Anda di halaman 1dari 6

Eksperimen Kerja 6 Jam per Hari: Tim Jadi

Lebih Bahagia dan Produktif

 Steve Glaveski4:00 PM on Feb 4, 2019





o
0
o
o
o
o
Sejak disahkan dalam Fair Labor Standards Act pada tahun 1938,
rutinitas kerja mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore telah menjadi ciri khas
dunia kerja. Sebelum itu, serikat buruh Amerika Serikat harus berjuang
selama beberapa dekade untuk menghapus kondisi kerja yang tidak
manusiawi, seperti dialami para pekerja pabrik dan bahkan anak-anak
berusia enam tahun di tambang batu bara.

Delapan dekade kemudian, sifat pekerjaan telah berkembang sangat


pesat dari sistematis dan berurutan, menjadi heuristik (tanpa aturan
baku, memecahkan masalah lewat serangkaian uji coba) dan menuntut
pemikiran kritis. Meski demikian, sebagian besar perusahaan modern
masih dirancang untuk mengelola waktu.

Hal ini ditentang Adam Grant, psikolog organisasional dan penulis buku
laris versi New York Times. Ia menulis, “Makin kompleks dan kreatif
suatu pekerjaan, makin mustahil orang-orang bisa memberi perhatian
pada waktu.”

Bagaimana organisasi modern menyabotase produktivitas


Agar bisa berkinerja tinggi, pekerja kreatif dan heuristik perlu masuk
dalam “flow”, yaitu kondisi di mana tingkat konsentrasi orang berada
pada puncaknya. Ini adalah model yang dicetuskan oleh Mihaly
Csikszentmihalyipada tahun 1975, dan lebih dikenal oleh kebanyakan
orang sebagai “zone” atau “fokus”. Konsultan manajemen, McKinsey and
Co, menyatakan bahwa jajaran eksekutif perusahaan menjadi lima kali
lebih produktif saat mereka berada dalam kondisi flow (tengah
berkonsentrasi penuh).

Namun, perusahaan modern justru menghambat para


pekerjanya berkonsentrasi penuh dan jadi produktif dengan menuntut
tingkat kehadiran dan respons karyawan yang tak realistis. Mereka juga
tak merasa bersalah jika mengundang karyawan dalam rapat panjang
tanpa tujuan jelas.

BACA JUGA
Menemukan, mengembangkan, dan mempertahankan karyawan ideal dalam
perusahaan

Para karyawan berada dalam kondisi selalu siaga, sehingga mereka


memeriksa email masing-masing 74 kali dalam satu hari. Para eksekutif
bukannya berkonsentrasi penuh dalam pekerjaan mereka, tetapi malah
sibuk membersihkan inbox email, menanggapi pesan-pesan yang muncul
di komputer dan ponsel, serta bepergian jauh untuk menghadiri rapat.

Cal Newport, penulis buku Deep Work: Rules for Focused Success in a
Distracted World, berkata bahwa “3-4 jam kerja yang tanpa gangguan
dan berlangsung terus-menerus (terkonsentrasi penuh) setiap hari
adalah yang diperlukan untuk melihat perubahan signifikan dalam
produktivitas dan hidup.” Melakukan pekerjaan “dangkal” selama
berjam-jam bukan berarti menggantikan kebutuhan bekerja
dengan konsentrasi penuh tanpa gangguan.

Jason Fried, salah satu co-founder Basecamp, menyetujui hal itu.


Dalam podcast Future Squared ia berkata, “Jika kamu tidak bekerja
dengan konsentrasi penuh selama empat jam dalam satu hari, bekerja
lebih panjang tak akan bisa menebusnya. Bekerja lebih lama di kantor
bukan berarti menyelesaikan lebih banyak tugas.”

Eksperimen pukul 9 pagi hingga 3 sore

Setelah melakukan eksperimen jam kerja dari pukul 9 pagi hingga 3 sore
selama dua minggu dengan tim saya di akselerator inovasi Collective
Campus, saya bisa mengonfirmasi bahwa kami mendapatkan hasil positif.
Tim kami sama produktif—atau bahkan lebih—daripada jam kerja
standar. Para partisipan dalam kegiatan eksperimen juga melaporkan
kondisi mental yang lebih baik.

Jika kamu merupakan seorang manajer tim dengan sumber daya


terbatas, luangkan waktu sejenak untuk merenungkan teknik
produktivitas berikut. Ingat: sebagai pemimpin, tugas kamu adalah
hasil nyata, bukan ilusi semata.

1. Prioritaskan: Identifikasi dan hanya lakukan pekerjaan-pekerjaan


bernilai tambah yang mendekatkan perusahaan ke tujuan.
2. Potong: Terapkan prinsip kaizen (perbaikan terus-menerus) dan potong
pemborosan dari bisnis. Ini mencakup berhenti mengadakan rapat berjam-
jam yang tidak perlu, juga perbaikan cepat penuh manfaat seperti
mematikan notifikasi pesan.
3. Automasi: Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin dan berurutan
seharusnya dapat diselesaikan dengan algoritme. Lakukan otomatisasi
pada semua pekerjaan tersebut.
4. Outsource: Jika otomatisasi tugas-tugas dasar terlalu sulit, delegasikan
atau lakukan outsourcing. Fokuskan upaya kamu dan tim pada pekerjaan
bernilai lebih dari Rp1 juta per jam, bukan Rp100.000 per jam.
5. Tes: Jika kamu bisa mengukurnya, maka kamu bisa mengelolanya. Hindari
analisis berlebihan dan terburu-buru mengambil kesimpulan (keduanya
bisa merugikan perusahaan dengan menghilangkan sangat banyak
produktivitas) lewat pengujian asumsi-asumsi utama yang menopang
keputusan kamu.
6. Mulai: Entah mengerjakan hal tersulit terlebih dahulu, mengkhususkan
pagi hari untuk berkonsentrasi penuh tanpa gangguan, atau menggunakan
teknik Pomodoro, manfaatkan satu dari beragam pemicu untuk membuat
kamu fokus dalam pekerjaan.

Atur ulang ekspektasi

Hal terpenting yang saya dengar dari para karyawan adalah, meski
mereka ingin jadi produktif dan menerapkan teknik-teknik ini, mereka
tidak bisa melakukannya karena manajemen perusahaan telah
menetapkan ekspektasi yang tidak realistis.

Jika kamu benar-benar ingin para anggota tim melakukan pekerjaan


terbaik dan menjalani kehidupan terbaik masing-masing, izinkan mereka
untuk tidak langsung merespons. Di sisi lain, larang siapa pun
menginterupsi orang lain tanpa alasan yang jelas.

Lakukan komunikasi tidak serentak, baik lewat email ataupun aplikasi


perpesanan, guna mendorong orang-orang agar merespons pada waktu
yang tak mengganggu masing-masing pihak.
BACA JUGA
Manfaat kegiatan team building bagi perusahaan

Terlepas dari norma konvensional yang ada, kebanyakan hal tidak


memerlukan respons instan. Memberikan lebih banyak kendali pada
orang-orang atas pekerjaan mereka juga termasuk faktor kunci dalam
memerangi tekanan di tempat kerja.

Dalam jangka panjang, membina tempat kerja di mana orang-orang bisa


berkonsentrasi penuh tanpa gangguan tak hanya membuat mereka lebih
produktif, tetapi juga bisa meningkatkan angka penghasilan, keterlibatan
dan retensi karyawan, serta memberi mereka lebih banyak waktu untuk
menikmati hidup.

Anda mungkin juga menyukai