Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN ASUHAN GIZI STROKE

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien stroke yang


Pengertian Asuhan Gizi pada sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
Stroke membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas
Melanjutkan hasilskrining perawat terkait risiko malnutrisi dan
Asesmen/Pengkajian: atau kondisi khusus. Stroke termasuk kondisi khusus sehingga
memerlukan asesmen gizi.

Antropometri Data berat badan, tinggi badan dan atau lingkar lengan atas

Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti HB, Hematokrit,


Biokimia
Leukosit, Albumin (bila ada)
Mengkaji data nyeri saat menelan, kesulitan menelan, air liur
Klinis/Fisik menetes, makanan lengket dalam mulut/kerongkongan, tensi
darah status hidrasi, masa otot dan lemak, ada tidak nya edema.
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan
kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
Riwayat Personal
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental, serta
status kognitif
Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan menurunnya
Diagnosis Gizi(Masalah Gizi) konsumsi zat gizi karena kesulitan menelan ditandai dengan
asupan makanan 50% dari kebutuhan (NI-2.1)
Kesulitan Menelan berkaitan dengan stroke ditandai dengan
estimasi menurunnya asupan makan (NC-1.1)
Intervensi Gizi(Terapi Gizi) Tujuan :
Perencanaan Memenuhi kebutuhan zat gizi ≥ 80%
Mempertahankan status gizi optimal
Preskripsi Diet :
Kebutuhan Energi 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut energi
diberikan 1100-1500 kkal/hari
Protein 0.8-1 g/kgBB. Apabila pasien dengan status gizi kurang,
diberikan 1.2-1.5 g/kgBB. Apabila disertai komplikasi
PenyakitGinjal Kronik (PGK) diberikan rendah protein yaitu
0,6-0.75 g/kgBB
Lemak 20-25% dari energi total
Karbohidrat 60-70% dari energi total
Kholesterol <300 mg
Serat 15-25 gram
Implementasi Natrium 1500 mg -2300 mg
Pemberian Makanan Cukup vitamin dan mineral
Jenis Diet makan cair/enteral,saring,lunak,biasa, bertahap sesuai
Edukasi
tes fungsi menelan. Mudah dicerna porsi kecil sering
Konseling Gizi Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
Koordinasi dengan tenaga kemampuan mengkonsumsi per oral
kesehatan lain Cukup cairan
Bentuk makanan dapat dikombinasi cair/enteral atau bubur susu,
bubur saring, makanan lunak maupun makan biasa, bertahap.
Jalur makanan. (oral/enteralper NGT /parenteral atau kombinasi)
sesuai kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi.

Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien dan
keluarga serta penunggu pasien (care giver)

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu


dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien

Monitoring dan Evaluasi Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan gizi yaitu ada tidaknya residu,
malabsorbsi/diare, dll
d. Asupan Makanan
Re Asesmen (Kontrol kembali) Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal
(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk melihat keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika pasien sudah
kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan untuk menilai
kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi gizi) 2-4
minggu setelah pulang dari rumah sakit.
Indikator (Target yang akan 1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
dicapai/Outcome) 2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Indek Masa
Tubuh (IMT) atau lingkar lengan atas, biokimia albumin,
fisik/klinis dan asupan makan
Sumber Pustaka 1. Komplikasi Pada Stroke, FKUI 2015
2. Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien
Indonesia (AsDI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI)
3. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual
PANDUAN ASUHAN GIZI PADA
PREEKLAMSI BERAT

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien


Preeklamsi berat yang sistematis dimana
Pengertian Asuhan Gizi pada Preeklamsi
Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam membuat
berat
keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas
Melanjutkan hasilskrining perawat terkait risiko
malnutrisi dan atau kondisi khusus. PEB termasuk
Asesmen/Pengkajian: kondisi khusus sehingga memerlukan asesmen
gizi.

Antropometri Data berat badan, tinggi badan dan atau lingkar


lengan atas

Biokimia Kadar Hb, Hematokrit, Albumin (bila ada)


Klinis/Fisik Tekanan darah
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan
Riwayat Makan makan, bentuk makanan, rata-rata asupan sebelum
masuk RS (kualitatif dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat
penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu dan
Riwayat Personal penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen
makanan, status kesehatan mental, serta status
kognitif
Penurunan Kebutuhan zat gizi spesifik Natrium
Diagnosis Gizi(Masalah Gizi) berkaitan dengan adanya ekresi Nacl dalam tubuh
yang meningkatkan tekanan darah ditandai dengan
tekanan darah diatas normal >160/110 mmhg
(NI .5.4)
Intervensi Gizi(Terapi Gizi) Tujuan :
Perencanaan Memenuhi kebutuhan zat gizi ≥ 80%
Mempertahankan status gizi optimal
Preskripsi Diet :
Kebutuhan Energi 30-35kkal/kgBB. + 300 kal
Implementasi (kondisi Hamil)
Pemberian Makanan Protein 0.8-1 g/kgBB.
Edukasi Lemak 20-25% dari energi total
Konseling Gizi Karbohidrat 60-70% dari energi total
Koordinasi dengan tenaga kesehatan Serat 15-25 gram
lain Diet Rendah Garam
Cukup vitamin dan mineral
Jenis Diet makan cair/enteral,saring,lunak,biasa,
bertahap sesuai kondisi /kemampuan dan daya
terima pasien
Cukup cairan
Bentuk makanan dapat dikombinasi cair/enteral
atau bubur susu, bubur saring, makanan lunak
maupun makan biasa, bertahap. Jalur makanan.
(oral/enteralper NGT /parenteral atau kombinasi)
sesuai kondisi klinis dan kemampuan
mengkonsumsi.

Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan


preskripsi diet, motivasi makan porsi kecil tapi
sering.
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada
pasien dan keluarga serta penunggu pasien (care
giver)

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan


lain yaitu dengan dokter, perawat, farmasis dan
tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien

Monitoring dan Evaluasi Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu


monitor hasil positif maupun negative dari :
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan gizi yaitu
ada tidaknya residu,
malabsorbsi/diare, dll
d. Asupan Makanan
Re Asesmen (Kontrol kembali) Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah
kunjungan awal (pada hari ke 4 atau ke 5
perawatan) untuk melihat keberhasilan intervensi
sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika pasien sudah
kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan
intervensi (terapi gizi) 2-4 minggu setelah pulang
dari rumah sakit.
Indikator (Target yang akan dicapai/Outcome) 1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
2. Status Gizi Normal berdasarkan
antropometri Indek Masa Tubuh (IMT)
atau lingkar lengan atas, biokimia
albumin, fisik/klinis dan asupan makan
Sumber Pustaka
1. Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006.
Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI).
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics
& Nutrition Terminology (IDNT)
Reference Manual
PANDUAN ASUHAN GIZI PADA APENDICTIS
ACUT

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien


Apendictitis yang sistematis dimana
Pengertian Asuhan Gizi pada Apendictitis acut Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam membuat
keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas
Melanjutkan hasilskrining perawat terkait risiko
malnutrisi dan atau kondisi khusus. Apenndictis
Asesmen/Pengkajian: acut termasuk kondisi khusus sehingga
memerlukan asesmen gizi.

Antropometri Data berat badan, tinggi badan dan atau lingkar


lengan atas

Hb, lekosit, hemotokrit,trombosit, PP test (wanita


Biokimia
usia subur)
Mual, muntah,nyeri ulu hati dapat disertai
Klinis/Fisik konstipasi atau diare,sub pebris, anoreksia dan
kembung
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan
Riwayat Makan makan, bentuk makanan, rata-rata asupan sebelum
masuk RS (kualitatif dan kuantitatif)
Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
Status Gizi Normal berdasarkan antropometri
Riwayat Personal
IndekMasa Tubuh (IMT) atau lingkar lengan atas,
biokimia albumin, fisik/klinis dan asupan makan
NI.2.1 Makanan dan minuman oral tidak adekwat
Diagnosis Gizi(Masalah Gizi) berkaitan dengan nafsu makan kurang ditandai
dengan hasil recall,
NC.1.4 Gangguan fungsi GI berkaitan dengan
penyakitnya ditandai rasa nyeri perut.
Intervensi Gizi(Terapi Gizi) Tujuan :
Perencanaan Memenuhi kebutuhan zat gizi ≥ 80%
Implementasi Mempertahankan status gizi optimal
Preskripsi Diet :
Pemberian Makanan
Kebutuhan Energi 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut
Edukasi energi diberikan 1100-1500 kkal/hari
Konseling Gizi Protein 0.8-1 g/kgBB. Apabila pasien dengan status
Koordinasi dengan tenaga kesehatan gizi kurang, diberikan 1.2-1.5 g/kgBB. )
lain Lemak 20-25% dari energi total
Karbohidrat 60-70% dari energi total
Cukup vitamin dan mineral
JenisDiet makanan cair/enteral,saring,lunak,biasa
pemberian post operasi bila bising khusus +/Flatus
+pemberian diet disesuaikan dengan kondisi dan
keluhan pasien post operasi
Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan
Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan
preskripsi diet
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada
pasien dan keluarga serta penunggu pasien (care
giver)

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan


lain yaitu dengan dokter, perawat, farmasis dan
tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien

Monitoring dan Evaluasi Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu


monitor hasil positif maupun negative dari :
e. Status Gizi berdasarkan antropometri
f. Hasil biokimia terkait gizi
g. Fisik Klinis terkait dengan gizi yaitu
ada tidaknya residu,
malabsorbsi/diare, dll
Asupan Makanan
Re Asesmen (Kontrol kembali) Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah
kunjungan awal (pada hari ke 4 atau ke 5
perawatan) untuk melihat keberhasilan intervensi
sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika pasien sudah
kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan
intervensi (terapi gizi) 2-4 minggu setelah pulang
dari rumah sakit.
Indikator (Target yang akan Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
dicapai/Outcome) Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Indek
Masa Tubuh (IMT) atau lingkar lengan atas,
biokimia albumin, fisik/klinis dan asupan makan
Sumber Pustaka 1. Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006.
Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI).
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics
& Nutrition Terminology (IDNT)
3. Reference ManualInternational Dietetics
& Terminology (IDNT)
PANDUAN ASUHAN GIZI PADA DEMAM
THIPOID

Metoda pmecahan masalah pada pasien thypoid


yang sistematis dimana nutrisionis /dietisien
Pengertian Asuhan Gizi pada Demam
berfikir kritis dalam dalam membuat keputusan
thipoid
untuk menangani masalah gizi sehingga aman,
efektif, dan berkualitas
Melanjutkan hasil skrining perawat , melihat data
Asesmen/Pengkajian
BB, TB, lingkar lengan atas, lingkar kepala (pada
Antropometri
bayi)
Melihat data HB, Hematokrit,leukosit,
Biokimia
albumin,data lab lain terkait gizi (bila ada)
Anoreksia, demam, mual, diare,perasaan tidak enak
Klinis/Fisik
diperut, lidah kotor.
Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan,
Riwayat Makan termasuk jajan diluar, bentuk makanan, rata-rata
asupan sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat social ekonomi budaya, riwayat penyakit
saat ini dan penyakit keluarga,riwayat penggunaan
Riwayat Personal
suplemen makanan, status kesehatan mental serta
status kognitif.
Asupan makanan kurang berkaitan dengan gang
guan pola makan tidak nafsu makan ditandai
Diagnosis Gizi(Masalah Gizi) dengan tidak dapat makan makanan RS hanya
dapat menghabiskan ½ porsi makanan (NI.2.1)
Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung
kondisi pasien.
Intervensi Gizi(Terapi Gizi) Tujuan:
Perencanaa 1. Memenuhi kebutuhan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Memberikan makanan dan minuman
secukupnya agar tidak memberankan
Implementasi saluran cerna
Pemberian Makanan Syarat Diet Lambung:
Edukasi 1. Mudah dicerna porsi kecil sering
Konseling Gizi 2. Energi dan protein cukup disesuaikan
Koordinasi dengan tenaga kesehatan dengan kemampuan pasien
lain 3. Lemak rendah bertahap dinaikan. Rendah
serat
4. Cairan cukup
5. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan
cair atau sesuai daya terima bubur susu,
bubur saring, biscuit susu,makanan lunak
(oral,enteral/parentral/kombinasi) sesuai
kondisi klinis dan kemampuan
mengkonsumsi
6. Tidak mengandung bumbu2 yang
merangsang (cabe,merica, cuka)

Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada


pasien, keluarga pasien,dan penunggu pasien (care
Giver) menengenai diet lambung

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan


lain yaitu, dengan dokte,r perawat, apoteker dan
tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien.
Monitoring dan Evaluasi a. Status gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait gizi
c. Fisik klinis terkait dengan gizi,
demam,tidak nafsu makan mual
d. Asupan makanan
Re Asesmen (Kontrol kembali) Control ulang untuk konseling gizi melihat
keberhasilan intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan
diet 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit.
Indikator (Target yang akan Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
dicapai/Outcome) Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Indek
Masa Tubuh (IMT) atau lingkar lengan atas,
biokimia albumin, fisik/klinis dan asupan makan
Sumber Pustaka Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (PERSAGI)
PANDUAN ASUHAN GIZI PADA DEMAM
BERDARAH DENGUE

Metoda pemecahan masalah pada pasien Demam


Berdarah Dengue yang sistematis dimana
Pengertian Asuhan Gizi pada Demam Berdarah
nutrisionis /dietisien berfikir kritis dalam dalam
Dengue
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi
sehingga aman, efektif, dan berkualitas
Melanjutkan hasilskrining perawat terkait risiko
Asesmen/Pengkajian: malnutrisi dan atau kondisi khusus.

Data berat badan, tinggi badan dan atau lingkar


Antropometri lengan atas

Melihat data HB, Hematokrit,leukosit,


Biokimia
albumin,data lab lain terkait gizi (bila ada)
Anoreksia, demam, mual, diare,perasaan tidak enak
Klinis/Fisik
diperut.
Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan,
Riwayat Makan termasuk jajan diluar, bentuk makanan, rata-rata
asupan sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat social ekonomi budaya, riwayat penyakit
Riwayat Personal
saat ini dan penyakit keluarga
Asupan makanan kurang berkaitan dengan gang
guan pola makan tidak nafsu makan ditandai
Diagnosis Gizi(Masalah Gizi) dengan tidak dapat makan makanan RS hanya
dapat menghabiskan ½ porsi makanan (NI.2.1)
Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung
kondisi pasien.
Intervensi Gizi(Terapi Gizi) Tujuan:
Perencanaan 1. Memenuhi kebutuhan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Memberikan makanan dan minuman
secukupnya agar tidak memberatkan
Implementasi saluran cerna
Pemberian Makanan Syarat Diet Lambung:
Edukasi 1. Mudah dicerna porsi kecil sering
Konseling Gizi 2. Energi dan protein cukup disesuaikan
Koordinasi dengan tenaga kesehatan dengan kemampuan pasien
lain 3. Lemak rendah bertahap dinaikan. Rendah
serat
4. Cairan cukup
5. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan
cair atau sesuai daya terima bubur susu,
bubur saring, biscuit susu,makanan lunak
(oral,enteral/parentral/kombinasi) sesuai
kondisi klinis dan kemampuan
mengkonsumsi
6. Tidak mengandung bumbu2 yang
merangsang (cabe,merica, cuka)

Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada


pasien, keluarga pasien,dan penunggu pasien (care
Giver) menengenai diet lambung

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan


lain yaitu, dengan dokte,r perawat, apoteker dan
tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien
Monitoring dan Evaluasi Tujuan:
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Memberikan makanan dan minuman
secukupnya agar tidak memberankan
saluran cerna
Syarat Diet Lambung:
1. Mudah dicerna porsi kecil sering
2. Energi dan protein cukup
disesuaikan dengan kemampuan
pasien
3. Lemak rendah bertahap dinaikan.
Rendah serat
4. Cairan cukup
5. Bentuk makanan dapat
dikombinasi dengan cair atau
sesuai daya terima bubur susu,
bubur saring, biscuit susu,makanan
lunak
(oral,enteral/parentral/kombinasi)
sesuai kondisi klinis dan
kemampuan mengkonsumsi

Re Asesmen (Kontrol kembali) Control ulang untuk konseling gizi melihat


keberhasilan intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan
diet 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit
Indikator (Target yang akan Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
dicapai/Outcome) Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Indek
Masa Tubuh (IMT) atau lingkar lengan atas,
Sumber Pustaka Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (PERSAGI)

Anda mungkin juga menyukai