BAIK (CPOB)
“PRODUKSI”
DOSEN PENGAMPU
Drs. Wahidin Msi, Apt
Disusun oleh
Kelompok 6
Dalam CPOB terdapat aspek pokok pembuatan obat, yakni bahan baku
yang dipakai (material), prosedur atau metode (method), kondisi lingkungan
(milieu), alat dan mesin (machines) dan sumber daya manusia (man). Unsur-unsur
ini harus selalu terkendali dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri
sendiri.
1.2. Tujuan
farmasi.
1.3. Manfaat
4. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab Pengawasan Mutu,
Produksi, dan Pemastian Mutu.
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang
kefarmasian.
2.1.3 Pencabutan izin usaha industri farmasi
4. Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai
dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk
(BPOM, 2012).
CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu. Persyaratan dasar dari
CPOB adalah:
a) semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah
ditetapkan;
b) tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi;
c) tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk: personil
yang terkualifikasi dan terlatih; bangunan dan sarana dengan luas yang memadai;
peralatan dan sarana penunjang yang sesuai; bahan, wadah dan label yang benar;
prosedur dan instruksi yang disetujui; dan tempat penyimpanan dan transportasi
yang memadai.
d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang
tersedia;
e) operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar;
f) pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam
prosedur dan instruksi yang ditetapkan benarbenar dilaksanakan dan jumlah serta
mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan
dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;
g) catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk yang
mudah diakses;
h) penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap
mutu obat;
i) tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran; dan j)
keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu diinvestigasi serta
dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan pengulangan kembali
keluhan.
CPOB merupakan pedoman yang harus diterapkan dalam seluruh rangkaian
proses di industri farmasi dalam pembuatan obat jadi, sesuai dengan keputusan
Menteri Kesehatan RI No.43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat yang
Baik. Pedoman CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten,
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya
(BPOM, 2012)
CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Pada proses
pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat penting untuk menjamin
bahwa obat yang bermutu tinggi tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus
dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus
dibentuk ke dalam produk tersebut (to build quality into the product). Mutu obat
tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi, pengendalian mutu,
bangunan, peralatan yang dipakai, serta personel yang terlibat. Oleh karena itu,
Pemastian Mutu suatu obat hendaknya dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan
dipantau secara cermat (BPOM, 2012).
1. Manajemen Mutu
2. Personalia
3. Bangunan dan Fasilitas
4. Peralatan
5. Sanitasi dan Higiene
6. Produksi
7. Pengawasan Mutu
8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
9. Penanganan Keluhan terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk
10. Dokumentasi
11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
12. Kualifikasi dan Validasi
2.2.1 Produksi
PRINSIP
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
UMUM
6.1 Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
6.2 Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau
instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
6.3 Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan
kesesuaiannya dengan pemesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dan
bilamana perlu diberi penandaan dengan data yang sesuai.
6.4 Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan
terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada
Bagian Pengawasan Mutu.
6.5 Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau
administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus
untuk pemakaian atau distribusi.
6.6 Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti penerimaan bahan
awal.
6.7 Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada kondisi
yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur sedemikian agar ada
pemisahan antar bets dan memudahkan
rotasi stok.
6.8 Pemeriksaan jumlah hasil nyata dan
rekonsiliasinya hendaklah dilakukan
sedemikian untuk memastikan tidak ada
penyimpangan dari batas yang telah
ditetapkan.
6.9 Pengolahan produk yang berbeda
hendaklah tidak dilakukan secara
bersamaan atau bergantian dalam ruang
kerja yang sama kecuali tidak ada risiko
terjadinya campur baur ataupun
kontaminasi silang.
6.10 Tiap tahap pengolahan, produk dan
bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba atau pencemaran
lain.
6.11 Bila bekerja dengan bahan atau produk
kering, hendaklah dilakukan tindakan
khusus untuk mencegah debu timbul
serta penyebarannya. Hal ini terutama
dilakukan pada penanganan bahan yang
sangat aktif atau menyebabkan
sensitisasi.
6.12 Selama pengolahan, semua bahan,
wadah produk ruahan, peralatan atau
mesin produksi dan bila perlu ruang kerja
yang dipakai hendaklah diberi label atau
penandaan dari produk atau bahan yang
sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan
nomor bets. Bila perlu, penandaan ini
hendaklah juga menyebutkan tahapan
proses produksi.
6.13 Label pada wadah, alat atau ruangan
hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan
dengan format yang telah ditetapkan.
Daftar Pustaka