Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

DalampraktikumGiziDalamDaurKehidupan2, penulis
menyusundanmengolah menu makananuntukAnakSekolah. Seorang Anaklaki-
lakiusia 7 tahun, tinggibadan 115cm, beratbadan 17 kg, tidak bias
makandalamporsibesar, makanbiasanya 2x seharidenganselingan,
dansukamakananikanlaut. Menu yang penulisbuatadalah menu pagi, menu
selingandan menu malam. Dalampraktikum yang di
laksanakanpenulismengolahsemua menu yang dibuat, kebutuhan energy
anaklaki-lakidalamsehariyaitu 1768,4kkal.
Menu makanpagi yang penulisbuatadalahnasidenganberat 100 gram,
porsiinisesuaidengankebutuhananaksekolah.
Lalupenulismembuatlaukhewanidannabatiyaitutelurceplokdantahukecap,
untukpegolahanyasendirihanyamenggorengtelurdantahulalu di tumisdan di
tambahkankecap, danuntuksayurnyapenulismembuatsayurcapcaydenganporsi
yang seharusnyauntuk orang dewasa, porsi yang tepatuntukanaksekolahadalah
75 gram tetapidisinipenulismemberikanporsisebanyak 105 gram,
danuntukbuahnyasendiripenulismemeberikansemangkadenganporsi 80 gram
danitucukupuntukporsianaksekolah. Untuk menu selinganpenulismembuat
bola-bola kentangdenganposri yang cukupbanyakkarenauntukkasusinianaklaki-
lakitersebuttidakbisamakandalamporsibesar, makadariitupenulismembuat menu
yang mengandungtinggikaloriuntukmenggantikanporsimakannya, danuntuk
menu makanmalamnyadisinipenulismembuatkan menu yaitusendiwichikan
laying asammanis, penulismembuatkan menu sandwich ikan laying
asammanisdikarenakananaklaki-lakitersebuthanyamakan 2 kali dalamsehari,
karenaitudisinipenulismembuat menu yang tinggikaloridan protein
denganmenggantikankarbohidratmenggunakandengan roti,
untukporsinyatermasuktepatkarenabisasekalimakanatau 2 kali makan.
Secara internasional pengelompokkan Anak Sekolah dimulai pada usia
6-12 tahun, sedangkan pengelompokan di Indonesia adalah usia 7-12 tahun
(Rahmawati, 2001). Namun, secara umum anak usia sekolah adalah anak yang
masuk Sekolah Dasar. Anak sekolah dasar dibagi atas dua kelompok yaitu:
kelompok umur 7-9 tahun dan kelompok umur 10-12 tahun (Hardiansyah dan
Tambunan, 2004).
Pada golongan usia sekolah khususnya usia sekolah dasar (SD), sejak
bangun tidur di pagi hari hingga menjelang tidur di malam hari, waktu yang
dimiliki anak lebih banyak dihabiskan di luar rumah baik di sekolah maupun
ditempat bermain. Hal ini mempengaruhi kebiasaan waktu makan mereka yaitu
pada umumnya ketika lapar anak lebih suka jajan (Sihadi, 2004). Anak
membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa memikirkan
bahan-bahan yang terkandung di dalamnya (Judarwanto, 2008).
Secara umum kebiasaan makan adalah tiga kali sehari, yaitu sarapan
pagi, makan siang dan makan malam. Namun demikian anak cenderung
membeli makanan jajanan. Anak usia sekolah membutuhkan asupan makanan
yang bergizi dan sehat, orang tua khususnya ibu harus menyediakan makanan
yang disukai anak sehingga anak mau untuk sarapan pagi sebelum ke sekolah.
Kebiasaan makan pagi sangat bermanfaat sebagai sumber tenaga untuk anak
dalam belajar. Anak sekolah mempunyai banyak aktivitas sehingga sering
melupakan waktu makan.
Anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan sepertiga waktunya
di sekolah. Pada tahap ini, anak mendapat peluang yang lebih banyak untuk
memperoleh makanan, terutama yang diperolehnya di luar rumah sebagai
makanan jajanan. Mereka memiliki kebebasan untuk menggunakan uang jajan
mereka untuk makanan dan minuman sesuai dengan selera mereka sendiri.
Ketersediaan makanan di tempat-tempat umum memungkinkan anak untuk
lebih banyak mengkonsumsi makanan jajanan. Makanan jajanan akan dapat
melengkapi dan menambah kecukupan gizi seseorang apabila makanan jajanan
yang dikonsumsi terjamin kebersihan dan kandungan gizinya. Makanan jajanan
memberikan kontribusi masing-masing sebesar 22,9% dan 15,9% terhadap
keseluruhan asupan energi dan protein anak sekolah dasar. Penelitian lainnya
pada anak sekolah menyebutkan makanan jajanan menyumbang energi 36%,
protein 29%, dan zat besi 52%.
Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi
perhatian masyarakat, khususnya orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah.
Makanan dan jajanan sekolah sangat beresiko terhadap cemaran biologis atau
kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun
jangka panjang (Februhartanty dan Iswaranti, 2004).
Survei oleh BPOM tahun 2004 di sekolah dasar (seluruh Indonesia) dan
sekitar 550 jenis makanan yang diambil untuk sampel pengujian menunjukkan
bahwa 60% jajanan anak sekolah tidak memenuhi standar mutu dan keamanan.
Disebutkan bahwa 56% sampel mengandung rhodamin dan 33% mengandung
boraks. Survei BPOM tahun 2007, sebanyak 4.500 sekolah di Indonesia,
membuktikan bahwa 45% jajanan anak sekolah berbahaya (Suci, 2009).
Anak harus dibiasakan untuk membawa bekal dari rumah. Hal ini
berguna agar anak tidak membeli makanan yang kemungkinan tidak higienis.
Makanan yang dibawa anak dari rumah juga harus mempunyai nilai gizi yang
seimbang agar kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi.
Dari berbagai permasalahan di atas, maka sangat penting untuk
memperhatikan asupan gizi anak sekolah, agar anak mempunyai asupan enegi
dan zat gizi yang cukup untuk aktivitas sehari-hari. Untuk menghindari anak
jajan sembarangan pada saat di sekolah, maka perlu diberikan penanaman pola
pikir yang baik tentang makanan sehat baik dari orang tua, sekolah, masyarakat
maupun oleh sektor kesehatan. Sangat penting memberikan bekal sekolah yang
memenuhi gizi seimbang bagi anak sekolah, selain memberikan tambahan
asupan energi dan zat gizi, bekal yang dibawa oleh anak dapat lebih terjamin
keamanannya dibandingkan makanan yang dijual di sekitar sekolah yang belum
tentu terjamin keamanan dan kebersihannya sehingga dapat menyebabkan anak
sakit seperti terkena diare atau terkena penyakit lain seperti kanker karena
makanan jajanan yang dikonsumsi mengandung BTP yang berlebihan. Anak
sekolah adalah generasi penerus perjuangan bangsa, sehingga pada
pengembangan resep ini, kami membuat bekal yang dapat memenuhi
kebutuhan anak sekolah khususnya untu memberikan asupan sebelum anak
makan siang di rumah.
Pada usia sekolah dasar anak akan mencari jati dirinya dan akan sangat
mudah terpengaruh lingkungan sekitarnya, terutamatemansebaya yang
pengaruhnyasangatkuatsepertianakakanmerubahperilakudankebiasaantemannya
, termasukperubahankebiasaanmakan (Moehyi 1996).

Perananorangtuasangatpentingdalammengaturaktivitasanaknyaseharimis
alnyapolamakan, waktutidur, danaktivitasbermainanak (Moehyi 1996).
Polamakan yang sehatdibutuhkananak-anakuntukmendapatkangizi yang
seimbang. Keseimbangangizi yang didapatmelaluipolamakan yang
sehatakanberpengaruhpositifterhadapkesehatansertatumbuhkembanganak
(Anggaraini, 2003:11).
Padausiasekolahdasaranakakanmencarijatidirinyadanakansangatmudaht
erpengaruhlingkungansekitarnya, terutamatemansebaya yang
pengaruhnyasangatkuatsepertianakakanmerubahperilakudankebiasaantemannya
, termasukperubahankebiasaanmakan(Moehyi 1996).
Perananorangtuasangatpentingdalammengaturaktivitasanaknyaseharimis
alnyapolamakan, waktutidur, danaktivitasbermainanak (Moehyi 1996).
Polamakan yang sehatdibutuhkananak-anakuntukmendapatkangizi yang
seimbang. Keseimbangangizi yang didapatmelaluipolamakan yang
sehatakanberpengaruhpositifterhadapkesehatansertatumbuhkembanganak
(Anggaraini, 2003:11).
Adm. 2011. Chapter II. Diaksesdari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25694/4/Chapter%20II.
pdf (7 Juni 2015)

Anonim a. Hubungan Pengetahuan Keamanan Makanan Porsi Dengan


Perilaku Memilih Makanan Porsi Yang Aman Pada Siswa SMK Negeri
8 Medan. Diakses dari: http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-
Undergraduate-31284-10.%20NIM%20508141044%20BAB%20I.pdf
(6 Juni 2015)

Anonim b. Hubungan Kebiasaan Makan Anak dengan Jenis Makanan Yang


Dibeli Anak di SD Betesda Kabanjahe. Diakses dari:
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-31287-
BAB%20I.pdf(6 Juni 2015)

Anonim c. 2009. Hubungan antara pola makan pagi, status gizi dengan
prestasi belajar siswa sekolah dasar di SD Mejing Patukan, Gamping,
Sleman, Yogyakarta tahun 2009. Diakses dari:
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t12779.pdf (6 Juni 2015)

Binus. 2013. Bab II: LandasanTeoriTelur. Diaksesdari:


http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-01683-
HM%20Bab2001.pdf (7 Juni 2015)

DiahDidi. 2013. TepungPanir. Diaksesdari:


http://www.diahdidi.com/2013/11/tepung-panir.html (8 Juni 2015)

Eka Putra, Andhika. 2009. Gambaran Kebiasaan Jajan Siswa Di SekolahStudi


di Sekolah Dasar Hj. Isriati Semarang. PROGRAM STUDI ILMU
GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG. Diakses dari:
http://eprints.undip.ac.id/24807/1/271_Andhika_Eka_P_G2C005256.pd
f(6 Juni 2015)

IsniUtami. 2009. TinajuanPustakatentangSusu. Diaksesdari:


http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125768-S-5675-Hubungan%20antara-
Literatur.pdf (8 Juni 2015)
Judarwanto, Widodo. 2012. Perilaku Makan Anak Sekolah. Diakses dari:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/perilaku-makan-
anak-sekolah.pdf (6 Juni 2015)

Koswara. 2009. TeknologiPengolahanTelur (TeoridanPraktek).


eBookPangan.com (8 Juni 2015)

Lasalutu, DL. 2014. Tinjauan Pustaka Wortel. Diakses dari:


http://eprints.ung.ac.id/3355/8/2012-1-1002-612308011-bab2-
13082012032222.pdf (7 Juni 2015)

Putri, LD. 2012. BAB II Tinjauan Pustaka. Diakses dari:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31241/4/Chapter%20II.
pdf(6 Juni 2015)

Raja. 2011. Chapter II: TinjauanPustakaDagingAyam. Diaksesdari:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26808/4/Chapter%20II.
pdf (7 Juni 2015)

Septiarini, Chitra. 2008. Pengembangan Metode Literatur. Universitas


Indonesia. Diakses dari: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123382-S-
5353-Pengembangan%20metode-Literatur.pdf (6 Juni 2015)

Sri, H. 2012. Pola Makan Siswa Kelas IV, V dan VI Sekolah Dasar Negeri
Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013. Diakses
dari:http://eprints.uny.ac.id/9384/2/BAB%201%20-
%2010604227400.pdf(6 Juni 2015)

Testi, K.F. 2011.


KajianPenambahanEkstrakdanTepungWortelterhadapKarakteristikFisi
k, Kimia, danSensorisEsKrim. UniversitasSebelasMaret, Surakarta.
Diaksesdari: http://core.ac.uk/download/pdf/12347994.pdf (3 Juni 2015)

Anda mungkin juga menyukai