DISUSUN OLEH :
2. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami hipertermi
menurut SDKI (2017) adalah :
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker dll)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolisme
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan
3. Patofisiologi & Pathway
Hipertermi adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh
dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab hipertermi, ada
yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen
eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan
reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).Pirogen selanjutnya
membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh
untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus
pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi
menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas, inilah yang
menimbulkan hipertermi.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu
yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya
dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
Infeksi
Prostaglandin
Hipertermi
4. Manifestasi Klinik
Berikut beberapa tanda dan gejala menurut SDKI (2017) :
a. Kulit merah
b. Kejang
c. Takikardia
d. Takipnea
e. Akral hangat
Fase I : awal
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga
set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi
pengeluaran panas.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Trombositopenia
b. Hemoglobin meningkat
c. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
d. Hasil kimia darah menunjukkan hipoproteinemia & hiponatremia
7. Komplikasi
a. Kerusakan sel-sel jaringan
b. Kematian
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas :
pengumpulan data, analisa data, merumuskan masalah, anilsa masalah.
a. Data Subjektif
1) Pasien mengeluh panas
2) Pasien mengatakan badannya terasa lemas/lemah
b. Data Objektif
1) Suhu tubuh >37oC
2) Takikardia
3) Mukosa bibir kering
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai
dengan suhu tubuh pasien >37oC, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas
cepat.
b. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder
terhadap usia yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan
pusing.
c. Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitas
yang berat yang ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan pasien panas,
dehidrasi dan mukosa bibir kering.
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan
tujuan , tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien
berdasarkan analisa pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan/
keperawatannya (Azis, 2014).
Tahap awal perencanaan adalah prioritas masalah. Prioritas masalah
berdasarkan mengancam jiwa pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas.
a. Prioritas masalah
1) Hipertermi
b. Tujuan
Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah
hipertermi teratasi.
c. Kriteria hasil
1) Menunjukkan penurunan suhu tubuh
2) Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
3) Pasien tampak tidak lemas
4) Mukosa bibir lembab
d. Rencana Tindakan
NO INTERVENSI NO RASIONAL
1 Observasi keadaan umum pasien 1 Mengetahui perkembangan keadaan
umum dari pasien
2 Observasi tanda-tanda vital pasien 2 Mengetahui perubahan tanda-tanda
vital pasien
3 Anjurkan pasien untuk banyak minum 3 Mencegah terjadinya dehidrasi
sewaktu panas
4 Anjurkan pasien untuk banyak istirahat 4 Meminimalisir produksi panas yang
diproduksi oleh tubuh
5 Anjurkan pasien untuk memakai pakaian 5 Membantu mempermudah penguapan
yang tipis panas
6 Beri kompres hangat di beberapa bagian 6 Mempercepat dalam penurunan
tubuh produksi panas
7 Beri Health Education ke pasien dan 7 Meningkatkan pengetahuan dan
keluarganya mengenai pengertian, pemahaman dari pasien dan
penanganan, dan terapi yang diberikan keluarganya
tentang penyakitnya
8 Kolaborasi/ delegatif dalam pemberian 8 Membantu dalam penurunan panas
obat sesuai indikasi, contohnya :
paracetamol
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan
keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan, yaitu :
a. Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal (36,5-37,4oC)
b. Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
c. Pasien tampak tidak lemas
d. Mukosa bibir lembab
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.3. Jakarta
: EGC.
SDKI, DPP & PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan
indikator diagnostik. Edisi 1 cetakan III. Jakarta: DPPPPNI