Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Etika .......................................................................................................... 4
2.2 Etika Pancasila ............................................................................................................ 4
2.3 Pancasila sebagai solusi masalah bangsa seperti korupsi, kerusakan lingkungan, dan
dekadensi moral...................................................................................................................... 7
BAB III .................................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 13
3.2 Saran .......................................................................................................................... 13

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan begitu banyak terimakasih atas uluran tangan dan bantuan yang berasal dari
pihak yang bersedia berkontribusi bersama, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Penddidikan Pancasila yang telah di
berikan kepada kelompok kami. Makalah ini memuat materi tentang ”Pancasila sebagai
Sistem Etika” yang telah kami pelajari sedemikian rupa guna memberikan penjelasan kepada
semua pihak yang membaca.

Semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu bagi para pembaca,
sehingga untuk kedepannya kami sanggup memperbaiki bentuk maupun tingkatan isi dan
materi makalah menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, kami berharap saran dan kritik yang
membangun jika terdapat kesalahan dan keterbatasan materi demi kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih.

Jimbaran, 30 Oktober 2019

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia yang memegang peranan penting
dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia salah satunya adalah “Pancasila sebagai
Sistem Etika”.

Pancasila memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa Indonesia
sehingga bangsa Indonesia dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradab di dunia.
Kecenderungan menganggap acuh dan sepele akan kehadiran Pancasila diharapkan dapat
ditinggalkan, karena Pancasila wajib diamalkan oleh Warga Negara Indonesia. Alasan lain
adalah karena bangsa yang besar adalah bangsa yang beradab. Pembentukan etika bukan hal
yang susah dan gampang untuk dilakukan, karena etika berasal dari tingkah laku, perkataan,
perbuatan, serta hati nurani kita masing – masing.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Etika ?


2. Apa yang dimaksud dengan Etika Pancasila ?
3. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai solusi masalah bangsa seperti
korupsi, kerusakan lingkungan, dan dekadensi moral ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Etika.


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Etika Pancasila.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai solusi
masalah bangsa seperti korupsi, kerusakan lingkungan, dan dekadensi moral.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika

Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan suatu
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika
adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.

Kedua kelompok etika yaitu :

1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap


tindakan manusia. Pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya
membicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan manusia, serta system
nilai apa yang terkandung didalamnya.
2. Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika
individual) maupun makhluk sosial (etika sosial). Etika khusus dibagi menjadi
dua macam yaitu :
a. Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap dirinya
sendiri dan dengan kepercayaan agama yang dianutnya serta kewajiban
dan tanggung jawabnya terhadap Tuhannya.
b. Etika Sosial, membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi
dalam hubungannya dengan manusia, masyarakat, bangsa dan Negara.

2.2 Etika Pancasila

Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-
nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan
nilai keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentanan dengan
nilai-nilai Pancasila tersebut. Nilai-nilai Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai
yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia,

4
namun sebenarnya juga nilai-nilai yang bersifat universal dapat diterima oleh siapa pun dan
kapan pun. Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam
kehidupan manusia.

1. Nilai Ketuhanan
Secara hierarkis, nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena
menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai
ini (nilai ketuhanan). Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan
dengan nilai, kaidah, dan hukum Tuhan. Pandangan demikian secara empiris bisa
dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaidah, dan hukum Tuhan,
baik itu kaitannya dengan hubungan kasih sayang antarsesama, akan menghasilkan
konflik dan permusuhan. Dari nilai ketuhanan menghasilkan nilai spiritualitas,
ketaatan, dan toleransi. (Ngadino Surip, dkk, 2015: 180).

2. Nilai Kemanusiaan
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pancasila adalah keadilan dan keadaban.
Keadilan mensyaratkan keseimbangan, antara lahir dan batin, jasmani dan rohani,
individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terikat hukum-
hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan keunggulan manusia dibanding dengan
makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, dan benda tak hidup. Karena itu, suatu
perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban. Dari nilai kemanusiaan menghasilkan
nilai kesusilaan contohnya seperti tolong menolong, penghargaan, penghormatan,
kerja sama, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 180)

3. Nilai Persatuan
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat pesatuan dan
kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan perbuatan yang tidak baik,
demikian pula sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin seseorang
seakan – akan mendasarkan perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun apabila
perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan maka menurut pandangan
Etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik. Dari nilai persatuan menghasilkan

5
nilai cinta tanah air, pengorbanan, dan lain – lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015:
180)

4. Nilai Kerakyatan
Dalam kaitan dengan kerakyatan ini, terkandung nilai lain yang sangat
penting, yaitu nilai hikmat atau kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata hikmat
atau kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan
tertinggi. Atas nama mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu kalah
dibandingkan dengan pandangan mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya pada
peristiwa penghapusan tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta. Sebagian besar
anggota PPKI menyetujui tujuh kata tersebut, namun memerhatikan kelompok yang
sedikit (dari wilayah Timur) yang secara argumentatif dan realistis bisa diterima,
maka pandangan minoritas ‘dimenangkan’ atas pandangan mayoritas. Dengan
demikian, perbuatan belum tentu baik apabila disetujui atau bermanfaat untuk orang
banyak, namun perbuatan itu baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada
konsep hikmah atau kebijaksanaan. Dari nilai kerakyatan menghasilkan nilai
menghargai perbedaan, kesetaraan, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015:
181)

5. Nilai Keadilan
Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil, maka kata tersebut dilihat
dalam konteks manusia selaku individu. Adapun nilai keadilan pada sila kelima lebih
diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbutan dikatakan baik apabila sesuai dengan
prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg (1995: 37), keadilan
merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat. Keadilan
mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya dengan orang
lain. Dari nilai ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil
terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati
hak-hak orang lain. Dari nilai keadilan juga menghasilkan nilai kepedulian,
kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk,
2015: 181)

6
Menilik nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat menjadi
sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar, namun juga
realistis dan aplikatif. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai ideal yang sudah ada dalam
cita-cita bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam realitas kehidupan. Nilai-nilai
Pancasila apabila benar-benar dipahami, dihayati dan diamalkan, tentu mampu menurunkan
angka kasus korupsi.

Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila bangsa Indonesia
menyadari jati dirinya sebagai makhluk Allah, tentu tidak akan mudah menjatuhkan martabat
dirinya ke dalam kehinaan dengan melakukan korupsi. Kebahagiaan material dianggap
segala-galanya dibandingkan dengan kebahagiaan spritual yang lebih agung, mendalam dan
jangka panjang. Keinginan mendapatkan kekayaan dan kedudukan secara cepat
menjadikannya nilai-nilai agama dikesampingkan. Buah dari penanaman dan penghayatan
nilai ketuhanan ini adalah kerelaan untuk diatur Allah, melakukan yang diperintahkan dan
meninggalkan larangan-Nya. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 182)

2.3 Pancasila sebagai solusi masalah bangsa seperti korupsi, kerusakan lingkungan,
dan dekadensi moral

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman. Baik itu budaya,
alam, agama, ras, golongan, adat istiadat, dsb. Wilayah negara kita yang tersebar luas, juga
banyak jumlah penduduk yang padat membuat banyak perbedaan itu terasa apalagi dalam
berkehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun jangan dikira bahwa
perbedaan itu dapat memecahbelah semangat persatuan dan kesatuan tetapi malah semakin
menciptakan toleransi dan semangat kekeluargaan antar warga negara. Jumlah wilayah yang
cukup luas. Dalam cara pandang terhadap suatu masalah atau tingkah laku memiliki
perbedaan. Ketika terjadi pertentangan antar individu atau masyarakat yang berlatar belakang
suku bangsa yang berbeda, mereka akan mengelompok menurut asal-usul daerah. Itu
menyebabkan pertentangan atau ketidakseimbangan dalam suatu negara.

Oleh karena itu, sangat penting menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan antar warga
negara dengan cara menaati hukum yang belaku, menaati dan menerapkan nilai-nilai dasar
pancasila, dan atau norma-norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perlu
dipahami bahwa pancasila merupakan dasar negara yang konkret dan mutlak, pancasila
digunakan untuk menyelesaikan segala kasus atau masalah dalam kehidupan karena kita tahu

7
bahwa pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia walaupun ada
ideologi yang lebih baik, pancasila tidak dapat di hapus atau diganti.

a. Pancasila sebagai Solusi dari Problem Korupsi


Situasi negara Indonesia saat ini memprihatinkan. Begitu banyak masalah
menimpa bangsa ini dalam bentuk krisis yang multidimensial. Krisis ekonomi, politik,
budaya, sosial, hankam, pendidikan dan lain-lain, yang sebenernya berhulu pada krisis
moral. Moralitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan untuk
mengatasi segala krisis yang melanda negara tercinta ini. Kalau krisis moral sebagai
hulu dari semua masalah, maka melalui moralitas pula krisis dapat diatasi. Moralitas
individu adalah kesadaran tentang prinsip baik bersifat ke dalam, tertanam dalam diri
manusia yang akan mempengaruhi cara berfikir dan bertindak. Seseorang yang
mempunyai moralitas individu yang baik akan muncul dalam sikap dan perilaku
seperti sopan santu, rendah hari, tidak suka menyakiti orang lain, toleran, dsb.
Moralitas individu ini terakumulasi menjadi moralitas sosial, sehingga akan tampak
perbedaan masyarakat yang bermoral tinggi dan bermoral rendah. Moralitas sosial
juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat kenyataan sosial. Bisa jadi
sorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya kurang, hal ini terutama
terlihat pada bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk. Sikap
toleran, suka membantu dsb.
Membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan pancasila adalah
membangun mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri
masyarakat. Nilai-nilai pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati, dan
diamalkan tentu mampu menurunkan angka korupsi, penanaman satu sila saja yaitu
sila pertama apabila bangsa indonesia menyadari jati dirinya sebagai makluk Tuhan
tentu tidak akan mudah menjatuhkan martabat dirinya ke dalam kehinaan dengan
melakukan korupsi. Perbuatan korupsi terjadi karena hilangnya kontrol diri dan
ketidakmampuan untuk menahan diri melakukan kejahatan.

b. Pancasila sebagai Solusi dari Kerusakan Lingkungan


Penjabaran, pengamalan atau aplikasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek
pembangunan berwawasan lingkungan tidak bisa dipisahkan, sebab Pancasila
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh yang memberikan keyakinan kepada rakyat
dan bangsa Indonesia, bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas

8
keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam hubungan manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan
manusia sebagai pribadi, dalam rangka mencapai kemajuan lahir dan kemajuan batin.
Antara manusia, masyarakat dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik,
yang harus selalu dibina dan dikembangkan agar dapat tetap dalam keselarasan,
keserasian dan keseimbangan yang dinamis (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 575).
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila ke V
yang harus diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup adalah sebagai berikut ( Soejadi, 1999 : 88- 90) :
1) Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain :
 Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta
segala sesuatu dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha
Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya;
 Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua
perintah- NYA dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam
memanfaatkan semua potensi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Pemurah manusia harus menyadari, bahwa setiap benda dan makhluk
yang ada di sekeliling manusia merupakan amanat Tuhan yang harus
dijaga dengan sebaik-baiknya; harus dirawat agar tidak rusak dan harus
memperhatikan kepentingan orang lain dan makhluk-makhluk Tuhan
yang lain.
2) Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai
perikemanusiaan yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
hal ini antara lain sebagai berikut :
 Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan
kewajiban asasinya;
 Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri,
alam sekitar dan terhadap Tuhan;
 Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya
cipta, rasa, karsa dan keyakinan.

Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari


dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk

9
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk
mendapatkan informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup; hak setiap orang untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuan ketentuan hukum
yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 558).
Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk
mengamalkan Sila ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi
udara agar udara yang dihirup bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-
tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar; mengadakan gerakan penghijauan
dan sebagainya.

3) Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti
dalam hal-hal yang menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan aspek-
aspek sebagai berikut :
 Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia serta wajib membela dan menjunjung tinggi (patriotisme);
 Pengakuan terhadap kebhinekatunggalikaan suku bangsa (etnis) dan
kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan
arah dalam pembinaan kesatuan bangsa;
 Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme).

Aplikasi atau pengamalan sila ini bisa dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus
selalu diperhitungkan dalam pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian
pembangunan lingkungan di daerah dan mengembangkannya melalui
pendidikan dan latihan serta penerangan dan penyuluhan dalam pengenalan
tata nilai tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia
untuk melindungi sumber daya dan lingkungan (Salladien dalam Burhan
Bungin dan Laely Widjajati , 1992 : 156-158).

4) Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilainilai kerakyatan. Dalam hal ini
ada beberapa hal yang harus dicermati, yakni:
 Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat;

10
 Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal
sehat;
 Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama;
 Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh
wakilwakil rakyat.

Penerapan sila ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan,


antara lain (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 560) :

 Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan


kesadaran dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam
pengelolaan lingkungan hidup;
 Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan
kesadaran akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan hidup;
 Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan
kemitraan masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya
pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
5) Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai
keadilan sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut,
antara lain:
 Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang
politik, ekonomi dan sosial budaya;
 Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;
 Keseimbangan antara hak dan kewajiban;
 Menghormati hak milik orang lain;
 Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material
spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia;
 Cinta akan kemajuan dan pembangunan.

c. Pancasila sebagai Solusi dari Problem Dekadensi Moral

Pancasila adalah dasar negara kita atau juga dikenal sebagai ideologi bangsa
merupakan pedoman pokok dalam mengatur kehidupan masyarakat berbangsa dan
11
bernegara dalam segi politik, ekonomi, dan sosial. Adapan dicanangkannya pancasila
sebagai dasar negara, karena isinya dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi
masyarakat yang memiliki latar belakang kehidupan yang beraneka ragam.

Sebagai makhluk ciptaannya dan menjadi masyarakat Indonesia khususnya


wajib bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa serta menjalankan perintahnya, itu
sesuai dengan sila pertama. Tapi makin kesini makin banyak masyarakat yang tidak
memiliki jiwa pancasila, pancasila hanya sebatas ujaran dbibir saja, tapi tidak
diwujudkan,diamalkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehingga dimana-mana
marak terjadi perkelahian antar pelajar, penggunaan obat-obatan terlarang narkoba,
dan pergaulan bebas.

Itu adalah tanda-tanda dari kemerosotan akhlak bangsa yang sulit untuk
diobati karena sila pertama untuk masyarakat yang demikian hanyalah tulisan belaka
tanpa diresapi maknanya. Kita tahu bahwa manusia terdiri dari jiwa dan raga,
diberikan akal oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, tapi seringkali akal itu dikalahkan oleh
nafsu pada diri masing-masing sehingga terciptanya kebobrokan dalam mental dan
moral. Sebenarnya manusia diberikan dua pilihan, baik atau buruk. Namun jika
manusia itu tak memahami dan menjiwai arti dari setiap sila pancasila itu sendiri,
yang terjadi akan seperti demikian.

Pada sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia, dari buyinya saja kita harus nya
tahu bahwa kita dituntun untuk saling bersatu membangun negeri Indonesia, dengan
cara menunjukan rasa persatuan itu dengan sifat saling toleran, kompak, gotong
royong walaupun di negara kita ini banyak sekali perbedaan dari mulai perbedaan
agama, ras, suku, adat, dan latar belakang. Akan tetapi sekarang ini bukannya bersatu
untuk membangun negeri malainkan dengan ke tidakpahaman mengenai sila-sila
dalam pancasila masyarakat justru banyak yang bentrok dan lain sebagainya bahkan
dari kisruh di masyarakat tersebut yang mengenaskan adalah terjadinya pembunuhan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-
nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan
nilai keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila tersebut. Nilai-nilai Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi
nilai yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa
Indonesia, namun sebenarnya juga nilai-nilai yang bersifat universal dapat diterima oleh siapa
pun dan kapan pun. Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam
kehidupan manusia.

3.2 Saran

Etika harus selalu senantiasa diterapkan dalam bersikap dan berperilaku dalam
kehidupan sehari – hari, sehingga terwujud perilaku yang sesuai dengan adat, budaya, dan
karakter bangsa Indonesia.
Nilai – nilai Pancasila senantiasa harus diamalkan dalam setiap kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Agar tercipta persatuan dan kesatuan antar bangsa
Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai