R Agussutata.
Gunungkidul : Jalan Sri Tanjung No 4 Purwosari, Wonosari, Telp (0274) 393562, 394707. Kepala Perwakilan: Drs Guno Indarjo, Kepala Biro: Y Agus Waluyo .
- Wartawan KR tidak menerima imbalan terkait dengan pemberitaan - Wartawan KR dilengkapi kartu pers/surat tugas.