Anda di halaman 1dari 16

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114

MODEL PEMBELAJARAN QIRAAH AL-KUTUB


UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN
MEMBACA KITAB TAFSIR
Eman Sulaeman
Dosen IAI Bunga Bangsa Cirebon
Email: Emanasi84@yahoo.co.id
_________________________

Abstract

This study is initiated by the achievements of Al-Ihsan boarding school sudents who participated in local and
national Musabaqah Qiraah al-Kutub (MQK). Their success experiences can be linked to the learning model
developed in this pesantren concerning the reading skills(Maharat Al-qirā'ah).This research attempts to explore the
components of reading skill (Maḫārat al-qirāat) especially in accordance to reading kitab tafsir as implemented in
Pesantren Al-Ihsan, Bandung. This research also observes the implementation of the learning process, the interaction
patterns, appreciations, and sources of the learning processes. This research employs descriptive-analysiswith data
gatheredfrom observations, interviews and documentations. The results of this research shows factors to
development the reading skills(Maharat Al-qirā'ah) in Al-Ihsan boarding school.

Keywords:
Language improvement; Fahm Al-Maqru; Qirah al Kutub; Pesantren.
__________________________

Abstrak
Penelitian ini berawal dari beberapa prestasi yang diraih oleh sejumlah santri di pondok pesantren Al-Ihsan dalam
ajang Musabaqoh Qiraah al-Kutub (MQK) baik di tingkat lokal maupun nasional. Dalam perspektif pembelajaran,
keberhasilan tersebut tidak dapat terpisahkan dari model pembelajaran yang diterapkan terutama dalam
ketarampilan membaca (mahārat al-Qira'ah). Sebagaimana layaknya penelitian model, maka yang menjadi fokus
kajian penelitian ini terkait dengan komponen-komponen model itu sendiri yaitu mencakup sintak atau pelaksanaan
pembelajaran, pola interaksi dalam pembelajaran, bentuk apresiasi serta sumber daya yang dimiliki.Hasil dari
penelitian ini yaitu berupa konseppengembangan keterampilan membaca (mahārat al-Qira'ah)khususnya dalam
bidang Tafsir berbasis model Qira'ah al-Kutub. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan
instrumen data observasi, wawancara dan studi dokumentasi maka diperoleh hasil penelitian yang menunjukan
faktor-faktor penunjang kemampuan santri dalam meraih berbagai juara d ajang Musabaqah Qiraah al-Kutub
(MQK) di pondok pesantren Al-Ihsan.

Kata Kunci:
Pengembangan Bahasa; Fahm al-Maqru; Qiraah al-Kutub; Pesantren.
__________________________
A. PENDAHULUAN merupakan institusi pendidikan Islam tertua
Tak seorang pun mengingkari bahwa yang telah memberikan konstribusi besar
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan terhadap pembangunan dan perubahan bangsa
(sains) dan temuan-temuan teknologi di Indonesia. Lahirnya kaum intelektual muslim
zaman modern ini telah mengakibatkan yang berperan sebagai penggerak sekaligus
terjadinya perubahan sosial dalam kehidupan pembaharu pemikiran di Indonesia, tidak
umat manusia, tak terkecuali umat Islam, dapat terpisahkan dari peran pondok pesantren
baik di bidang kemasyarakatan, ekonomi, sebagai institusi pendidikan sekaligus sebagai
politik dan budaya1. Pondok pesantren institusi perubahan sosial. Di instutusi inilah
mereka menemukan cahaya ilmu, dan
1
Badri Khaeruman, “Al Qardawi Dan Orientasi instutusi ini pula mereka digembleng dengan
Pemikiran Hukum Islam Untuk Menjawab Tuntutan berbagai pengetahuan dan mental agama yang
Perubahan Sosial,” Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama kuat agar bisa memahami al-Qur‟an dah
Dan Sosial Budaya 1, no. 2 (2016): 227.
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

Hadist. Sumber utama dari semua ilmu dan rujukan menggunakan karya-karya klasik;
pengetahuan adalah Alquran dan Hadis 2. ketiga, sistem penilaian yang digunakan
Karena pada dasarnya pesantren merupakan adalah bagian dari masyarakat luas.4
tempat para santri untuk memperoleh Dari aspek kurikulum yang dikembangkan,
pancaran cahaya ilmu terebut. Oleh karena pondok pesantren memiliki karakter khusus
itu, term „pesantren‟ atau „santri‟ jika dilihat yaitu mengembangkan kurikulum ilmu-ilmu
dari asal-usul kata mengandung dua makna: agama, misalnya ilmu Sharaf (morfologi
Pertama bahwa “santri” itu berasal dari Arab), Ilmu Nahwu (sintaksis Arab), Terjemah
perkataan “Sastri”, sebuah kata dari saskerta, dan Tafsir Alquran, Hadits, Fiqih/ hukum
yang artinya melek huruf. Karena kira-kira Islam, System Yurisfudensi Islam, teologi
pada permulaan tumbuhnya kekuasaan Islam, Tasawuf, Tarikh, dan Mantiq (logika).
politik Islam di Demak, Kaum santri adalah Literatur ilmu-ilmu tersebut memakai kitab-
kelas “literary” bagi orang Jawa. Ini kitab klasik dengan istilah "kitab kuning" atau
disebabkan pengetahuan mereka tentang turats dengan ciri-ciri kitabnya berbahasa
agama melalui kitab-kitab bertulisan dan Arab tanpa syakal (baris), bahkan tanpa titik
berbahasa Arab. Dari sini bisa kita asumsikan dan koma.5.
bahwa menjadi santri berarti juga menjadi Sebagaimana Kita ketahui bahwa secara
mengerti agama (melalui kitab-kitab umum, model pembelajaran keterampilan
tersebut). Kedua, santri berasal dari bahasa membaca atau pemahaman teks (fahm al-
Jawa, persisnya dari kata “cantrik”, yang maqru) yang diterapkan oleh Kiayi di
artinya seseorang yang selalu mengikuti pesantren yaitu model wetonan atau kuliah
seorang guru kemana guru ini pergi menetap. umum, sorogan, dan hafalan. Metode
Tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya Wetonan6 adalah metode pembelajaran yang
mengenai suatu keahlian. Pola hubungan diikuti oleh para santri dengan cara duduk di
“guru-cantrik” itu kemudian diteruskan sekeliling Kiayi7 yang menerangkan pelajaran.
dalam masa Islam. Pada proses selanjutnya Santri menyimak kitab masing-masing dan
“guru-Cantrik” menjadi “guru-santri”. mencatat jika perlu, kemudian santri membaca
Karena guru dipakai secara luas, yang meniru gurunya. Metode sorogan adalah suatu
mengandung secara luas, untuk guru yang metode dimana santri menghadap guru atau
terkemuka kemudian digunakan kata Kiayi, Kiayi seorang demi seorang dengan membawa
yang mengandung arti tua atau sacral, kitab yang akan dipelajarinya, Kiayi
keramat, dan sakti. Pada perkembangan membacakan dan menerjemahkannya kalimat
selanjutnya, dikenal istilah Kiayi-santri.3 Dari perkalimat, kemudian menerangkan
pengertian inilah pesantren menunjukan
perananya sebagai institusi pendidikan yang 4
Said Aqiel Siraj, dkk. Pesantren Masa Depan.
di dalamnya menyelenggarakan proses (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), 14
pembelajaran khususnya bidang keagamaan. 5
Muhammad Tholhah Hasan, Islam dalam
Menurut Abdurrahman Wahid, ada tiga Perspektif Sosial Budaya, (Jakarta : Galasa Nusantara,
ciri khas yang dimiliki oleh pesantren sebagai 1997), cet. ke-1, 103-104
6
subkultur: pertama, pola kepemimpinan Metode ini lazim juga dipesantren lain dikenal
dengan istilah metode bandongan atau ceramah umum
pondok pesantren yang mandiri tidak (kuliah umum) yaitu kiyai membacakan kitab-kitab
terkooptasi oleh Negara; Kedua, buku secara benar baik dari aspek kaidah bahasa maumpun
sumber atau kitab-kitab yang menjadi terjemahnya, sementara para santrinya menyimak dan
menulis (ngalogat). Setelah gurunya membacakan,
kemudian para santrinya membacakan kembali sesuai
2
Syahrullah Iskandar, “Studi Al-Quran Dan dengan apa yang didengar/ disimak dari gurunya.
Integrasi Keilmuan: Studi Kasus UIN Sunan Gunung Setelah prose situ berlangsung kemudian gurunya
Djati Bandung,” Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama Dan menerangkan maksud dari teks tersebut.
7
Sosial Budaya 1, no. 1 (2016): 87. Kiayi sebutan bagi alim ulama (cerdik pandai
3
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren; Sebuah dalam agama Islam) KBBI on line, diunduh tgl 2
potret perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), 19-20. Januari 2017

100 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

maksudya. Sedangkan metode hafalan ialah religious education as a foundation of


suatu metode dimana santri menghafal teks learning process…”10.
atau kalimat tertentu dari kitab yang Penerapan di pesantren tersebut karena
dipelajarinya, biasanya cara menghafal ini melihat beberapa kemungkinan dan
diajarkan dalam bentuk Syair atau Nazam.8 kebutuhan11. Yang dimaksud dengan
Model pembelajaran seperti ini, lebih kemungkinan dan kebutuhan tersebut yaitu12:
menekankan kepada keaktifan gurunya pertama, relevansi model dan tujuan
(teacher centre). pembelajaran. Sudah dimaklumi bersama
Di pondok pesantren Al-Ihsan, selain bahwa tujuan pembelajaran kitab-kitab turats
mengembangkan metode di atas, juga ada dan mu'ashirah di pesantren ini yaitu
kekhasan dalam model pembelajaran teks membentuk pemahaman dan pemikiran
berbahasa Arab. Salah satu kekhasan (bukan asal hafal meniru gurunya), untuk
pembelajaran kemahiran membaca dan kemudian disampaikan kembali (dakwah) di
memahami teks di pesantren Al-Ihsan adalah masyarakat. Orientasi ini sangat mungkin
melalui presentasi personal seperti dalam dicapai bila di dukung oleh suuatu model yang
pelaksanaan Musabaqah dapat mengkonstruk pemahaman dan
Model pembelajaran ini, dalam konteks pemikiran santri melalui perangkat pendukung
perkembangan kurikulum pembelajaran di keilmuan yang mereka miliki. Model qiraah
pesantren Al-Ihsan,- merupakan salah satu al-kutub dipandang relevan untuk kebutuhan
upaya untuk menginovasi model ini dibandingkan dengan metode bandongan
pembelajaran Qiraah al-Kutub (MKQ).9 atau sorogan; Kedua, para santri di pondok
Istilah ini dikenal dengan sebutan model pesantren Al-Ihsan (khususnya kelas II dan
Qiraah al-Kutub. Yang dimaksud dengan III) semuanya para mahasiswa yang
model Qiraah al-Kutub adalah model pemikirannnya sudah dipandang dewasa dan
pembelajaran keterampilan membaca mandiri (mampu berpikir sendiri). Menurut
(maharat al-qiraah) atau pemahman terhadap pimpinan pesantren, potensi ini harus
teks-teks bahasa Arab (fahm al-maqru) dikembangkan agara mampu mengembangkan
melalui presentasi personal santri, di hadapan daya nalarnya melalui model pembelajaran
guru dan teman-teman seperti dalam student Active learning, model pembelajaran
pelaksanaan Musabaqah Qiraah al-Kutub ini lebih menekankan pada keaktifan santri;
(MQK). Dalam teknisnya model Qiraah al- ketiga, pembelajaran bandongan yang selama
Kutub ini adalah santri mempresentasikan itu sudah berjalan dipandang masih kurang
makro (hanca) yang sudah ditentukan/oleh efektif untuk membangun pemahaman santri
petugas di hadapan Kiai dan teman-teman terhadap teks yang ada serta membangun
santrinya. Setelah proses presentasi kemudian keaktifan santri, sebab para santri datang ke
diuji kemampuan pemahaman santrinya baik
dari aspek bahasa, ketepatan terjemah dan 10
Fenti Hikmawati, “Islamic Counselling Model to
pemahaman teksnya. Hal ini seperti yang Increase Religious Commitment (Study of Students at
diutarakan Fenti bahwa “The presence of the University UIN Bandung),” International Journal of
Nusantara Islam 1, no. 1 (2013): 65–81.
11
Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan
8
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan pesantren (peneliti juga berperan sebagai peserta dalam
Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam kegiatan ini), bahwa dalam sejarah perkembangan
Di Indonesia, (Yogyakarta, Gr–asindo, 2001), 107-108 pesantren Al-Ihsan model pembelajaran qiraah al-
9
Dalam konteks pondok pesanren Al-Ihsan, kutub terus berkembang. Semula model yang
metode ini lebih akrab dikenal dengan metode qiraah diterapkan oleh kiyai adalah berbasis pada keaktifan
al- kutub. Penamaan model ini karena diadopsi dari guru (Metode Bandongan), namun model ini kurang
model pelaksanaan MKQ yang selama ini menggairahkan santri, maka ketika dipimpin oleh K.H.
dilaksanakan oleh pemerintah. Wawancara dengan Tantan Taqiyuddin, Lc. Metode itu dikembangkan
Kabag Akademik pondok pesantren Al-Ihsan (Dr. K. menjadi metode qiraah al- kutub.
12
H. Dindin Solahuddin, M.A) pada tanggal 13 Oktober Wawancara dengan pimpinan pesantren dilakukan
2016. pada tanggal 10 Oktober 2016.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114 101
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

kelas, hanya dituntut siap mendengar dan luas dari sekedar strategi, metode atau teknik
menerima apa yang disampaikan ustadz. pembelajaran. Di kalangan pakar pendidikan,
Sedangkan dalam model qiraah al-kutub terdapat ragam redaksi terkait dengan batasan
melalui presentasi personal, santri datang ke model pembelajaran.
tempat mengaji dalam keadaan siap mengajar Menurut Agus Suprijono model dapat
(menggantikan peran guru), sehingga mereka diartikan “bentuk”, secara umum model
dituntut untuk mempersiapkan diri sematang merupakan interpretasi terhadap hasil
mungkin. Keempat, menumbuhkan observasi dan pengukurannya yang diperoleh
kepercayaan diri pada santri untuk dari beberapa sistem14. Model diartikan
menampilkan apa yang telah ia fahami di sebagai bentuk representasi akurat sebagai
hadapan guru dan santri lainnnya, untuk proses aktual yang memungkinkan seseorang
membudayakan tampil di depan publik baik atau sekelompok orang mencoba bertindak
dalam musabaqah maupun dalam kegiatan berdasarkan model itu. Lebih lanjut Agus
dakwah. Semua ini dimaksudkan agar santri mengemukakan bahwa model pembelajaran
bisa menjadi Rahmat di tempatnya berada, ialah pola yang digunakan sebagai pedoman
rahmat dalam bahasa hukum disebut dalam merencanakan pembelajaran di kelas15.
“kemaslahatan umat” baik dalam bentuk Model pembelajaran adalah kerangka
memberikan manfaat atas manusia atau konseptual yang melukiskan prosedur yang
menghindarkan manusia dari kemudaratan 13. sistematis dalam mengorganisasikan
Dalam sejarah perkembangannya, inovasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
model pembelajaran ini ternyata telah belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
memberikan pengaruh besar terhadap pedoman bagi para perancang pembelajaran
keberhasilan pembelajaran kemahiran dan para pengajar dalam merancang dan
membaca kitab. Di antara bentuk melaksanakan aktivitas belajar mengajar. 16
keberhasilannnya adalah terukur dalam Sedangkan menurut Saeful Sagala, model
pelaksanaan Musabaqah Qiraah al-Kutub pembelajaran adalah kerangka konseptual
(MQK), santri Al-Ihsan selalu mewarnai yang melukiskan prosedur yang sistematis
serta selalu masuk nominasi (kejuaraan). dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
Keberhasilan pembelajaran seperti ini –bagi peserta didik untuk mencapai tujuan belajar
peneliti- merupakan hal yang sangat menarik tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
untuk diteliti guna menemukan deskripsi utuh perancang pembelajaran dan guru dalam
mengenai model pembelajaran keterampilan merencanakan dan melaksanakan aktivitas
membaca teks-teks berbahasa Arab terutama belajar mengajar. 17
literatur Tafsir dan juga belajar ilmu Nahwu. Model pembelajaran (model of teaching)
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari adalah suatu perencanaan yang digunakan
metode yang digunakan, pola interaksi dan dalam penyusunan kurikulum, pemetaan
apresiasi civitas akademika dalam materi pembelajaran, serta mensetting proses
mendukung proses pembelajaran pondok pembelajaran dan komponen-komponennya.18
pesantren dan mengelola SDM. Dalam pengertian yang lebih luas, Kemp

B. HASIL DAN PEMBAHASAN 14


Agus Supriono, Cooperatif LearningTeori dan
1. Pengertian dan Karakteristik Model Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011),
Pembelajaran 45
15
Istilah model pembelajaran (model of Agus Supriono, Cooperatif LearningTeori dan
teaching) memiliki pengertian yang lebih Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011),
hal. 45
16
Udin saripudin Winaputra, 1997) hal . 78
13 17
Utami, “Community In Dividing The Inheritance Syaiful Sagala, Konsep dan Makna
Amicably (Study in Palangka Raya City Jekan Raya Pembealjaran, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 175
18
Districts),” Jurnal Studi Agama Dan Masyarakat 10, Bruce Joyce. Models of Teaching. (New Jersy:
no. 2 (2016): 275. Prentice Hall), 53

102 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

(1997) mengartikan model pembelajaran itu 1. Prosedur ilmiah Suatu model


suatu perencanaan pembelajaran (desain pembelajaran harus memiliki suatu
intrucsional) yang digunakan dalam prosedur yang sistematik untuk
menentukan maksud dan tujuan setiap topik/ mengubah tingkah laku peserta didik
pokok bahasan (goal topick and purposes), atau memiliki sintaks yang merupakan
menganalisis karakteristik warga belajar urutan langkah-langkah pembelajaran
(learner characteristics), memilih isi yang dilakukan guru-peserta didik.
pembelajaran (subject content), melakukan 2. Spesifikasi hasil belajar yang
pra test (pra assessment), melakukan direncanakan Suatu model
kegiatan belajar mengajar/ sumber pelajaran pembelajaran menyebutkan hasil-hasil
(teaching learning activities/ resources), belajar secara rinci mengenai
mengadakan dukungan pelayanan (supprot penampilan peserta didik.
services), melakukan evaluasi (evaluation) 3. Spesifikasi lingkungan belajar Suatu
dan membuat revisi (revise). model pembelajaran menyebutkan
Dari berbagai pengertian di atas dapat secara tegas kondisi lingkungan di
difahami bahwa model pembelajaran mana respon peserta didik diobservasi.
merupakan suatu perencanaan pembelajaran 4. Kriteria penampilan Suatu model
yang digunakan dalam keseluruhan proses pembelajaran merujuk pada kriteria
belajar mengajar yang dijadikan pedoman penerimaan penampilan yang
bagi guru dan murid dalam melaksanakan diharapkan dari para peserta didik.
proses pembelajaran. Model pembelajaran merencanakan
a) Karakteristik Model Pembelajaran tingkah laku yang diharapkan dari
Rachmadi Widdiharto menyebutkan peserta didik yang dapat
bahwa istilah model pembelajaran didemonstrasikannya setelah langkah-
mempunyai empat ciri khusus yang tidak langkah mengajar tertentu.
dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, Cara-cara pelaksanaannya. Semua model
karakteristik model pembelajaran yang pembelajaran menyebutkan mekanisme yang
dimaksud yaitu: 19 menunjukkan reaksi peserta didik dan
1. Rasional teoritik yang logis yang interaksinya dengan lingkungan. Dan salah
disusun oleh penciptanya satu faktor terpenting dalam pembelajaran
2. Tujuan pembelajaran yang hendak adalah metode pembelajaran 21.
dicapai
3. Tingkah laku mengajar yang 2. Qiraah Al-Kutub
diperlukan agar model tersebut a. Pengertian Qiraah Al-Kutub
berhasil. Membaca sejarah nabi haruslah memahami
4. Lingkungan belajar yang diperlukan bahasa arab, karena ”The behavior of prophet
agar tujuan pembelajaran tercapai Mohammed has a strong influence on the life
Indrawati dan Wawan Setiawan of the Muslim community as his behavior
mengidentifikasi lima karakteristik model (Hadith) is part of Islamic teachings placed
pembelajaran yang baik, yang meliputi second aſter Qur’an”.22 Secara bahasa qira'ah
berukut ini20: al-kutub artinya membaca kitab-kitab. Term
ini bisa juga diartikan proses pemahaman

19 21
Rachmadi Widdiharto, Model-model Umi Hanifah, “Penerapan Model Paikem Dengan
Pembelajaran, (Jakarta: Gema Pena, 2004), 3. Menggunakan Media Permainan Bahasa Dalam
20
Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelelajan Pembelajaran Bahasa Arab,” Jurnal at-Tajdid 5, no. 2
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Pusat (2016): 301.
22
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Fatmawati, “Inter-Religious Relations In The
Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam Period Of Prophet Muhammad,” Al-Albab 5, no. 2
(PPPPTK IPA), (Jakarta: 2009: ), 27. (2016): 175.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114 103
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

terhadap berbagai teks berbahasa Arab mengubah model pembelajarannya mengikuti


Dalam konteks penelitian ini, term qira’ah model penyajian pada Musabaqah Qiraah Al-
al-kutub merupakan suatu istilah yang Kutub (MQK). Demikian pula dengan
menggambarkan model dan metode untuk Pesantren al-Ihsan melakukan inovasi
mengembangkan keterampilan membaca teks pembelajaran membaca Kitab dengan berbasis
berbahasa Arab termasuk di dalamnya qiraah al-kutub didasari oleh pengalaman-
literatur tafsir.23 Qiraah Al-Kutub dapat pengalaman sejumlah guru yang pernah
difahami sebagai metode karena di dalamnya terlibat pada pelaksanaan MQK.
memiliki komponen-komponen metode itu
sendiri seperti tujuan, materi yang diajarkan, b. Teknik Pembelajaran Qiraah al-Kutub
teknik pelaksanaan dan cara evaluasi yang
unik dan berbeda dari metode lainnya. Atas Teknik pembelajaran MQK, mengikuti
dasar inilah peneliti menjadikan qiraah al- teknik pelaksanaan MQK yang
kutub sebagai metode pembelajaran diselenggarakan oleh pemerintah (kemenag)
memahami teks bahasa Arab yang sudah yaitu:26
tertuang dalam kitab-kitab. 1. Menentukan jenis Kitab
Ciri pembeda dari kajian keislaman ini 2. Tiap santri diberikan maqra yang sudah
adalah pada rambu dogmatik- nya, khususnya ditugaskan;
pada dimensi sakralitas yang integratif oleh 3. Tiap santri wajib menyajikan maqra
Islam itu sendiri.24 Lahirnya istilah " qiraah tersebut dengan urutan sebagai berikut:
al-kutub" sebagai metode pembelajaran di 1) Membacakan teks secara nyaring
pesantren, diadopsi dari tata cara pelaksanaan sesuai dengan kaidah sihhat al-qiraah;
Musabaqah Qiraah Al-Kutub (MQK) yang 2) Menterjemahkan teks yang dibaca
diselengarakan oleh pemerintah. Ketika tersebut dengan mengungkap makna
pemerintah menjadikan MQK sebagai ajang tiap jumlah (bukan mufrodat).
assembly santri, secara tidak langsung setiap 4. Tanya jawab terkait dengan kaidah-
pesantren mengevaluasi sistem pembelajaran kaidah membacanya (fasahat al Qiraat)
dalam memahami Kitab, sehingga berdampak yaitu dari aspek ilmu sharaf dan
pada peningkatan kualitas proses nahwunya;
pembelajaran dan mengevaluasi hasil proses 5. Tanya Jawab terkait pemahaman makna
pembelajaran tersebut kemudian membuat baik mufradat, jumlah dan uslub;
model pembelajaran yang efektif bagi para 6. Menjelaskan maksud keseluruhan dari
santri. teks tersebut;
Islam bisa dilihat dari berbagai sisi 7. Relevansi maksud teks tersebut dengan
termasuk MQK ini, “Islam is no longer persoalan yang muncul kekinian.
understood merely in terms of doctrinal and
historical, but it has become a complex c. Aspek Penilaian
phenomenon”.25 Sejak diselenggarakannya
MQK di Indonesia, pesantren yang Untuk penilaian pembelajaran qiraah al-
memberikan perhatian besar pada kutub, jika mengacu pada system penilaian
keberhasilan memahami turats, kemudian pada Musabaqah Qiraah al-Kutub (MQK),
dilakukan terhadap 3 (tiga) aspek, yaitu27
23
Maslani, Qiroatul Kutub. (Jakarta: Dirjend aspek kelancaran membaca (fashāhah al-
Pendis Kemenag RI. 2009, 12. qira’ah), kebenaran membaca (shihah al-
24
Iskandar, “Studi Alquran Dan Integrasi
Keilmuan: Studi Kasus UIN Sunan Gunung Djati
26
Bandung.” Hal. 13-14. Kementrian Agama Prov. Jabar. Pedoman MKQ
25
Masripah, “Indonesian Islamic Women Tkt. Prov Jabar tahun 2015 (Bandung: KAnwil
Movement (A Case Study of Bkswi West Java),” Kemanag Prov Jabar, 2015), 23.
27
International Journal of Nusantara Islam 1, no. 2 Kementrian Agama Prov. Jabar. Pedoman MKQ
(2013): 9–21. Tkt. 27.

104 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

qira’ah), dan aspek pemahaman makna melibatkan berbagai kerja akal dan pikiran.
(fahm al-ma’ani) terhadap maqra‟ yang Membaca merupakan kegiatan yang meliputi
ditentukan. semua bentuk –bentuk berpikir, member
Sedangkan indikator dari masing-masingg penilaian, member keputusan, menganalisis
aspek, adalah sebagai berikut: dan mencari pemecahan masalah.31
1. Bidang Kelancaran Membaca (Fashahah Dari pengertian di atas, maka dapat
al-Qira’ah): dipahami bahwa membaca dalam prosesnya
a) Makhraj, Mad, Syiddah ada dua bentuk yaitu membaca dengan
b) Tan-ghim (intonasi) menggunakan suara yang nyaring (qira'at al-
c) Sur’ah (kecepatan) Thabi’iyah shāitah) dan membaca tanpa menggunakan
2. Bidang Kebenaran Membaca (Shihhah suara karena kebutuhannya untuk memahami
al-Qira’ah): (qira'ah shāmitah).
a) Binyah Sharfiyah )ketepatan system Membaca dengan menggunakan suara
shorof) maksudnya adalah membaca teks dengan cara
b) Alamatul-I’rab (harakah) dilapalkan (diucapkan) dan melibatkan organ
c) Mawaqi’ul-Kalimah minal-I’rab ucap (a’dlau al-nuthqy) seperti dada,
3. Bidang Pemahaman Makna (Fahm al- tenggorokan, lisan, bibir, gigi dan sebagainya.
Ma’ani): Sedangkan membaca tanpa suara yaitu
a) Ma’na al-Mufradat memiliki makna yang lebih luas dan dalam
b) Ma’na al-Jumal yakni sebuah proses penghimpunan makna
c) Al-Ma’na al-Dalali (maksud), informasi dari teks yang ada.
3. Keterampilan Membaca (maḫārat al- Bentuk aktifitas membaca dalam arti al-qiroat
Qira'ah) seperti ini, seperti membaca dengan tidak
a. Pengertian bersuara / di dalam hati (qiraat al-shāmitah),
Membaca merupakan keterampilan pokok memahami, merenungkan dan muthola'ah teks
dalam pelajaran bahasa Arab di samping itu sendiri.
keterampilan yang lain seperti menyimak (al- Dengan demikian yang dimaksud dengan
istim'a), berbicara (al-kalām) dan menulis keterampilan membaca (mahārat al-Qira'ah)
(al-kitābah). 28 adalah kemampuan yang dimiliki oleh santri
Istilah terampil dalam kamus besar dalam membaca tulisan Arab tanpa
Bahasa Indonesia diartikan kecakapan baris/harakat), di mana mereka dapat
dalam menyelesaikan tugas; mampu dan memberi baris teks-teks tersebut sesuai
cekatan.29 Sedangkan yang dimaksud dengan dengan kaidah bahasa Arab dengan baik,
membaca (al-qira'at) ialah proses pengenalan benar dan lancar.32
dari apa yang tertulis kemudian Maḫārat al-qirāat pada hakikatnya adalah
mengucapkannya serta menterjemahkannnya proses komunikasi antara pembaca dan
ke dalam akal pikiran kemudian peneliti melalui teks yang ditulis, maka secara
menterjemahkannya dalam bentuk sikap langsung di dalamnya ada hubungan kognitif
(pemahaman/ perintah) sesuai dengan apa antara bahasa lisan dan bahasa tulisan33. Dari
yang dibaca.30 pengertian di atas, dapat dipahami bahwa
Membaca merupakan sarana utama untuk Qiraat al-Kutub adalah aktifitas berbahasa
mencapai tujuan pembelajaran bahasa yang reseftif, yaitu memahami pesan-pesan yang

28 31
Ali Al-Khuli, Strategi Pembelajaran Bahasa Abdul Hamid, et al. Pembelajaran Bahasa Arab
Arab (Yogyakarta: Basan Publishing, 2010), 107 (Malang: UIN Malang Press, 2008), 46.
29 32
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ahmad Zaini, Keterampilan Membaca Kitab
Kamus besar bahasa Indonesia, 1180 Kuning (Jogjakarta: Madina, 2010), 20
30 33
Afdhol Tharik, Alternatif Kognitif Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran
Pembelajaran bahasa Arab berbasis Kompetensi, Bahasa Arab (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011),
(Jakarta: UI Pers, 2011), 16 143

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114 105
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

tertuang dalam teks tersebut melalui 8. Demikian proses itu berlanjut sampai
pendekatan struktur yang bahasa yang tuntas.
digunakan oleh penulis seerta
penterjemahaman baik lafdziyyah maupun c. Indikator Keterampilan Membaca
siaqiyyah (konteks) Berdasarkan aktivitas membaca, Ahmad
b. Keterampilan Membaca (maḫārat al- Thu'aimah mengemukakan tentang indicator
qirāat) Literatur Tafsir seorang pembaca yang terampil, yaitu: 34
Pada dasarnya setiap literatur Arab 1. Mampu dengan cepat mengenal makna
termasuk di dalamnya telaah tafsir bisa tulisan bahasa Arab (sebagai bahasa
didekati melalui metode Qiraat al- Kutub. ke-dua).
Namun demikian, dalam implementasinya 2. Mampu memodifikasi kecepatan dalam
masih perlu memperhatikan aspek-aspek membaca; menyesuaikan materi yang dibaca
kemampuan peserta baik dalam penguasaan dengan tujuan membacanya.
subtansi maupun kaidah bahasanya terutama 3. Mampu menguasai keterampilan membaca
dalam menentukan teks yang akan dibaca yang mendasar.
(maqra). 4. Mampu membedakan antara materi
Dalam proes perkuliahan, metode ini pun bahasa yang perlu dibaca dengan penuh
dapat diterapkan untuk pengembangan perhatian dan analisa, dengan yang tidak
keterampilan memahami teks. Misalnya, begitu memerlukan perhatian.
dalam mata kuliah wacana bahasa Arab bagi Adapun menurut hemat penulis, ada
jurusan Ilmu Quran dan Tafsir (IAT) yang beberapa indikasi dari terampil membaca teks
orientasinya memahami literature tafsir baik adalah:
ilmu tafsir maupun kitab tafsir itu sendiri. 1. Tidak gugup atau panik ketika berhadapan
Contoh rancangan pembelajaran qiroatul dengan teks.
Kutub ini adalah sebagai berikut: 2. Mampu membaca teks dengan baik
1. Peserta sebagai pembaca/ penyaji adalah dan benar; mulai dari membunyikan
mahasiswa semester IV yang sudah huruf-huruf dengan tepat sesuai
menguasai kaidah-kaidah dasar-dasar makhraj-nya, mengikuti aturan tanda
bahasa Arab I (sebelumnya); baca, dan tanggap terhadap jenis teks
2. Nama Kitab: Muqaddimah Kitab "at- yang sedang dihadapi.
tafsīr wa al-mufassirūn," karya Husen al- 3. Jeli terhadap 'āmil-'āmil dan rawābith yang
Dzahabi. ada dalam kalimat.
3. Tiap mahasiswa (bisa perorangan atau 4. Mampu mengenal bentuk-bentuk kata
group) diberikan teks sebelumnya; dalam teks, sesuai dengan wazan dan
4. Tiap penyaji diminta membacakan secara format sharfiyah.
nyaring teks di atas (sementara yang 5. Mampu mengenal posisi kata dan
menilai adalah seluruh peserta dan kalimat yang terdapat dalam teks.
dosen); 6. Menguasai ta'lîq nahwu, baik yang
5. Setelah membaca kemudian dilakukan maknawiyah maupun lafdziyah.
konfirmasi terkait dengan kaidah-kadiah 7. Mampu menentukan 'umdat (yang
membacanya (ilmu sharaf atau nahwu); menjadi inti dalam kalimat) dan fudllah
6. Peserta diminta untuk menjelaskan (tambahan dan keterangan dalam kalimat).
maksud teks tersebut dan mengaitkannya
dengan kajian keilmuan mereka yaitu di
bidang tafsir;
34
7. Dosen memberikan penilaian dari Rusydi Ahmad Thu'aimah, Ta'lim al-Arabiyah li
keseluruhan penampilan yang ada sesuai Ghair al-Nathiqîna biha; Manâhijuhu wa Asâlibuhu,
indikator musabaqah Qiraat al-Kutub (Rabat: al-Munazhamah al-Islamiyah li-al-Tarbiyah wa
al'Ulum wa al-Tsaqafah, 1989), 68-69
(MKQ);

106 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

8. Secara cepat mampu memberi baris teks Oleh karena itu, secara rinci tujuan
dengan mengaplikasikan materi nahwu tersebut dapat dilihat dari bererapa aspek
yang telah dipelajari. yaitu:
9. Mampu membaca dengan lancar dan a. Paham terhadap struktur bahasa Arab yang
tidak gagap serta dapat menempatkan digunakan dalam teks-teks bahasa Arab
intonasi dengan baik. baik Alquran, sunah dan kitab-kitab
Paham isi teks; mampu mengambil inti lainnnya. Pemahaman struktur akan
sari informasi yang terdapat dalam teks mempengaruhi terhadap pemaknaan teks
secara akurat dan tepat. itu sendiri.
b. Paham terhadap makna dan maksud dari
4. Pelaksanaan pembelajaran Qiraah al- teks tersebut;
Kutub di pesantren Al-Ihsan c. Dapat menengungkapkan kembali/
Terkait dengan pelaksanaan pembelajaran reinterpretasi makna yang terkandung
ini, peneliti memotret sintak pembelajaran dalam teks tersebut melalui interdisipliner
qiraah al-kutub yang mencakup Tujuan keilmuan yang dimiliki oleh para santri
pembelajaran, Materi ajar, teknik baik yang diperoleh di pesantren maupun di
pembelajaran dan Sistem Evaluasi. bangku kuliah.
1) Tujuan pembelajaran Terkait dengan hafalan kitab, kaidah-
Terkait dengan tujuan pembelajaran kaidah qiraatul kutab atau kaidah bahasa Arab
qiraah al-kutub kaitannya dengan baik menyangkut ilmu sharaf maupun nahwu,
peningkatan keterampilan membaca di pondok pesantren ini tidak menjadi sebuah
(maḫārat al-qirāat) di pondok pesantren al- target atau sasaran akhir dari sebuah
Ihsan, korespondesi (dalam hal ini pimpinan pembelajaran. Termasuk juga dalam
pesantren) menjelaskan bahwa35 capaian ketuntasan membaca kitab (tamat), bukanlah
akhir yang diharapkan dari pembelajaran ini menjadi suatu tujuan utama dari pembelajaran.
adalah supaya santri terampil membaca teks- Metode bandongan dan sorogan masih tetap
teks Arab (mahārat al-Qira'ah) yang digunakan sebagai metode utama pengajian
ditandai dengan memiliki pemahaman tafsir, namun perubahan terkait metode
terhadap pesan-pesan yang terkandung dalam pengajian tafsir telah mulai dirintis 37. Tujuan
teks bahasa Arab (li fahm al-maqru). utama yang ingin dicapai dari pengajaran
Pembelajaran keterampilan membaca kiatb-kitab di pondok pesantren ini adalah
(mahārat al-Qira'ah) diarahkan bukan untuk lebih diarahkan kepada empat tujuan tersebut.
sekedar bisa membaca dalam arti melafalkan Dari rumusuan tujuan ini, peneliti melihat
meniru guru (tilawah) atau mencari bahwa pembelajaran qiraah al-kutub di
keberkahan semata, melainkan untuk pesantren ini dioreiantasikan untuk
memahami lebih dalam pemikiran pengarang, membentuk pemahaman dari ide-ide yang
kemudian diaplikasikan dalam kehidupan tertuang dalam teks Kitab tersebut. Tujuan
sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pandangan pembelajaran seperti ini dalam upaya
hamidah bahwa membeca adalah menyelaraskan dengan impian besar pesantren
kemampuan berbahasa yang bersifat pasif- yaitu menjadikan pesantren pemikiran. Yang
reseptif. Dengan membaca seseorang dimaksud pesantren pemikiran adalah pondok
pertama-tama berusaha untuk memahami pesantren yang lebih identik mengembangkan
informasi yang disampaikan orang lain dalam cara berpikiir dan wawasan pemikiran
bentuk wacana tulisan.36 intelektual santri dalam hal agama dan

35
Wawancara dilakukan pada tanggal 10 Oktober
37
2016 . Rosihon Anwar, Dadang Darmawan, and Cucu
36
Hamidah. Kemampuan membaca teks bacaan Setiawan, “Kajian Kitab Tafsir Dalam Jaringan
berbahasa Arab. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, Pesantren Di Jawa Barat,” Wawasan: Jurnal Ilmiah
vol. 2 No. 2 Desember (2015), 104. Agama Dan Sosial Budaya 1, no. 1 (2016): 57.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114 107
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

kehidupan. Cita-cita besar ini juga didasari keterampilan linguistik dan banyak sistem
karena dilihat dari kondisi yang pengetahuan, termasuk di dalamnya
memungkinkan, yaitu para santri di penggunaan bahasa tulis dalam konteks
pensantren Al-Ihsan adalah tarap berpikirnya pergaulan sosial dan struktur-struktur yang
sudah tinggi karena pada umumnya adalah digunakan dalam pengorganisasian
38
mahasiswa (secara umum di UIN SGD informasi.
Bandung).
2) Materi ajar
Di pesantren ini keseluruhan jenis 3) Metode dan Teknik Pembelajaran Qiraat
kitab, baik itu kitab klasik ataupun kitab al-Kutub
kontemporer semuanya diajarkan. Dari kitab- Di pesantren ini untuk peningkatan
kitab tersebut, secara umum- dapat ketrampilan membaca teks-teks bahasa Arab
digolongkan menjadi delapan kelompok, dikembangkan metode qiraah al-kutub, yakni
antara lain: metode belajar dimana tiap santri ditugaskan
1) Nahwu dan Sharaf, seperti kitab Jurumiah, untuk mempresentasikan materi yang ada
Kafarawi, Kaelani, Nadzam Maqsud dalam Kitab sesuai dengan maqra (hanca)
(Yaqulu) dan Alfiyah. yang dibagikan di hadapan kelas.
2) Fiqh, seperti kitab Fath al-Qarib, Fath al- Adapun teknik pelaksanaannya adalah
Muin, Safinah al-Najah dan Riyadh al tiap presenter (penyaji) betugas sebagai
Badiah. pembaca teks lengkap dengan syakkalnya
3) Usul fiqh, seperti Mabādi Awaliyah, Al- (dengan suara yang nyaring), penerjemah
Sulam dan Al-Ashbah Wa An-Nadzair sekaligus pensarah isi dari teks tersebut.
4) Hadits, seperti kitab Shahih Muslim, Setelah penyajian materi kemudian
Riyadus Shalihin, dan Minkunuz Al- dilanjutkan dengan proses analisis, tanya
Sunnah. jawab atau koreksi antar santri baik dari aspek
5) Tafsir, seperti kitab Tafsir Jalalain, bahasanya (kaidah Shautiyyah, sharfiyyah dan
Shafwat At-Tafāsir dan Tafsir Al- nahwiyyah), ketepatan terjemah dan
Sya’rawi. syarahnya. Setelah proses ini berlangsung dan
6) Tauhid, seperti kitab Jauhar Al-Tauhid dianggap selesai, kemudian tanggapan dan
dan Ta’rif Am Bidini al-Islam pelurusan dari guru ngaji.
7) Tasawuf, seperti kitab Kifayat al Atqiya, Secara sistematis urutan teknik
Maraqi al-Ubûdiyah, Al-Hikam dan pembelajaran model qiraah al-kutub di
Tarbiyah Islamiyah. pesantren ini mengikuti tahapan berikut:
8) Mantik dan Balagah, seperti kitab Sulam 1. Menentukan jenis Kitab (misalnya Riyadh
Mantiq dan Balaghat al-Wadihah. al-Badi'ah);
Dalam mengkaji kitab-kitab di atas 2. Menentukan kelompok atau personal
menggunakan model pembelajaran qiraah al- sebagai penyaji;
kutub kemudian dirumuskan materi kajiannya 3. Tiap santri/ kelompok diberikan maqra
sesuai dengan jumlah kelompok atau santri yang sudah ditugaskan;
dan dibagi-bagi mengikuti tema atau bab 4. Tiap santri/ kelompok wajib menyajikan
(fashl) yang ada. maqra tersebut dengan urutan sebagai
Pada dasarnya semua kitab dapat dijadikan berikut:
sebagai bahan kajian untuk pembelajaran
qiraah al-kutub, hanya saja aspek-aspek
kemampuan santri perlu diperhatikan 38
Ratni Bt. H. Bahri, Pengembangan Materi
terutama kemampuan dasar untuk memahami Pembelajaran Membaca dalam Pembelajaran bahasa
materi tersebut. Sebab pemahaman terhadap Arab di Perguruan Tinggi di era Globalisasi. TADBIR:
teks tertulis merupakan sebuah proses yang Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Vol. 3 No. 1.
kompleks yang melibatkan banyak sub Februari 2015,99.

108 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

1) Membacakan teks secara nyaring santri untuk membaca. Selain untuk


sesuai dengan kaidah sihhatul Qiraah kelangsungan proses pembelajaran, proses
(kefasihan dalam pelapalan huruf, ini juga sekaigus menjadi alat ukur untuk
kelancaran dan intonasi yang tepat); melihat perkembangan dan kemampuan
2) Menterjemahkan teks yang dibaca santri dalam membaca.
tersebut secara harfiah dan jumlah. c. Tes kenaikan kelas. Test ini biasanya
5. Ketika petugas mempresntasikan dilakukan di akhir tahun ajaran dan
makranya, santri yang lain (mustami) dilakukan pada setiap kelas (kelas I, II dan
berusaha menyimak pada kitab masing- III). Test ini berfungsi untuk kenaikan
masing; kelas atau kenaikan Kitab yang akan dikaji.
6. Tanya jawab terkait dengan kaidah- Bentuk tesnya yaitu secara langsung
kaidah membacanya (fasohatul Qiraat) melalui lisan yaitu membaca Kitab yang
yaitu dari aspek ilmu sharaf dan telah dikaji, kemudian ditanya struktur
nahwunya; bahasanya (shorof dan nahwunya)
7. Tanya Jawab terkait pemahaman makna kemudian terjemah dan maksudnya. Jika
baik mufrodat, jumlah dan uslub; santri mampu menyelesaikan pertanyaan
8. Menjelaskan maksud keseluruhan dari gurunya maka memungkinkan akan naik
teks tersebut; kelas.
9. Relevansi maksud teks tersebut dengan d. Musabaqah, yaitu kegiatan lomba yang
persoalan yang muncul kekinian. sengaja digunakan untuk mengukur
10. Jika sudah berlangsung dialogis dan pembelajaran di pesantren. Musabaqah ini
dianggap sudah selesai, kemudian guru dikemas dalam bentuk kegiatan besar yang
meluruskan kesalahan serta menambah dikenal dengan istilah Al-Ihsan cup
pembahasan yang dipandang masih (kejuaraan pondok pesantren Al-Ihsan)
kurang. yang diselenggarakan setahun sekali.
Selain itu, evaluasi dalam bentuk
4) Evaluasi Pembelajaran musabaqah pun dilaksanaakn pada saat
Evalusi pembelajaran merupakan hal yang penyelenggaraan musabaqah qiraah al-
tidak dapat dipisahkan dalam proses kutub yang diselenggarakan oleh
pembelajaran kitab-kitab di pondok pesantren pemerintah mulai dari tingkat kabupataen
ini. Sebab evaluasi merupakan cara untuk sampai nasional. Dalam kegiatan MQK
mengukur tingkat keberhasilan dalam proses yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pembelajran. pondok pesantren ini berberan aktif
Secara umum, ada beberapa cara yang mengirimkan santri-santrinya yang kadang
ditempuh oleh pesanteren Al-Ihsan untuk disebar di berbagai kabupaten. Motifvasi
mengukur keberhasilan pembelajaran keatifan yang dibangun oleh pesantren
pemahaman kitab: adalah untuk mengukur kemampuan para
a. Test diagnostic yaitu tes untuk mengukur santrinya di ajang yang skalanya lebih
kemampuan dasar santri. Test ini besar. Momentuk MKQ bagi pesantren ini
dilakukan pada saat awal-awal penerimaan disambut dengan positif karena menjadi
santri baru yang fungsinya untuk salah satu sarana yang dapat memotivasi
mengukur tingkat kemampuan dasar santri bagi santri juga sekaligus sarana untuk
sekaligus bahan pertimbangan bagi mengevaluasi bagi pesantren. Melalui
pesantern dalam merumuskan kebijakan kegiatan MKQ ini terukur apakah santri Al-
terkait dengan materi ajar dan metode Ihsan mampu bersaing dengan lulusan
belajar yang akan diberikan. pesantren lain atau tidak.39
b. Tes membaca secara langsung pada proses
pembelajaran. Maksudnya pada tiap
39
pertemuan, guru seringkali menunjuk Wawancara dengan kabag akademiki (K.H.
Dindin Solahudin, M.A), pondok pesantren Alihsan.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114 109
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

Sedangkan untuk mengevaluasi Berdasarkan hasil wawancara dengan


keberhasilan peningkatan keterampilan pengurus OSPAI40, dapat digambarkan pola
membaca melalui model qiraah al-kutub, alat interaksi yang dibangun oleh pimpinan
ukurnya mengikuti ketentuan yang sudah pesantren –dalam bidang pembelajaran-
diterapkan dalam Musabaqoh Qiraah al- dengan santri yang lebih terbuka. OSPAI
Kutub (MKQ), yang mencakup kelancaran diposisikan sebagai mitra perumus dan
membaca (Fashahah al-Qira’ah), kebenaran pelaksana program akademik di pesantren
Membaca (Shihhah al-Qira’ah) dan yang diberikan kewenangan untuk
pemahaman makna (Fahm al-Ma’ani). merumuskan dan mengusulkan ide-ide atau
gagasan-gagasan terkait dengan peningkatan
5. Pola Interaksi Civitas Akademika pembelajaran pemahaman Kitab (Qiroatul
Pesantren dengan Peserta Didik Kutub). Dengan adanya pola interaksi seperti
(Kultur akademik) ini, bagi OSPAI menjadi sebuah tantangan
Yang dimaksud dengan pola interaksi sekaligus motivasi tersendiri untuk lebih aktifa
dalam hal ini adalah gambaran tentang gaya- dan progresif dalam pengembangan
gaya komunikasi dan sosialisasi civitas pembelajaran sejumlah kitab yang diberikan di
akademika dalam membangun kultur pesantren ini.
akademik. Pola interaksi ini termasuk Ketika peneliti melakukan observasi
komponen model pembelajaran karena di tentang kultur santri dalam mengikuti kegiatan
dalamnya ada keterkaitan bahkan pembelajaran, peneliti melihat bahwa
mempengaruhi terhadap pencapaian keikutsertaan santri dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. pembelajaran Qiraah al-Kutub, baik pada
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, proses pengajian yang sudah terjadwalkan
ada beberapa persoalan terkait dengan gaya atau pun di luar jam yang sudah disediakan-
komunikasi dan interaksi pimpinan dipengaruhi oleh pola interaksi civitas
pesantren, kepengurusan, guru-guru dan akademika yang lebih mengakui dan
santri yang dibangun. Diantaranya adaalah memposisikan santri sebagai mitra pelaksana
keterbukaan kiyai dalam menerima masukan- program.
masukan dan saran-saran dari santrinya. Model ini berbeda dengan keumuman
Seiring dengan kondisi santri yang umumnya pesantren lainnya yang lebih menunjukan pola
adalah para mahasiswa, dimana tingkat interaksi yang tertutup terutama dalam
pemikirannya sudah dipandang dewasa maka kebijakan pesantren, dimana santri hanya
pola interaksi yang dibangun dalam berperan sebagai sasaran pelaksana program
membangun lingkungan akademik pun lebih yang tidak diberikan keweanagan
bersifat kekeluargaan dan kemitraan. Dalam pengembanagn ide-ide kreatifitas mereka.
sejumlah kebijakan terutama terkait dengan Selain itu, peraturan-peraturan yang
program akademik terutama dalam proses dibangun di pesantren ini sangat fleksibel
pembelajaran, santri ikut berperan serta (tidak terlalu ketat tapi juga tidak terlalu
dalam merumuskan kebijakan seperti bebas). Di satu sisi memang fleksibelitas
penentuan materi (kitab) yang akan dikaji, peraturan menyebabkan santri tampak
metode pembelajaran, ustad/ guru, kelihatan bebas untuk melanggar peraturan.
pembentukan program kegiatan santri (UKS),
40
dan perumusan kegiatan akademik lainnnya. OSPAI merupakan singkatan dari Organisasi
Dengan pola ini, diharapkan santri dapat Santri Pesantren Al-Ihsan. OSPAI merupakan
organisasi tertinggi di tingkat pengurusan santri yang
berperan aktif dan bertanggung jawab dalam
merupakan pelaksana dari program pimpinan pesantren.
pelaksanaan pembelajaran di pesantren. Pengurus OSPAI dipilih dari para santri (mahasiswa)
dengan proses panjang dan selektif sehingga diperoleh
jajaran pengurus yang berkualitas. Wawancara
Wawancara dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober dilakukan terhadap ketua OSPAI (Ahmad Afandi) pada
2015. tanggal 10 Oktober 2016.

110 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

Namun demikian di sisi lain fleksibelitas ini yang baik sebagai bentuk apresiasi bagi santri
memberikan kesempatan bagi para santri dalam upaya peningkatan pembelajaran qiraat
untuk menjalankan peraturan yang ada al-kutub Diantara pemberlakuan pesantren
berdasarkan kesadaran bukan perasan takut. terhadap santri yang berprestasi adalah
Fleksibelitas peraturan sebagaimana sebagai berikut:
ditegaskan oleh pimpinan pesantren41, 1) Diangkat menjadi tenaga pengajar (guru)
dimaksudkan untuk memberikan pelajaran tutor sebaya
kepada para santri bahwa menjalankan 2) Pemberian beasiswa berupa pembebasan
peraturan yang ada adalah karena melihat biaya bulanan (syahriyyah).
aspek kebaikan bukan karena perasaan takut 3) Memberikan kesempatan untuk tampil di
pada kiyai. Jika santri didoktrin untuk masyarakat misalnya diberikan jadwal
melaksanakan peraturan yang ada, bisa jadi pengajian ibu-ibu majelis ta'lim, memimpin
mereka menjalankan peraturan itu bukan acara di masyarakat, mengisi kegiatan
karena kesadaran bahwa itu memang harus lainnnya;
dilakukan melainkan karena ada perasaan 4) Diberikan kesempatan (difasilitasi) untuk
takut. Dan hal ini tentu yang tidak diharapkan menjadi kompetetor dalam berbagai event
oleh cita-cita pesantren Alihsan. perlombaan seperti MTQ dan MKQ serta
Dalam konteks pembelajaran, ketika kiyai perlombaan lainnnya.
/ gurunya tidak hadir pesantren memberikan 5) Diberikan kesempatan untuk bersama-sama
kesempatan kepada santri untuk maju ke bekerja di bidang usaha yang
depan mengisi dan menggantikan peran dikembangkan oleh pesantren seperti BMT
gurunya. Bahkan beberapa guru ada yang dan travel wisata.
memberikan kotrak belajar dengan santri jika 6) Bahkan yang lebih istimewa sebagai
gurunya telat 15 menit, maka boleh maju bentuk hadiah dari pimpinan pesantren
salah satu santri di kelas tersebut untuk adalah "diberikan" jodoh/ pasangan untuk
mengisi dan melanjutkan hanca kiyai, dan kemudian ditikahkan. Tradisi ini di pondok
jika kiyai itu dating kemudian ia mundur dan pesantren dikenal dengan "sunnah alihsan"
dilanjutkan oleh kiyainya. yaitu tradisi baik yang dikembangkan oleh
Peneliti melihat bahwa pola-pola interaksi Al-Ihsan melalui pernikahan sesama
seperti ini karena dipengaruhi oleh gaya pesantren (santri putra dan santri putri
kepemimpinan kiyai itu sendiri beserta para dalam satu pesantren alihsan). Berdasarkan
guru yang dalam perspektif peneliti lebih hasil wawancara dengan pimpinan
mengedepankan sifat keterbukaan, pesantren, tiap angkatan hamper 3
kebersamaan, kemitraan dan pemberdayaan pasangan yang menikah sesama santri dan
santri. direstui (dipasangkan) oleh pimpinan
6. Apresiasi Pesantren terhadap Santri pesantren.42 Sedangkan hukuman yang
Yang dimaksud dengan pemberlakuan diberikan kepada santri yang tidak disiplin
santri dalam hal ini adalah bagaimana upaya-
upaya guru dalam mengapresiasi santri atas 42
Terkait dengan sunnah pesantren dalam hal
capaiannya dalam proses pembelajaran.
perjodoan ini telah diadakan penelitian oleh mahasiswa
Dalam konteks penelitian model S1, dan dari hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
pembelajaran, apresiasi guru terhadap santri keluarga yang dibangun oleh restu kiyai (melalui tradisi
pelu dikaji dan dianalisis, karena "sunnah" ini) mendapatkan respon positif dari para
mempengaruhi terhadap tingkat keberhasilan pelakunya karena betul dalam sejarah perjalanan
membangun bahtera keluarganya ada mukafaah.
pembelajaran. Terkait dengan hal ini, pondok
Sehingga konflik internal keluarganya terasa lebih bisa
pesantren Alihsan memiliki beberapa tradisi terurai dan minim. Lihat Skripsi, tentang pengaruh
tradisi "sunnah" pesantren al-ihsan (perjodoan),
terhadap perujudan keluarga Islam (telaah syariat
41
Wawanara dilakukan pada tanggal 15 Oktober penikahan dalam fiqih nikah) Awaludin, jurusan AS
2016. Fakultas Syariah UIN SGD Bandung. 2013.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114 111
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

atau yang melanggar, di pesantren Al- Secara empirik peneliti menemukan bahwa
Ihsan ini sama dengan pesantren pada transformasi model terjemah Kitab dari
umumnya yaitu diberikan beberapa perkata menjadi perkalimat serta metodologi
pendekatan mulai dari sanksi akademik, pembelajaran dari teacher centre menjadi
sangsi sosial ditegur, dipanggil untuk student centre sangat dipengaruhi oleh SDM
dilakukan pembinaan serta dikembalikan tenaga pengajar yang kompeten.
kepada orang tuanya (dikeluarkan). Selain tenaga pendidik, tenaga
7) Dengan adanya pemberlakuan yang kependidikan pun (pengelola pesantren)
berbeda ini, diharapkan terbangun kultur memiliki daya dukung yang tinggi.. Dengan
kesadaran semangat mengaji dan adanya pemetaan struktur pengelolaan yang
mengembangkan potensi santri di pondok merata, mulai dari peran sesepuh pesantren,
pesantren ini. peran kiyai (pimpinan pesantren), kepala
7. Sumber Daya yang Dimiliki oleh bagian akademik dan kesantrian yang masing-
Pesantren. masing diemban oleh tenaga professional
Yang dimaksud dengan sumber daya sehingga menjadi daya dukung terhadap
dalam hal ini adalah sumber pendukung pencapaian pembelajaran. Selain itu,
utama dalam pencapaian tujuan manajemen keorganisasian santri yang
pembelajaran, yang dalam hal ini mencakup terkelola dengan baik (sistemnya berjalan)
Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber sehingga pembelajaran itu menjadi syawahid
Daya Alam (SDA). keseluruhan civitas akademik pesantren. Maka
1. Sumber Daya Manusia (pengajar dan tidak heran jika pembelajaran pun berjalan
pengelola). sesuai sistem tanpa harus dikomando dan
Berkaitan dengan sumber daya manusia, ditungguin oleh kiyai.
pondok pesantren Al-Ihsan merupakan salah 2. Fasilitas belajar
satu pondok pesantren yang memiliki daya Dari aspek fasilitas belajar, di pesantren ini
dukung SDM tinggi. Kualitas SDM yang belum terlihat sesuatu yang lebih/ istimewa
tinggi ini, setidaknya bisa dilihat dari dua jika dibandingkan dengan pesantren lainnya.
aspek: pertama, latar belakang pendidikan Di pesantren ini sekalipun para santrinya
formal pengajar yang rata-rata berpendidikan dibebaskan memiliki dan membawa sarana
tinggi (S1, S2 bahkan S3) baik di dalam belajar ke pesantren (tidak dilarang) seperti
negeri maupun luar negeri; kedua, leptop, netbook dan tablet, namun demikian
pengalaman kerja / karir para ustad yang dalam pembelajaran terutama pemahaman
begitu luas dan banyak, selain sebagai guru Kitab-kitab masih belum menggunakan
di pesantren juga sebagai teaga pengajar di fasilitas tersebut. Adapun fasilitas belajar yang
perguruan tinggi (dosen). Luasnya digunakan masih berbasis tradisional dan
pengalaman pendidikan formal dan sederhana yaitu berupa kelas belajar yang di
pengalaman kerja ini memberikan pengaruh dalamnya ada papan tulis, spidol dan
terhadap metodologi pembelajaran yang penghapus.
diterapkan oleh para ustadz di pesantren ini Situasi seperti di atas, menurut pengamatan
semakin kaya dan pariatif. Inovasi-inovasi peneliti tidak lepas dari cara berpikir pimpinan
pebelajaran di pesantren sangat tampak pesantren yang memiliki pemikiran bahwa
karena dipengaruhi oleh pengalaman para modernisasi bukan bergantung pada media
ustadz di luar. Misalnya munculnya inovasi pembelajaran. Dengan perangkat yang
pembelajaran pemahaman Kitab berbasis sederhana, tetapi memiliki tenaga
Qiraah al-Kutub ini muncul karena dibawa pengajaryang berkualitas akan melahirkan
oleh pengalaman para gurunya dari luar kualitas belajar yang memuaskan.
(ketika menjadi dewan hakim MKQ) yang 3. Keuangan
kemudian diterapkan di pondok pesantren. Bagaimanapun, menurut analisis peneliti
bahwa keberhasilan pembelajaran pemahaman

112 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

Kitab-kitab yang diselengarakan di pesantren yang begitu besar kepada santrinya yaitu
ini juga karena dipengaruhi oleh anggaran berupa penghargaan bagi santri yang
biaya yang memadai. Ketercukupan biaya berprestasi misalnya diberikan beasiswa bebas
penyelengaraan pembelajaran dan bayaran (syahriyyah), dilibatkan dalam
pengelolaan pesantren, mulai dari biasa pengajaran (diangkat jadi ustadz), dilibatkan
oprasional pembelajaran, sarana dan dalam dunia kerja di luar pesantren
prasarana, juga termasuk honorarium guru (membantu travel dan BMT), serta diberikan
dan pengelola memberikan pengaruh besar kesempatan untuk jadi kompetetor dalam
terhadap pencapaian pembelajaran. Di musabaqoh Qiraah al-Kutub dan musabaqah
beberapa pesantren, masih sering Kita tilawatil Quran. Sedangkan bagi santri yang
temukan bahwa tidak meningkatnya bermasalah (nakal), pesantren pun
pembelajaran itu disebabkan oleh memberlakukan semacam hukuman mulai
ketidakmampuan dari aspek ekonomi. Karena sanksi sosial, pemanggilan serta pembinaan
ketidakberdayaan dalam aspek ekonomi mental, serta hukuman yang lebih berat yaitu
maka pesantren pun susah melakukan dikeluarkan dari pondok pesantren.
inovasi-inovasi dan perubahan-perubahan itu. Keempat, Keberhasilan santri dalam
Lain halnya dengan pesantren Al-Ihsan, - kemahiran membaca (mahārat al-Qira'ah)
sekalipun tidak begitu besar jika teks-teks bahasa Arab (khsusunya Tafsir)
dibandingkan dengan pesantren lainnnya- didukung pula oleh SDM yang memadai
namun keuangan tersebut tercukupi. seperti tenaga pengajar yang kompeten baik
dari aspek pendidikan maupun pengalaman
C. SIMPULAN profesinya (rata-rata pendidikannnya S2 dan
Setelah dilakukan penelitian dengan profesinya dosen di kampus).
menggunakan metode metode deskriptif
analitik dengan instrumen data observasi,
wawancara dan studi dokumentasi maka DAFTAR PUSTAKA
diperoleh hasil penilitian sebagai berikut:
Pertama, model pembelajaran Qira'ah al- Anwar, Rosihon, Dadang Darmawan, and
Kutub di pesantren Al-Ihsan memiliki Cucu Setiawan. “Kajian Kitab Tafsir
komponen-komponen pembelajaran Dalam Jaringan Pesantren Di Jawa Barat.”
sebagaimana umumnya seperti bahan ajar, Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial
pendekatan, metode, teknik dan evaluasinya. Budaya 1, no. 1 (2016): 56–69.
Dan dalam pelaksanaanya keseluruhan Asrohah, tt. Pelembagaan Pesantren Asal usul
komponen tersebut sudah terumuskan dan dan Perkembangn Pesantren Di Jawa.
relevan dengan tujuan pembelajaran yaitu Azra, Azyumardi. 2002. Pendidikan
untuk pengembangan kemahiran membaca Islam;Tradisi dan Modernisasi Menuju
(mahārat al-Qira'ah). Milenium Baru, Jakarta: Logos.
Kedua, keberhasilan santri dalam Badri Khaeruman. “Al Qardawi Dan Orientasi
membaca teks-teks bahasa Arab khususnya Pemikiran Hukum Islam Untuk Menjawab
Kitab Tafsir, dipengaruhi juga oleh pola Tuntutan Perubahan Sosial.” Wawasan:
interaksi civitas pesantren yang lebih terbuka Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1,
dan kekeluargaan dalam merumuskan no. 2 (2016): 227–38.
program pembelajaran dan pelayanan Fatmawati. “Inter-Religious Relations In The
lainnya. Sehingga santri terdorong lebih aktif Period Of Prophet Muhammad.” Al-Albab
dan bertanggung jawab dalam pengembangan 5, no. 2 (2016): 175–93.
potensinya. Hamidah. 2015. Kemampuan membaca teks
Ketiga, dalam menunjang keberhasilan bacaan berbahasa Arab. Jurnal Studi
dalam keterampilan membaca (maḫārat al- Agama dan Masyarakat, vol. 2 No. 2
qirāat), pesantren pun memberikan apresiasi Desember 2015.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114 113
Eman Sulaeman Model Pembelajaran Qiraah Al-Kutub untuk
Peningkatan Keterampilan Membaca Kitab Tafsir

Hanifah, Umi. “Penerapan Model Paikem Nata, Abuddin. 2001. Sejarah Pertumbuhan
Dengan Menggunakan Media Permainan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga
Bahasa Dalam Pembelajaran Bahasa Pendidikan Islam Di Indonesia,
Arab.” Jurnal at-Tajdid 5, no. 2 (2016): Yogyakarta: Grasindo
301–30. Putra, Afriadi. “Pemikiran Hadis KH. M.
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Hasyim Asy‟ari Dan Kontribusinya
Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Terhadap Kajian Hadis Di Indonesia.”
Remaja Rosda Karya. Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial
Hikmawati, Fenti. “Islamic Counselling Budaya 1, no. 1 (2016): 46–55.
Model to Increase Religious Commitment Ratni Bt. H. Bahri, Pengembangan Materi
(Study of Students at the University UIN Pembelajaran Membaca dalam
Bandung).” International Journal of Pembelajaran bahasa Arab di Perguruan
Nusantara Islam 1, no. 1 (2013): 65–81. Tinggi di era Globalisasi. TADBIR: Jurnal
Iskandar, Syahrullah. “Studi AlQuran Dan Manajemen Pendidikan Islam. Vol. 3 No.
Integrasi Keilmuan: Studi Kasus UIN 1. Februari 2015.
Sunan Gunung Djati Bandung.” Sujana, Nana Sujana dkk. 1989. CBSA dalam
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar.
Sosial Budaya 1, no. 1 (2016): 13–14. Tu'aimah, Rusydi Ahmad. 1989. Ta'lim al-
Kementrian Agama Prov. Jabar. 2015. Arabiyah li Ghair al-Nathiqîna
Pedoman MKQ Tkt. Prov Jabar tahun biha;Manāhijuhu wa Asālibuhu, Rabat: al-
2015 (Bandung: Kanwil Kemanag Prov Munazhamah al-Islamiyah li-al-Tarbiyah
Jabar). wa al'Ulum wa al-Tsaqafah
Majid, Nurcholish. 1998. Bilik-bilik Utami. “Community In Dividing The
Pesantren; Sebuah potret perjalanan. Inheritance Amicably (Study in Palangka
Jakarta: Gramedia. Raya City Jekan Raya Districts).” Jurnal
Maslani, 2009. Qiroatul Kutub. (Jakarta: Studi Agama Dan Masyarakat 10, no. 2
Dirjend Pendis Kemenag RI.) (2016): 275–99.
Masripah. “Indonesian Islamic Women Zaini, Ahmad. 2010. Keterampilan Membaca
Movement (A Case Study of Bkswi West Kitab Kuning (Jogjakarta: Madina).
Java).” International Journal of
Nusantara Islam 1, no. 2 (2013): 9–21.
Nasution, 1999. Metode Penelitian,
Bandung: Diponegoro.

114 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 99-114

Anda mungkin juga menyukai