Anda di halaman 1dari 23

PEMBENTUKAN HUKUM ISLAM

PADA ZAMAN NABI MUHAMMAD SAW DAN KHULAFAUR RASYIDIN

Pengarah :

Prof. Dr.Dra.Hj.Istibsyaroh, BA., SH., MA

Oleh:

Asman

MAGISTER DIRASAH ISLAMIYAH


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 3
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 4

BAB II PEMBENTUKAN HUKUM ISLAM PADA MASA NABI DAN


KHULAFAUR RASYIDIN ............................................................ 5
1. Pembentukan Hukum Islam Pada Masa Nabi ... ........................ 5
1. Karakteristik Bangsa Arab Sebelum Islam… ......................... 8
2. Pembentukkan Hukum Islam Periode Mekkah… .................. 10
3. Pembentukam Hukum Islam Periode Madinah. ..................... 11
4. Dalil Hukum Islam ................................................................ 14
5. Ijtihad Nabi Muhammad ........................................................ 15
2. Pembentukan Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin ..... 15
1. Faktor-Faktor Mempengaruhi Perkembangan Hukum Islam
Khulafaur Rasyidin ................................................................. 15
2. Sumber Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin ......... 17
3. Kedudukan Ijithad Pada Masa Khulafaur Rasyidin................ 18
4. Ruang Ijtihad Pada Masa Kahulafaur Rasyidin ...................... 19

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 21


A. Kesimpulan.................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 22

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nabi Muhammad SAW\ diutus oleh Allah SWT melalui kerisalahan

Nubuwahnya, dengan membawa Syariat Islam yang mencakup semua

aspek kehidupan, baik yang bersifat Akidah, amaliyah Ibadah, Muamalat serta

hubungan antara kemanusiaan.

Tetapi, kemunculan Nabi Muhammad SAW pada awalnya, dalam

membawa Syariat Islam, tidak langsung semerta-merta membawa syariat

secara global, yang sudah mencakup segala aspek kehidupan, melainkan

nabi memulainya dengan merespon apa yang dibutuhkan oleh masyarakat

pada zaman tersebut .

Sehingga Hukum Islam pada mulanya mengalamai sebuah

perkembangan dalam pembentukanya, hal tersebut terjadi karena hukum

Islam, hanya bersifat merespon kebutuhan masyarakat Islam pada masanya

saja, sehingga dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sering kali dijumpai

sebuah permasalahan baru, yang di sana membutuhkan sebuah pemecahan

permasalahan dan solusi, oleh hukum Islam itu sendiri yang notabenya

merupakan sebuah aturan yang menjadi solusi atas problematika ummat .

Begitu juga pada masa setelah nabi Muhammad SAW, yakni pada

masa Khulafaur Rasyidin, perkembanagan pembentukan hukum Islam juga

mengalamai perkembangan yang sangat komplek, hal tersebut tidak lain

dilatarbelakangi oleh peramasalahan baru, yang muncul di tengah

3
masyarakat yang membutuhkan sebuah jawaban baru, sehingga hukum

Islam merespon hal tersebut melalui masanya.

Untuk memahami hal tersebut secara komperhensif, pada makalah ini

nantinya penulis akan mensajikan tema penulisan yang berjudul

“Pembentukan Hukum Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW Dan Pada

Masa Khulafaur Rasyidin” sehingga pemahaman sejarah, serta proses

pembentukan hukum Islam, pada kedua masa tersebut akan secara detail

dan jelas dapat di ketahui.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pembentukan hukum Islam pada masa Nabi Muhammad

SAW ?

2. Bagaimana pembentukan hukum Islam pada masa khulafaur Rasyidin ?

3. Apa perbedaan antara kedua masa di atas, dalam hal pembentukan

hukum Islam, serta bagaimana analisisnya?

C. Tujuan

1. Mengetahui Sejarah pembentukan hukum Islam pada masa nabi

Muhammad SAW.

2. Mengetahui perkembangan dan pembentukan hukum Islam pada masa

Khulafaur Rasyidin.

3. Mengatahui perbedaan, serta analisis perkembangan pembentukan

hukum Islam antara masa Nabi Muhammad SAW dan khulafaur

Rasyidin.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembentukan Hukum Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW

1. Karakteristik Bangsa Arab Sebelum Islam

Sebelum datangnya Islam di tengah-tengah masyarakat Bangsa

Arab, jauh sebelum itu bangsa Arab sendiri sudah memiliki sebuah sistem

perekenomian yang sangat handal dan professional, sehingga bangsa Arab

mudah melakukan ekspansi ke luar wilayah Arab melalui sistem

perekonomian yang professional tersbut. Hal tersebut juga didukung oleh

letak bangsa Arab yang strategis, meski sejarah mencatat tidak secara

komperhensif, terhadap karakteristik bangsa Arab sebelum datangnya Islam,1

tetapi ada beberapa ciri-ciri tatanan masyarakat bangsa Arab pada zaman

dahulu, adalah sebagai berikut :2

a) Menganut paham kesukuan

b) Memiliki tata sosial politik yang tertutup dengan pastisipasi warga

yang terbatas, faktor keturunan lebih utama daripada kemampuan.

c) Mengenal hirearki sosial yang kuat

d) Kedudukan perempuan cenderung direndahkan

Dengan melihat ciri-ciri di atas, Bangsa Arab sebelum kedatangan

Agama Islam, telah lebih dulu mengenal norma-norma sosial yang mereka buat

1
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2000),19.
2
Nurcholis Majid, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna Dan Relevansi Doktrin
Dan Peradabandalam Sejarah (Jakarta:Paramadina, 1995), 28.

5
sendiri atas dasar sebuah kesepakatan di antara ketua suku dan anggotanya,

kesepakatan tersebut berfungsi sebagai hakim dalam menyelesaikan problem yang

terjadi di kalangan internal suku bangsa Arab tersebut. Namun demikian norma

tersebut belum secara legal mengikat kepada semua suku, sehinggga terkadang

belum mampu menyelesaikan sebuah pertikaian yang terjadi.

Problem tersebut terjadi, karena norma yang diakui oleh sebagain suku

yang lainya, terkadang tidak bisa digunakan untuk suku yang satunya dan

seterusnya, sehingga norma tersebut hanya bersifat eklusif, yang hanya bisa

dijadikan hakim dan solusi pada permasalahan serta suku tertentu saja.3

Meskipun pada umumnya bangsa Arab melakukan penyimpangan

dalam hal syariat, tetapi sebagaian kecil masyarakat bangsa Arab juga masih

mempertahankan prinsip monoteism yang diajarkn oleh Nabi Ibrahim a.s.

kelompok ini dikenal dengan sebutan Hunafa, diantaranya adalah ‘Umar Ibn

Nufail Ibn Abi Salamah.4

Dilihat dari sumber hukum yang digunakan oleh bangsa Arab sebelum

datangya Islam, bersumber pada adat istiadat dalam bidang muamalah,

contohnya adalah diperbolehkanya melakuakn praktek riba, transaksi mubadalah

(barter), kerjasama pertanian (muzara’ah), sertas diperbolehkanya jual beli yang

bersifat spekulatif (ba’i al munabadzoh).

3
Syekh Muhammad Ali Sayyis, Pertumbuhan dan perkembangan Fiqh Hasil Refleksi
Ijtihad (Jakarta:PT raja Garafindio Studio, 1995),28.
4
Jaih Mubarok, Sejarah dan …, 20.

6
Di antara hukum keluarga pada zaman pra Islam, adalah dibolehkanya

berpoligami dengan perempuan manapun dengan tanpa batas jumlahnya, serta

anak yang masih kecil tidak mendapatkan harta warisan.

Kecenderungan bangsa Arab pada masa pra Islam merendahkan

perempuan, setidaknya dapat dilihat dari dua aspek yaitu : pertama, perempuan

dapat diwarisakan, sehingga ibu tiri dapat dinikahi oleh anak tirinya ketika sang

bapak meninggal dunia, posisi ibu tiri dalam bangsa Arab pra Islam tidak memiliki

sebuah hak pilih untuk menerima ataupun menolak. Kedua, perempuan tidak

medapatkan harta warisan.5

Ketika Islam datang, Islam mencoba menawarkan prinsip-prinsip yang

baik, yang mana prinnsip tersebut mampu memberikan solusi atas problem

sosial kegamaan yang dihadapai oleh bangsa Arab Pra Islam. Diantaranya adalah

prinsip Islam yang di bawah memiliki visi untuk menyamakan hirearki semua

golongan sosial, sehingga tidak membeda-bedakan antara golongan yang kaya dan

miskin, antara laki-laki dan perempuan, semua di mata Islam memliki porsi dan

hak yang sama.

Perlu menjadi catatan, bahwa Islam datang berdakwah kepada bangsa

Arab, tidak semerta-merta begitu saja dengan menghapus semua adat istiadat

bangsa Arab. melainkan Islam Melakukan sebuah filter atas adat dan istiadat,

apakah adat tersebut buruk atau tidak, sehingga jika ada kebiasaan yang

menyimpang, kemudian Islam datang dengan menawarkan konsep yang benar.

Sebagaimana contonhya Islam menawarkan konsep perkawinan sebegai solusi

5
Ibid., …21-22

7
atas perzinaan, Islam menawarkan sebuah konsep perceraian yang baik dan santun,

sehingga jumlahnya dibatasi tiga kali, sebelumnya tidak terbatas, Islam juga

menawarkan poligami juga diberikan batasan.

2. Pembentukan Hukum Islam Periode Mekkah

Islam datang kedalam bangsa Arab, mempunyai misi untuk

mebenahi aturan atau adat-istiadat yang sudah mengakar sejak puluhan tahun

yang lalu, yang dianggap belum baik oleh Islam. Pada periode Mekkah ini,

Nabi Muhammad SAW berdakwah selama 13 tahun.

Periode mekkah bisa dikatakan periode awal Islam datang, sehingga

jika kita telusuri catatan sejarah tentang masa ini, Islam pada awalnya

mempunyai misi untuk meluruskan akidah, menetapkan keimanan, sehingga

pada masa ini bisa disebut juga dengan masa “Revolusi Akidah”. Sehingga

ayat-ayat Al-Qur’an pada masa ini yang turun juga cenderung lebih kepada

penanaman Akidah,6 misalakan yang tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-

An’am ayat 145 :

‫ل دجأ ف ام حوأ ل امرم عل معاط ۥهمعطي لَإ نأ نوكي‬


‫لق‬
‫ةتيم وأ امد احوفسم وأ مل رينزخ ۥهنإف سجر وأ اقسف لهأ يَغل‬
١٤٥ ‫نمف رطضٱ يَغ غاب لَو دع نإف كبر روفغ ميحر‬
‫لّلۦهب‬

Artinya: Katakanlah: "Tiadalah Aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan


kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak

8
6
Sirry Mun’im A, Sejarah Fiqh Islam: Sebuah Pengantar (Surabaya:RIsalah Gusti,1995),
22.

9
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
mengalir atau daging babi - Karena Sesungguhnya semua itu kotor -
atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. barangsiapa yang
dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha
Pengampun lagi Maha penyayang".
Lebih jelasanya uraian tentang pembentukan Hukum Islam pada

masa nabi adalah sebagai berikut :7

a) Penanaman akidah

b) Kebenaran kandungan Al-Qur’an

c) Penguatan terhadap kenabian dan kerasulan Muhammad SAW

d) Janji atas keimanan serta ancaman bagi yang ingkar

e) Pembinaan Ahlak

f) Pembenahan dan pemilahan adat istiadat

g) Penjelasan hakikat manusia, mulai dari kandungan hingga kematian

h) Pengungkapkan konsep duniawi.

Dengan adanya penekanan akidah pada masa awal Islam datang, hal

ini memeliki sosial efek, sehingga banyak dari kalangan bangsa Arab yang

secara langsung mencintai dan mengagumi Islam, meskipun banyak

masyarakat disekelilingya yang menghalangi untuk menerimanya.

Jika kita cermati pada awal berdakwah nabi Muhammad SAW,

menggunkana metode defensif (bertahan), sehingga beliau tidak pernah

merespon secara langsung, apapun yang dilakukan kaum kafir terhadapnya,

hasil dari strategi yang digunakan oleh Nabi Muhmmad SAW pada waktu itu

berjalan sesuai dengan rencana awal, meski banyak sekali hambatan


7
Bambang Subandi dkk, Studi Hukum Islam (Surabaya:IAIN Press 2011), 96-98.

10
sehingga karakteristik dari pengikut pada periode Mekkah mempunyai

militansi terhadap Islam secara total. Karena yang disentuh adalah masalah

Akidah, sehingga dalam tempo waktu 13 tahun nabi Muhamamd SAW, mampu

mencetak pilar-pilar Islam yang berkeadaban.8

3. Pembentukan Hukum Islam Periode Madinah

Pada periode Mekkah karakteristik masyarkat tidaklah sama dengan

periode Madinah, melainkan masyarakat Madinah sebelum datangnya

Rasulullah SAW sudah tercerahkan dengan syariat Islam yang dibawah oleh

Mushab Bin ‘Umair r.a. persatauan kaum Muhajirin dan kaum Ansor

menjadi modal utama dalam menerapkan Hukum Islam di masa periode

Madinah .

Oleh karenanya pada periode ini bukan lagi penamamn akidah yang

dijadikan misi utama oleh nabi, melainkan nabi mempunyai tujuan

membentuk masyarakat yang madani dan berkeadaban, sehingga banyak ayat

Al-Qur’an yang turun pada masa ini, kebanyakan berbicara dengan soasial

kemasyarakatan dan tata cara ibadah, lebih jelasnya adalah sebagai berikut :9

a) Perwujudan keimanan dalam interaksi sosial

b) Perintah ketaatan kepada nabi

c) Petunjuk fungsi Al-Qur’an

d) Pemberlakuan hukum keluarga

8
Ibid.,… 99
9
Ibid.,

11
e) Penetapan etika sosial, pemberlakuan hukum-hukum peperanagan,

diplomasi pemerintahakan dan hukum acara pidana.

f) Penetapan pendistribusian dan sumber keuangan

Karakterisitik peridoe madinah yang berlangsung selama 10 tahun

ini nabi lebih fokus memberikan konsep kelembagaan pada masyarakat

Madinah, karena memang secara siosiologi masyarakat Madinah sudah

mempuunyai sebuah sistem kenegaraan dan sosial masyarakat yang sudah

tercerahakan, selain itu nabi juga mempunyai sebuah metode dakwah yang

patut dan santun yakni antara ucapan dan tindakan menyatu, sehingga banyak

yang mengikuti ajarn nabi.

4. Dalil Hukum Islam Pada Masa Rasulullah SAW

a) Al-Qur’an

Dalam menyelesaiakan suatu permsalahan Nabi Muhammad SAW,

berpedoman kepada wahyu Allah SWT yang diturunkan kepadanya.

Sehingga para sahabat juga mengikuti apa yang dipraktekakn oleh nabi.

mengenai jumlah ayat hukum yang tercantum di dalam Al-Qur’an terjadi

Ikhtilaf, tetapi menurut penelitian Abdul Wahab Khallaf terdiri dari 368 ayat,

rincianya sebagia berikut :

No Bidang Jumlah ayat

1 Ibadah 140

2 Hukum kelaurga 70

3 Muamalah 70

4 Criminal 30

12
Peradilan 13
6
Hubungan kaya dan miskin 10
7
Kenegaraan 10
8
Hubungan island an Non islam 25

Jumlah 368

Nabi Muhammad SAW melakukan penerapan hukum Islam, yang

utama bersumber dan berpijak pada Al-Qur’an, sehingga Al-Qur’an juga

memiliki sifat “Akomodatif” terhadap hukum atau adat istiadat bangsa

Arab pra Islam di dalam Al-Qur’an, diantaranya adalah permasalahan

sebagai berikut :10

1) Konsep poligami

2) Syarat-Syarat Penerimaan Harta Pusaka

3) Sanksi Potongan tangan

b) Al-Sunnah

Selain Al-Qur’an, pada zaman Rasulullah SAW yang dibuat sebagai

sumber hukum adalah Al-Sunnah, pengertian Al-Sunnah mencakup, tiga

aspek yaitu perkataan, perbuatan dan penetapan Nabi Muhammad SAW,

hal tersebut sesuai dengan pengertian Al-Sunnah yang dikemukaan oleh

ulama Era klasik bahwa Al-Sunnah adalah segalas sesuatu yang disandarkan

kepada nabi, baik berupa perkataan, perbuatan atau

penetapan.11

10
Jaih Mubarok, Sejarah dan …, 25-28.
11
Ibid., … 28.

13
Sesuai dengan Al-Qur’an, begitu juga bahwa Al-Sunnah juga hadir

dalam masyrakat Bangsa Arab tidak langsung secara global, melainkan

merespon sebuah permasalahan yang ada sehingga bersifat tahapan secara

periodik, sehingga jika kita cermati bahwa Al-Sunnah memiliki tujuan untuk

merinci, menerangkan, membatasi dan manfsirkan al-Qur’an.

Antara Al-Qur’an dengan Al-Sunnah memiliki satu kesatuan yang

sangat erat dan tidak bisa untuk di pisahkan, karena sumber baik Al-

Qur’an maupun Al-Sunnah memiliki sumber yang sama,12 sedangkan yang

membedakan yaitu Al-Sunnah wahyu yang diturunkan oleh Allah secara

makna, sedangkan Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW baik makna maupun lafalnya secara langsung. 13

Ada sebuah pernyataan yang dikemukaan oleh Ibnu Rochman dalam

bukunya “ Hukum Islam Prepektif Filsafat”, tetapi penulis kurang setuju

degan pernyataan tersebut, menyatakan sebagai berikut :

“Hukum yang ditetapkan pada periode nabi Muhammad adalah hukum


dalam arti syari’at, yang berlaku abadi dan bersifat universal, tidak
mungkin berubah dan tidak boleh diubah oleh siapapun, baik dari segi
materi, prinsip-prinsip maupun dari segi tujuanya untuk kebhagaiaan hidup
ummat manusia di dunia dan akhirat. “14

Penulis tidak setuju dengan pernyataan tersebut, memang penulis

akui bahwa hukum atau apapun yang ditetapkan pada periode Nabi

Muhammad SAW saya yakini sesuai dengan masanya dan sudah melalui

proses panjang, sehingga dengan permasalahan dan letak geografis yang

12
M.Ibnu Rochman, Hukum Islam dalam Prespektif Filsafat (Yogyakarta:Philosopy Pres,
2001), 44.
13
Wahbah Zuhaili, Al-Qur’an: Paradigm Hukum Dan Peradaban, Terjemahan
Muhammad Luqman (tt.1966) 55-56.
14
M.Ibnu Rochman, Hukum Islam dalam…, 45.

14
berbeda pula dengan awal penetapan hukum, penulis berpendapatbahwa

hal tersebut memungkinkan untuk merubah sebuah hukum atas nama

kemasalahatan, sedangkan di dalam Usul Fiqh juga disebutkan bahwa :

“Berlaku tidaknya hokum tergantung dari ada atau tidaknya illat (sebab)
diberlakukannya hukum itu berlaku bersama illat (sebab) nya.”

Dari kadiha fiqh diatas secara tidak langsung mengisyaratkan keapda kita

bahwa hukum ternyata mengikuti ruang waktu serta kondisi dan letak

geografis. Sehingga hukum bersifat fleksibel dan bisa berubah-ubah sesuai

dengan kebutuhan.

Untuk menguatkan pendapat penulis, di dalam Fiqh Minoritas disana

dijelaskan diperbolehkan mewarisi harta orang non Muslim, padahal hadits

sahih melarang untuk mewarisi harta dari orang non Muslim, tetapi kerana

nilai kemasalahatan lebih banyak, maka hal tersebut diperbolehkan.15

5. Ijtihad Nabi Muhammad SAW

Pertanyaan yang muncul, apakah memang Nabi Muhammad SAW

pernah melakukan Ijtihad? Jawabanya, Ternyata Nabi Muhammad SAW,

melakukan ijtihad dibidang kemasalahatan ummat ataupun syaria’at . hal ini

dilakukan oleh nabi karena pada waktu itu menunggu wahyu yang datang

namun belum datang juga, sedangkan permasalahan membutuhkan sebuah

solusi yang bersifat segera, sehingga nabi memutuskan untuk melakukan ijtihad

secara pribadi.

Contoh ijtihad nabi Muhammad SAW, adalah penempatan pasukan

peranng badar, hal ini contoh ijtihad dalam hal kemaslahatan, sedangkan

15
Ahmad Imam Mawardi, Fiqh al-Aqallliyat dan EvolusiMaqasid Syariah dari konsep ke
pendekatan (Yogyakarta:LKIS Printing Cemerlang, 2012), 168.

15
contoh dalam hal syariat adalah pemberlakukan terhadap tawanana perang

badar, Karena memang pada waktu itu belum ada ayat Al-Qur’an yang

menerangkan bagaimana cara memberlakukan tawanan perang.

Pada saaat ada tawanan perang, dari perang badar nabi meminta

pendapat Abu Bakar dan Umar Bin khatab. U’mar mengatakan bahwasanya

tawanan perang harus di bunuh, sedangkan Abu Bakar berpendapat jangan

dibunuh tetapi dilepaskan, tetapi menggunkan syarat membayar fidyah,

kemudian Rasulullah SAW memilih pendapatnya Abu Bakar . Tetapi apa

yang terjadi, kemudian barulah turun Al-Qur’an surah Al-Anfal ayat ke 67 yang

menerangkan bagaiman tata cara meperlakukan tawanan perang, ayat tersebut

menghapus ijtihad Rasulullah SAW.16

B. Pembentukan Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin

1. Faktor-Faktor Mempengaruhi Perkembangan Hukum Islam Khulafaur


Rasyidin

Periode pembentukan Hukum pada masa Khulafaru Rasyidin adalah

periode kedua, dalam sejarah perkembangan Hukum Islam, periode ini bermula

sejak wafatnya nabi Muhammad SAW, atau sekitar pada abad ke 11

Hijriyah sampai Abad ke 41 Hijriyah. Pada periode ini, Islam sangatlah

gemilang karena, pada saat itu sahabat-sahabat nabi yang terkemuka yang

sudah lama bergelut bersama Nabi.17

16
Sirry Mun’im A, Sejarah Fiqh Islam…, 29.
17
Sirry Mun’im A, Sejarah Fiqh Islam…, 33.

15
Periode kedua ini, para sahabat Nabi dihadapkan pada permasalahan,

yang berbeda dengan periode Nabi Muhammad SAW, permasalahan tersebut

adalah sebagai berikut:18

a) Sahabat Nabi Khawatir Al-Qur’an akan hilang di di dalam masyarakat

muslim, karena banyaknya sahabat penghafal Al-Qur’an yang meninggal

dunia pada saat perang.

b) Sahabat khawatir akan terjadi Khilaf terhadap Al-Qur’an.

c) Sahabat Khawatir akan terjadi pembohongan terhadap Sunnah Rasululah

SAW.

d) Sahabat khawatir akan terjadi penyimpangan syariat

e) Sahabat mengahadapi pekembangan zaman dan juga harus dibarengi

perkembanga hukum Islam .

Dengan adanya permasalahan dan kekhawatiran oleh para sahabat

seperti di atas ahirnya atas usul ‘Umar, sahabat mengumpulkan Al-Qur’an

berdasarkan bahan-bahan yang ada, baik melalaui catatan atau penghafal

yang masih hidup. Selain permasalahan Al-Qur’an, pada periode ini sahabat

juga ada permasalahan terhadap sunnah Nabi yang terjadi, permasalahan

tersebut bisa dilihat dari dua sisi yaitu, pertama dari sisi kaum muslim sendiri

yaitu terjadi ikhtilaf mengenai perubahan dan kesalahan dalam hal

periwayatan hadits, hal tersebut tanpa diniati untuk melakukanya. Kedua

muncul dari para kaum munafik yang sengaja melakukan pendustaan dan

pemalsuan terhadap sunnah Rasululah SAW.19

18
Jaih Mubarok, Sejarah dan …, 37-38.
19
Ibid.,…38-39.

16
Penulsian hadits pada periode ini dicegah oleh para sashabat dengan

alasan takut bercampurnya antara hadits dan Al-Qur’an, meskipun di larang

tetapi ada beberapa sahabat yang tetap menulis hadith diantaranya adalah

Jabir.

Posisi khulafaur Rasyidin pada saat itu sebagai pemimpin yang

mengantikan posisi nabi, secara otomatis para Khulafaur Rasyidin dihadapkan

dengan permasalahan ummat yang baru, sehingga mengharuskan seorang

Khulafaur Rasyidin harus mempunyai sebuah prinsip dalam pengambilan

hukum, diantaranya adalah Abu Bakar dan

‘Umar, memiliki prinsip dalam mengambil hukum adalah sebagai berikut:20

a) Mencari ketentuan hukum dalam Al-Qur’an

b) Kemudian mencarinya pada Al-Sunnah

c) Kemudian Bertanya kepada Sahabat mengenai permasalahan yang ada,

apakah sudah pernah diputuskan atau belum

d) Jika tidak dijumpai, Abu Bakar mengumpulkan Ulama’ seluruh

negaranya untuk bermusayarah untuk memperoleh solusi

2. Sumber-Sumber Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Sumber hukum Islam pada masa sahabat Nabi atau pada masa

Khulafaur Rasyidin adalah Al-Qur’an, Al-Sunnah, dan Ijtihad baik secara

Individu atau kolektiif, tetapi kebanyakan pada periode ini sahabat nabi dalam

memutuskan sebuah permasalahan yang belum diputusakam oleh nabi,

biasanya berkumpul secara kolektif, dengan demikian kehati-hatian

20
Ibid.

17
dalam memutuskan hukum pada zaman sahabat sangat terlihat, karena dengan

Ijtihad kolektif bisa bertukar pendapat, karena setelah nabi meninggal

banyak terjadi permaslahan tentang periwayatan hadits dan hukum Islam

yang terjadi Ikhtilaf.21

3. Kedudukan Ijithad Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Selain Al-Qur’an dan juga Al-Sunnah, Sahabat mulai membuat sebuah

rujukan baru yakni ijtihad, hal tersebut dilatarbelakangi karena adanya

perluasan wilayah Islam ke luar daerah Islam, sehingga memunculkan

sebuah tatanan hukum dan aturan serta problem sosial keagamaan baru, yang

belum ditetapkan sebelumnya, sehingga pada posisi ini Sahabat memulai

menggunakan ijtihadnya dalam menyelesaikan permaslaahan tersebut.22

Jika kita cermati ternyata pada zaman Sahabat nabi, Ijtihad bukan

hanya untuk mencari solusi atas permasalahan yang baru muncul, melainkan

ijtihad para sahabat juga digunakan untuk memahami nash yang ada di

dalam Al-Qur’an, dengan adanya Ijtihad ruang Ikhtilaf terjadi di antara

sahabat, tetapi hal tersebut mampu diminimalisir dengan adanya ijtihad

kolektif yang bisa disebut dengan Ijma’.

Kebebasan berpendapat pada masa sahabat nabi sering tejadi, hal

tersbut murni atas nama kemaslahatan umum, tanpa adanya kepentingan

21
Ibid.,..4`1
22
Sirry Mun’im A, Sejarah Fiqh Islam…, 38.

18
pribadi atau kelompok, sehingga ijtihad yang dihasilakn oleh para sahabat

dapat memberikan sebuah pencerahan terhadap ummat .

Contoh hasil ijtihad pada masa sahabat adalah tentang pembagian

harta rampasan perang (Ghanimah) sesuai dengan Al-Qur’an, bahwa harta

Ghanimah harus dibagikan kepada prajurit perang sebanyak 1/5 dari total

harta tersebut, tetapi pada zaman Umar Bin Khatab harta tersebut tidak

dibagikan, melainkan dimasukkan ke dalam kas negara semuanya, Umar

beralasan bahwasanya nanti dengan adanya perluasan wilyah ke tanah

perang tersebut, akan memerlukan sebuah biaya adminitrasi serta

pembiayaan bagi pegawai, sehingga harta tersebut tidak dibagikan.23

4. Ruang Ijtihad Pada Masa Kahulafaur Rasyidin

Dari contoh kasus hasil ijtihad pada masa Khulafaur Rasyidin ,

seperti di atas, bisa disimpulkan bahwa Ijtihad pada masa Khulafaur

Rasyidin memiliki ruang lingkup yang sangat luas, dan para sahabat tidak

menyikapi hukum Islam secara ideal yang terlepas dari kontektual,

melainkan para sahabat nabi juga melihat dari segi dimensi sosial dan nilai

kemaslahatan yang didapatkan dari suatu hukum tersebut. 24

Misalkan interpretasi dari sahabat Utsman terhadap Nash yang

menggunakan dalil suatu hukum melihat illat hukumnya, hal ini memberikan

pelajaran bahwa pada zaman sahabat nabi sangat berhati-hati dala menyikapi

sebua permasalahan hukum . Contoh permasalahanya adalah

23
Sirry Mun’im A, Sejarah Fiqh Islam…, 40-41.
24
Ibid., 38

19
pada zaman Utsman bin Affan Unta-Unta dibiarkan bebas berkeliaran, Karena

pada saat itu sang khalifah Utsman beralasan bahwa masa itu tergolong aman

bagi Unta-Unta untuk berkeliaran dan dijamin kembali

kepada pemiliknya.25

25
Ibdi., 44

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembentukan Hukum Islam pada masa nabi Muhammad SAW, dapat

dibedakan menjadi dua fase periode, yaitu periode pertama terjadi di

Mekkah selama 13 tahun, karakteristik pembentukan hukum di Mekkah

adalah revolusi akidah bagi ummat, kedua adalah fase pembentukan

kelembagaan di dalam masyarakat muslim, serta adanya penerapan syariat

Islam, yang terjadi pada periode madinah. Sumber hukum adalah Al-

Qur’an dan Al-Sunnah, nabi juga pada masanya melakukan sebuah Ijtihad

untuk menjadi solusi sementara atas masalah yang terjadi karena

menunggu ayat Al-Qur’an turun.

2. Pembentukan Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin mengalami

sebuh kemajuan dibidang Hukum Islam, hal tersebut terjadi karena pada

masa ini, Khulafaur Rasyidin banyak melakukan Ijtihad terhadap

permasalahan baru yang jawabanya belum di tetapkan oleh nabi, Ijtihad

tersebut bisa berbentuk individu atau kolektif. Sehingga pada masa ini

sumber Hukum Islam tidak hanya Al-Qur’an dan Al-Sunnah tetapi juga

Ijtihad.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ali Sayyis, Syekh Muhammad, Pertumbuhan dan perkembangan Fiqh

Hasil Refleksi Ijtihad, Jakarta : PT Raja Garafindio Studio, 1995.

Bambang, Suband dkk, Studi Hukum Islam, Surabaya: IAIN Press 2011.

Imam Mawardi, Ahmad, Fiqh al-Aqallliyat dan EvolusiMaqasid Syariah

dari konsep ke pendekatan, Yogyakarta: LKIS Printing Cemerlang,

2012.

Majid, Nurcholis, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna Dan

Relevansi Doktrin Dan Peradabandalam Sejarah, Jakarta: Paramadina,

1995.

Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2000.

Mun’im A, Sirry, Sejarah Fiqh Islam: Sebuah Pengantar, Surabaya:

Risalah Gusti, 1995.

Rochman, M.Ibnu, Hukum Islam dalam Prespektif Filsafat Yogyakarta:

Philosopy Pres, 2001.

Zuhaili, Wahbah, Al-Qur’an: Paradigm Hukum Dan Peradaban,

Terjemahan Muhammad Luqman , tt.1966.

22

Anda mungkin juga menyukai