Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kelengkapan Tugas Profesi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran UGM Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Disusun oleh:
Afiif Ahmidati
07/254307/KU/12441
A. PENDAHULUAN
Kanker rektum adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika.
Diperkirakan 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosa di Amerika setiap
tahunnya. Kanker kolon menyerang individu 2 kali lebih besar dari pada kanker rektal.
Insidensinya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia
lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga yang
mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis, atau polip. Insidensi kanker
pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidensi pada kanker kolon
asenden dan desenden meningkat.
Penyebab nyata dari kanker rektum tidak diketahui, tetapi faktor riwayat kanker
kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diit tinggi
lemak, protein dan daging serta rendah serat.
B. PATOFISIOLOGI
Kanker rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya, Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar ke bagian tubun yang lain (paling sering ke hati).
Mitosis dipercepat
Transformasi kanker
PK : perdarahan
PK: anemia
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis kanker rekti dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, colok dubur dan
rekto sigmoidoskopi
F. KOMPLIKASI
Obstrusi usus partial atau lengkap
Hemorhargi karena pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh
darah sekitar kolon
Perforasi dan dapat mengakibatkan pembentukan abses
Peritonotis dan/atau sepsis dapat menimbulkan syok.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindakan bedah, dengan tujuan
utamanya memperlancar saluran cerna. Kemotrapi dan raiasi bersifat paliatif dan tidak
memberikan manfaat kuratif.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah :
o Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada
sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik).
o Reseksi abdominoperineal dengan kolostoti sigmoid permanene (pengangkatan
tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal )
o Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosisi lanjut dari kolostomi. (memungkinkan dekompresi usus awal dan
persiapan usus sebelum resekai )
o Kolostomi permanen (unuk menyembuhkan lesi obstrusi yang tidak dapat
direseksi)
KOLOSTOMI
A. Pengertian
Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen
untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhizen, 1991)
Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut
untuk mengeluarkan feses (Randy,1987)
Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka untuk
mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce,1993)
B. Jenis-jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan berbagai indikasi dan tujuan tertentu, sehingga
jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat
dibuat secara permanen maupun sementara
1. Kolostomi permenen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,
perlengketan atau pengangkatan kolon sigmoid atau rektum sehingga tidak
memungkinkan feses keluar melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa
kolostomi single barel (dengan satu ujung lubang)
2. Kolostomi temporer/sementara
Pembuatan kolostomi biasanay untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti
semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer inimenpunyai dua ujung
lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan
yang disebut STOMA. Pada minggu pertama pot kolostomi biasanya masih terjasi
pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparatomi
(pembukaan diding abdomen). Luka laparatomi sangat beresiko mengalami infeksi
karena letaknya bersebelahan denga lubang stoma yang kemunglinan banyak
mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka.
Kantong/bag harus segera diganti dengankantong yang baru jika telah terisi feses
atau jika kantong bocor dan feses cair mengotori abdomen. Juga harus dipertahankan
kulit di sekitar stoma tetap kering, penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada
kulit dan untuk kenyamanan pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zalf/salep atau segera
konsultsikan pada dokter ahli. Pada pasien yang alergi mungli perlu dipikirkan untu
modifikasi kantong agar kulit tidak teriritasi.
C. Komplikasi Kolostomi
1. Obtruksi/penyumbatan
Penyumbatn dapat disebabakan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan,
pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan
kolostomi permanen tindakan irigasi perlu diajarkan agar pasien dapat
melakukannya sensiri di rumah.
2. Infeksi
3. Retraksi stoma/mengkerut
Stoma menglami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan
juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk di sekitar stoma yang mengalami
pengkerutan.
4. Prolap pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karen fiksasi struktur penyokong
stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.
5. Perdarahan.
PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
- Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya gatal, rasa terbakar, dan nyeri
beserta karakteristiknya.
- Apakah ini terjadi selama defekasi?
- Berapa lama ini berakhir?
- Adakah nyeri abdomen yang dihubungkan dengan hal itu?
- Apakah terjadi perdarahan pada rectum?
- Seberapa banyak?
- Seberapa sering?
- Apakah warnanya?
- Adakah rabas lain seperti pus, mukus?
- Bagaimana pola eliminasi dan penggunaan laksatif?
- Bagaimana riwayat diet, termasuk masukan serat?
- Jumlah latihan, tingkat aktifitas dan pekerjaan (khususnya bila mengharuskan
duduk dan berdiri lama)?
Pengkajian objektif mencakup: menginfeksi feses akan adanya darah atau mucus,
area perianal akan adanya Ca Rekti, hemorhoid, fisura iritasi atau pus.
Pemeriksaan fisik:
- Inspeksi:
- Palpasi: Pada RT tidak teraba apa-apa kecuali jika ada trombus atau penebalan
mukosa
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Preoperatif:
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan pada apendiktomi)
Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan
PK: Perdarahan
Gangguan pola tidur bd kondisi lingkungan yang ramai
C. PERENCANAAN
Preoperasi
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN : KURANG PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT B.D KURANG
PAPARAN SUMBER INFORMASI
NOC dan indicator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Pengetahuan NIC: Pengetahuan penyakit
tentang penyakit, setelah Aktifitas:
diberikan penjelasan 1. Jelaskan tentang penyakit
selama 2 x 24 jam ps Ca rekti
mengerti proses 2. Jelaskan tentang program 1. Meningkatan pengetahuan
penyakitnya dan Program pengobatan dan tindakan dan mengurangi cemas
perawatan serta Therapi operasi yang akan 2. Mempermudah intervensi
yg diberikan dg: dilakukan
Indikator: 3. Jelaskan tindakan untuk 3. Mencegah keparahan
Ps mampu: mencegah komplikasi penyakit
Menjelaskan kembali 4. Tanyakan kembali
tentang proses penyakit, pengetahuan ps tentang 4. Mereviw
mengenal kebutuhan penyakit, prosedur prwtn
perawatan dan dan pengobatan
pengobatan tanpa cemas
Post operasi
2. DX. KEPERAWATAN: NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI (INSISI
PEMBEDAHAN PADA APENDIKTOMI)
PEMBEDAHAN
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa:
Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK – UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP
dr.Sardjito, yogyakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA
Maurytania, A.R, 2003, Buku Saku Ilmu Bedah, Widya Medika, Yogyakarta.