Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kehamilan merupakan masa dimana ibu membutuhkan

berbagai unsur zat gizi yang lebih banyak dari pada yang diperlukan dari

keadaan tidak hamil. Zat gizi tersebut selain dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan sendiri, diperlukan juga untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin yang ada didalam kandungan (Moehji, 2013).

Menurut Departemen Kesehatan (1996) Ibu hamil yang memiliki status

gizi kurang (underweights dengan IMT kurang dari 18,5 kg/m 2) memiliki

simpanan gizi yang kurang saat hamil harus menaikkan berat badannya

lebih banyak dibandingkan ibu yang normal. Seorang ibu hamil akan

melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada

pada kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil

yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang

Energi Kronis (KEK) dan anemia gizi ([ CITATION And12 \l 1033 ].

Menurut Depkes RI (2010) Kekurangan Energi Kronis dapat

didefinisikan sebagai keadaan dimana ibu menderita kekurangan

makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan

timbulnya gangguan kesehatan pada ibu.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status

gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama

1
hamil, pertambahan berat ibu selama hamil sekitar 10-12 kg. mengukur

Lingkar Lengan Atas (LILA), pengukuran LILA dimaksudkan untuk

mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis

(Handayani, 2014). Ambang batas LILA <23,5 cm atau dibagian pita

merah LILA menandakan gizi kurang dan ≥23,5 cm menandakan gzi

baik. LILA <23,5 termasuk kelompok rentan kurang gizi [ CITATION

Kem15 \l 1033 ]. Salah satu penyebab gizi kurang pada ibu hamil yaitu

konsumsi makanan yang tidak adekuat yang dapat dipengaruhi oleh

ketersediaan makanan, pola konsumsi, pendidikan dan pengetahuan ibu

hamil [ CITATION Dep14 \l 1033 ].

Pengetahuan gizi ibu hamil selama masa kehamilan juga

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatannya.

Pengetahuan gizi ibu hamil diketahui melalui pengukuran dengan

menggunakan kuisioner yang berisikan tetntang asupan gizi seimbang

selama kehamilan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamzah

menyatakan bahwa mayoritas ibu hamil memiliki pengetahuan dengan

kategori kurang yaitu 69,1% [ CITATION Ham17 \l 1033 ]

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Palimbo dkk (2014)

mengatakan bahwa masih banyak ibu dengan pengetahuan tentang

Kurang Energi Kronis (KEK) masih masuk dalam kategori kurang, hal

ini dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Sejalan dengan teori yang

dikemukakan Notoatmojo (2012) yang mengatakan bahwa pengetahuan

2
seseorang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, dan pengalaman

[ CITATION Pal14 \l 1033 ].

Pantangan makan pada ibu hamil lebih banyak diwariskan dari

leluhur melalui orang tua, terus ke generasi-generasi dibawahnya.

Seringkali nilai sosial ini tidak sesuai dengan nilai gizi. Hasil penelitian

mengatakan ibu hamil tidak memilih makanan tertentu yang memang

baik untuk dipantang bagi ibu hamil. Dikutip dari Almatsier (2004) disatu

sisi ada ibu hamil yang memilih makanan tertentu untuk pantang padahal

makanan tersebut baik dikonsumsi bagi ibu hamil, makanan tersebut

diyakini oleh ibu hamil mengandung protein tinggi yang baik untuk gizi

ibu hamil. Kurangnya pengetahuan dan banyaknya kepercayaan ibu

hamil tentang suatu makanan merupakan faktor penyebab kurangnya

status gizi pada ibu hamil [ CITATION Muh19 \l 1033 ].

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Lombok Tengah tahun 2017

menunjukkan kasus kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu

hamil di kabupaten Lombok Tengah ialah sebesar 13,7% (Dinas

Kesehatan, 2017).

Berdasarkan Data Rekapan Ibu Hamil Kurang Energi Kronis

(KEK) Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2018

mengatakan bahwa wilayah kabupaten Lombok Tengah terdapat enam

wilayah dengan kasus ibu hamil KEK tertinggi yaitu masing-masing pada

wilayah Janapria sebesar 25% (Jumlah Ibu hamil sebanyak 958, dan

jumlah Ibu hamil KEK yaitu sebanyak 240), Kuta yaitu sebesar 24,6%,

3
Batunyala yaitu 24,3%, Batujangkih 23,2%, Pengadang 22,8% dan

Sengkol 22,6%. Daerah dengan Ibu hamil KEK tertinggi yaitu terdapat di

desa Janapria.

Dari uraian data dan fakta diatas peneliti tertarik melakukan penelitian

terkait masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “Hubungan

Tingkat Pengetahuan Tentang Gizi Dan Kepercayaan Mengongsumsi

Energi Protein Pada Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas

Janapria Kabupaten Lombok Tengah” Penelitian ini dilakukan di Wilayah

Desa Janapria Kabupaten Lombok Tengah.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tentang

gizi dan kepercayaan mengonsumsi energi protein dengan status gizi ibu

hamil di Wilayah Puskesmas Janapria kabupaten Lombok Tengah?”.


C. Tujuan Peneitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan tentang gizi dan kepercayaan

mengonsumsi energi protein pada status gizi ibu hamil Kurang

Energi Kronis (KEK) di Desa Janapria Kabupaten Lombok

Tengah.

2. Tujuan Khusus
a.Untuk mengidentifikasi karakteristik responden yaitu ibu

hamil dengan KEK di Wilayah Puskesmas Janapria

Kabupaten Lombok Tengah.

4
b. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang

gizi pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Janapria

kabupaten Lombok tengah.


c.Untuk mengidentifikasi kepercayaan atau mitos masyarakat

tentang konsumsi energi protein pada ibu hamil.


d. Untuk mengetahui pola konsumsi energi protein

pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Janapria Kabupaten

Lombok Tengah.
e.Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang

gizi dengan status gizi ibu hamil di Wilayah Puskesmas

Janapria Kabupaten Lombok Tengah.


f. Untuk mengetahui hubungan kepercayaan mengonsumsi

energi protein dengan status gizi ibu hamil di wilayah

Puskesmas Janapria Lombok Tengah


D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan bermanfaat

sebagai referensi dalam ilmu kesehatan mengenai tingkat

pengetahuan tentang gizi dan kepercayaan mengonsumsi energi

protein dengan status gizi ibu hamil.


2. Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas
Manfaat penelitian ini bagi universitas adalah dapat dijadikan

bahan dalam pengembangan ilmu kesehatan, sebagai edukasi

dan dapat dijadikan sebagai pedoman dan referensi penelitian

berikutnya di Univeristas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara

Barat.
b. Bagi Peneliti

5
Manfaat penelitian ini untuk peneliti ialah dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman peneliti.


c. Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian ini bagi masyarakat ialah untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya bagi para ibu

hamil tentang pentingnya menjaga pola konsumsi gizi yang

seimbang.
d. Bidang Kesehatan
Sebagai bahan dan informasi dalam upaya peningkatan

pengetahuan dan status gizi ibu hamil.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Kehamilan
Masa kehamilan merupakan fase kritis yang menentukan proses

pertumbuhan dan perkembangan anak di usia selanjutnya. Outcome

kehamilan yang baik sangat diharapkan sehingga akan terbentuk

sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Kehamilan

merupakan suatu investasi yang perlu dipersiapkan, dalam proses inni

gizi memiliki peran penting untuk menunjang pertumbuhan dan

perkembangan janin. Studi membuktikan bahwa ibu dengan status gizi

kurang menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, melahirkan bayi

6
dengan berat badan lahir yang rendah, dan selanjutnya dapat berdampak

pada malnutrisi antargenerasi (Fikawati dkk, 2015).


Ibu dengan Kurang Energi Kronis (KEK) umumnya memiliki

kenaikan berat badan hamil yang rendah (tidak memadai untuk

mendukung kehamilannya). Akibatnya berat badan bayi yang

dilahirkannya rendah atau biasa disebut dengan Berat Badan Lahir

Rendah BBLR yang ditandai dengan berat badan lahir kurang dari 2500

gram (Fikawati dkk, 2015).

2. Fisiologi Kehamilan
Kehamilan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada ibu.

Perubahan terjadi bukan hanya pada bentuk tubuh ibu, namun juga

terjadi secara fisiologis pada sistem organ ibu. Hal tersebut merupakan

hal yang normal terjadi untuk menunjang tumbuh kembang janin

(Fikawati dkk, 2015).


a. Metabolisme
Basal metabolisme rate meningkat sampai 15-20% yang

umumnya ditemukan pada triwulan terkahir. Kalori yang

dibutuhkan utnuk itu diperoleh terutama dari pembakaran hidrat

arang, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas. Terjadi

juga hipertrofi tiroid. Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai

2.300 kal/hari. Kebutuhan protein 1 g/kgbb/hari untuk menunjang

pertumbuhan janin. Kadar kolesterol plasma meningkat sampai 300

g/100 mL. kebutuhan kalsium, fosfor, magnesium, curprum

meningkat. Ferrum dibutuhkan sampai kadar 800 mg, untuk

pembentukan hemoglobin tambahan. Fosfor, magnesium dan

7
tembaga, lebih banyak tertahan pada masa hamil daripada dalam

masa tidak hamil. Kadar tembaga dalam plasma meningkat dari

109 hingga 222 mcg per 100 ml, akan tetapi dalam eritrosit

kadarnya tetap (Sarwono & Hanafi, 1995; Andriani, 2012).


Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5-16,5 kg, rata-rata

12,5 kg. kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan

20 minggu terkahir, hal ini disebabkan:


1. Hasil konsepsi: fetus, plasenta dan likuor amnii.
2. Dari ibu sendiri: uterus dan payudara yang

membesar, volume darah yang meningkat, lemak dan

protein lebih banyak, dan adanya retensi air (Sarwono &

Hanafi, 1996, Andriani, 2012).


b. Sistem respirasi
Saat hamil terjadi perubahan pada sistem respirasi yang

berfungsi untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen ibu dan janin.

Selain itu terjadi desakan diafragma karena dorongan Rahim yang

membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi

terjadinya desakan Rahim dan kebutuhan oksigen yang meningkat,

ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20-25% dibandingkan

saat ibu tidak hamil (Fikawati dkk, 2015)


c. Sistem pencernaan
Selama kehamilan, epribahan hormonal menyebabkan

timbulnya efek radiasi pada otot-otot halus diseluruh tubuh. Hal ini

akan mengakibatkan mekanisme kerja otot perut dan usus kecil

menjadi lebih lambat, sehingga tidak jarang wanita hamil

menderita panas lambung. Selain itu, gerakan kontraksi usus juga

8
berkurang dan biasanya sering terjadi konstipasi atau sulit buang

air besar (Fikawati, dkk, 2015).


d. Jaringan lemak
Selama kehamilan jaringan lemak dalam payudara dan

jaringan bawah kulit bertambah. Biasanya jaringan lemak ini akan

dirombak kembali setelah proses kelahiran, yaitu saat ibu

menyusui. Perombakan jaringan lemak ini digunakan untuk

menjadi bahan pembentukan ASI. (Fikawati, dkk, 2015).


e. Sistem Kardiovaskular
Pembesaran uterus akan menekan pembuluh darah panggul

dan paha sehingga aliran darah balik akan terganggu dan darah

akan mengumpul pada tungkai bawah, pada posisi tidur uterus akan

mengumpul pada tungkai bawah, pada posisi tidur uterus akan

menekan vena cava sehingga akan mengurangi suplai darah ke

atrium. Dampaknya adalah terjadi hipotensi. Perubahan yang

Nampak mencolok adalah kenaikan volume plasma sampai dengan

50% dengan diikuti peningkatan hemoglobin sampai dengan 20%

yang meningkat pada trimester II dan mencapai puncaknya pada

pertengahan trimester II. Kadar hemoglobin dan besi menurun oleh

karena adanya hemodilusi (Sulistyoningsih, 2011).


f. Hati
Alkaline fosfate serum meningkat dua kali lipat hal ini diduga

akibat penambahan isoenzim alkalin fosfatase plasenta. Kadar

albumin menurun lebih banyak dari pada globulin. Sehingga rasio

albumin globulin juga menurun tajam. Waktu pengosongan cairan

9
empedu lebih pendek, cairan lebih kental dan terkadang terjadi

statis sehingga beresiko terjadi batu empedu (Fikawati dkk, 2015).


3. Gizi Ibu Hamil
Keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil mempengaruhi status

gizi ibu dan bayi. Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat

dipengaruhi oleh asupan gizi ibu, karena kebutuhan gizi janin berasal

dari ibu. Berbagai risiko dapat terjadi jika ibu mengalami kurang gizi,

diantaranya adalah perdarahan, abortus, bayi lahir mati, bayi lahir

dengan berat rendah, kelainan konginental, retardasi mental, dan lain

sebagainya. Penelitian yang dilakukan terhadap 216 wanita hamil di

sebuah klinik di Boston menunjukkan bahwa ibu hamil dengan gizi

kurang dan buruk dapat melahirkan bayi dengan kondisi fisik kurang,

beberapa bayi lahir mati, meninggal setelah beberapa hari lahir, dan

sebagian besar cacat bawaan (Pudjiadi, 2005).


Perempuan yang mengalami kekurangan gizi sebelum hamil atau

selama minggu pertama kehamilan memiliki risiko lebih tinggi

melahirkan bayi yang mengalami kerusakan otak dan sumsum tulang

karena pembentukkan sistem syaraf yang peka pada 2-5 minggu

pertama. Ketika seorang perempuan mengalami kekurangan gizi pada

trimester terakhir maka cenderung akan melahirkan bayi dengan berat

badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram), hal ini dikarenakan pada

masa ini janin akan tumbuh dengan sangat cepat dan terjadi

penimbunan jaringan lemak (Arisman, 2004).


4. Pemantauan Status Gizi Ibu Hamil
Pemantauan status gizi ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat

penambahan berat badan selama kehamilan. Kenaikan berat badan bisa

10
dijadikan indikator kesehatan ibu dan juga janinnya. Laju pertambahan

berat badan selama kehamilan merupakan petunjuk yang sama

pentingnya dengan pertambahan berat itu sendiri. Oleh karena itu

sebaiknya ditentukan patokan besaran pertambahan berat sampai

kehamilan terakhair, sekaligus serta memantau prosesnya dan sampai

kehamilan terkahir, sekaligus serta memantau prosenya dan dituliskan

di buku KMS ibu hamil. Pemantauan yang sering dilakukan dengan

pemeriksaan antropometri yaitu dengan melakukan penimbangan berat

badan, pengukuran tinggi badan, dan penentuan berat badan ideal serta

pola pertambahan berat. Upaya pemantauan status gizi ibu selama

hamil memerlukan data berat badan sebelum hamil serta berat badan

pada kunjungan pertama. Berat badan sekarang diperlukan untuk

penentuan pola pertambahan berat badan ibu hamil. Hal ini sangat

diperlukan sebagai pertimbanagan prognosis serta perlu tidaknya

intervensi gizi (Arisman, 2004)


Menurut Pudjiaji (2005) selama kehamilan, ibu akan mengalami

pertambahan berat badan sekitar 10-12 kg, sedangkan ibu hamil dengan

tinggi badan kurang dari 11150 cm cukup sekitar 8,8-13,6 kg (Arisman,

2004). Selama trimester I pertambahan berat badan sebaiknya sekitar 1-

2 g (350-400 gr/minggu), sementara trimester II dan III sekitar 0,34-0,5

kg tiap minggu. Ibu yang sebelum hamil memiliki berat normal

kemungkinan tidak memiliki masalah dalam konsumsi makan setiap

hari, namun pertambahan berat badannya harus tetap dipantau agar

selama hamil tidak mengalami kekurangan atau sebaliknya kelebihan.

11
Ibu hamil dengan berat badan kurang harus mengatur asupan gizinya

sehingga bisa mencapai berat badan normal, sedangkan ibu dengan

berat badan berlebih tetap dianjurkan makanan yang seimbang dengan

bahan makanan bervariasi, dengan mengurangi bahan makanan

berkalori tinggi serta lemak.


Selain melihat penambahan berat badan selama hamil, status gizi

ibu hamil dapat juga dilihat dari ukuran lingkar lengan atas (LILA) dan

kadar hemoglobin dalam darah. Ukuran LILA yang normal adalah 23,5

cm, ibu dengan ukuran LILA dibawah ini menunjukkan adanya

kekurangan energi kronis. Hasil penelitian Edwi Saraswati dkk di Jawa

Barat (1998) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kurang energi

kronis (KEK) dengan batas LILA 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali

untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (kurang dari 2500 gr).

5. Penilaian Status Gizi


1) Lingkar Lengan Atas (LILA)
a. Pengertian
LILA adalah lingkar lengan bagian atas pada bagin trisep.

LILA digunakan untuk perkiraan tebal lemak-bawah-kulit

[ CITATION Alm15 \l 1033 ]. LILA adalah cara untuk

mengetahui gizi kurang pada wanita usia subur umur 15-45

tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan

pasangan usia subur. Pengukuran LILA cukup representative,

dimana ukuran LILA ibu hamil erat dengan Indeks Masa Tubuh

12
(IMT) ibu hamil yaitu semakin tinggi LILA ibu hamil diikuti

pula dengan semakin tinggi IMT.


b. Ambang Batas
Ambang batas yang digunakan untuk menentukan sesorang

ibu hamil gizi kurang adalah sebagai berikut:


Tabel 2.1 Standar LILA Ibu Hamil

Ukuran LILA
Status Gizi Kurang <23,5 cm
Status Gizi Baik ≥23,5 cm

[ CITATION Kem15 \l 1033 ]

c. Tujuan
Pengukuran LILA digunakan untuk keperluan skrining,

tidak untuk pemantauan, mengetahui gizi kurang dan relatif

stabil. Ukuran LILA selama hamil hanya berubah sebanyak 0,4

cm. perubahan ini selama kehamilan tidak terlalu besar sehingga

pengukuran LILA dimasa kehamilan masih dapat dilakukan

untuk melihat status gizi ibu hamil sebelum hamil.


d. Cara mengukur
Cara mengukur LILA menurut Almatsier (2011) dan Depkes

(2001) ialah:
a) Lengan kiri diistirahatkan dengan telapak tangan

menghadap ke paha (sikap tegap).


b) Cari pertengahan lengan atas dengan memposisikan

siku memebentuk sudut 90o. kemudian ujung skala cliper

(pita ukur) yang bertuliskan angka 0 diletakkan di tulang

yang menonjol dibagian bahu atau acromiom dan ujung

lain pada siku yang menonjol atau olecranon.

13
c) Pertengahan lengan diberi tanda dengan spidol,

lengan kemudian diluruskan dengan posisi telapak

tangan menghadap ke paha.


d) Cliper dilingkarkan (tidak dilingkarkan terlalu erat

dan tidak longgar) pada bagian tengah dan bagian trisep

lengan dengan memasukkan ujung pita kedalam ujung

yang lain; angka yang tertera pada cliper (beberapa pita

ukuran brtanda panah) menunjukkan ukuran LILA.


6. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Kebutuhan gizi selama ibu hamil meningkat karna selain

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu juga diperlukan untuk

janin yang dikandungnya. Pemenuhan gizi selama hamil juga

diperlukan untuk persiapan ASI serta tumbuh kembang bayi. Salah satu

indicator terpenuhinya kebutuhan gizi selama hamil adalah adanya

penambahan berat badan ibu.


Kebutuhan gizi ibu hamil pada setiap trimester berbeda, hal ini

disesuaikan dengan petumbuhan dan perkembangan janin sertaaa

kesehatan ibu. Pemenuhan kebutuhan gizi pada trimester pertama lebih

mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Hal ini dikarenakan pada

masa ini sedang terjadi pembentukan saraf, otak, jantung, dan organ

reproduksi janin, selain itu pada masa ini tidak sedikit ibu yang

mengalami mual untah sehingga tidak memungkinkan untuk memenuhi

kebutuhan gizi secara kuantitas. Pemenuhan kebutuhan gizi pada

trimester II dan III, selain memperhatikan kualitas juga harus terpenuhi

secara kuantitas (Kasdu, 2006).

14
Bahan pangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu

hamil harus meliputi enam kelompokk, yaitu makanan yang

mengandung protein, baik hewani maupun nabati, susu dan olahannya,

sumber karbohidrat baik roti ataupun biji-bijian, buah dan sayur yang

tinggi kandungan vitamin c, sayuran berwaarna hijau tua, serta buah

dan sayur lain. berikut kebutuhan zat gizi yang cukup penting bagi ibu

hamil (Arisman, 2004).


a) Energi
Umumnya seorang ibu hamil akan bertambah berat badannya

sampai 12,5 kg, tergantung dari berat badannya sebelum hamil.

Rata-rata ibu hamil memerlukan tambahan 300 kkal/hari atau

sekitar 15% lebih dari keadaan normal (tidak hamil) atau

membutuhkan 2.800-3.000 kkal makanan sehari. Menurut angka

kecukupan gizi tahun 2004 penambahn kebutuhan energi perhari

bagi ibu hamil trimester I adalah 180 kkal, trimester II dan III

masing-masing 300 kkal. Total kalori yang dibutuhkan untuk

mandapatkan kenaikan berat badan 12,5 kg kira-kira sekitar 80.000

kkal, daari jumlah tersebut sebanyak 36.000 kkal digunakan untuk

pembakaran, dan 44.000 kkal sisanya untuk pembuatan jaringan

baru.
Asupan gizi pada trimester I diperlukan untu perkembangan

dan pertumbuhan plasenta yang berguna untuk menyalurkan

makanan dan pembentukan hormone, pada janin diperlukan untuk

pembentukan organ (organi genesis) dan pertumbuhan kepala janin

dan badan (Sadler, 2000). Asupan gizi pada trimester II diperlukan

15
untuk pertumbuhan kepala, badan dan tulang janin. Biasanya pada

trimester II juga terjadi pertambahan berat tubuh ibu. Sementara

pertumbuhan janin dan plasenta serta cairan amnion akan

berlangsung cepat selama trimester III(Sulistyoningsih, 2011).


b) Protein
Ibu hamil memerlukan konsumsi protein lebih banyak dari

biasanya. Berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2004, selama

hamil ibu memerlukan tambahan protein sebesaaar 17 gram per

hari. Pemenuhan protein bersumber hewani lebih besar dari pada

kebutuhan protein nabati, sehingga ikan, telur, daging, susu perlu

lebih banyak dikonsumsi dibandingkan tahu, tempe dan kacang-

kacangan. Hal ini disebabkan karena struktur protein hewani lebih

mudah untuk dicerna dari pada protein nabati (Sulistyoningsih,

2011).
Total protein yang dianjurkan berdasarkan AKG 2013 adalah

76 g protein/hari, sekitar 12% dari jumlah total energi (Fikawati,

dkk, 2015). Hampir 70% protein digunakann untuk pertumbuhan

janin yang dikandung. Pertumbuhan dimulai dari pertumbuhan

sebesar sel sampai tubuh janin mencapai kurang lebih 3,5 kg,

protein juga digunakan untuk pemnetnukan plasenta. Bila asupan

protein tidak mencukupi makan plasenta menjadi kurang sempurna

padahal plasenta berfungsi menunjang, memelihara, dan

menyalurkan makanan bagi bayi. Protein juga diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, protein juga dibutuhkan

untuk persiapan persalinan. Sebanyak 300-500 ml darah

16
diperkirakan akan hilang pada persalingan sehingga cadangan

darah diperlukan pada periode tersebut dan hal ini tidak terlepas

dari peran protein (Sulistyoningsih, 2011)


c) Asam Lemak Esensial
Lemak merupakan salah satu sumber energi yang menghasilkan

kalori terbesar untuk setiap gramnya, yaitu 9 kal. Lemak berperan

sebagai cadangan energi untuk ibu. Tubuh membutuhkan 20-30%

energi yang bersumber dari lemak selama kehamilan dari trimester

2-3 sebesar 10 gr/hari atau total kebutuhan lemak menjadi 85

gr/hari. Namun, saat hamil ibu perlu memerhatikan jenis lemak

yang baik bagi proses kehamilan. Asam lemak esensial, yaitu asam

lemak linoleat dan linolenat dan turunannya yaitu docosahexaenoic

acid (DHA) berperan penting dalam perkembangan pengelihatan

janin dan kemampuan belajar. Kekurangan DHA saat hamil dapat

mengurangi ketajaman pengelihatan bayi di kemudian hari. Selain

itu kekurangan DHA saat janin dan bayi juga dapat berdampak

pada menurunnya skor IQ anak. Makanan yang menjadi sumber

DHA adalah ikan dan makanan laut lainnya (Fikawati dkk, 2015)
d) Vitamin A
Vitamin A juga dibutuhkan oleh ibu hamil namun tidak boleh

berlebihan karena dapat menimbulkan cacat bawaan. Isotretoin

yaitu suatu analog vitamin A telah dibuktikan menyebabkan pola

kelainan yang khas yaitu embriopati isotretinoin/ embriopati

vitamin A dengan ciri-ciri antara lain celah langit-langit,

hidrosefali, cacat tuba neutralis dan cacat jantung.


e) Vitamin B12

17
Vitamin B12 bersama dengan asam folat berperan dalam sintesis

DNA dan memudahkan pertumbuhan Sel. Vitamin ini juga penting

untuk keberfungsian sel sumsum tulang, sistem persarafan, dan

saluran cerna. Kebutuhan vitamin B12 sebesar 3 ug perhari. Bahan

makanan sumber vitamin B12 adalah hati, telur, ikan, kerang,

daging, unggas, susu, dan keju.


f) Asam Folat
Kebutuhan asam folat selama hamil menjadi dua kali lipat.

Asam folat dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel muda,

permatangan sel darah merah, sintesis DNA, pembentukan heme,

metabolisme energi. Kekurangan asam folat dapat berakibat lelah

berat, kaki kejang, gangguan tidur. Jika berlanjut akan

menyebabkan anemia megaloblastik.


Kekurangan asam folat juga berkaitan dengan BBLR, ablasio

plasenta serta Defect Neural Tube terutama pada periode kehamilan

minggu ke 3 sampai ke 8 dimana terjadi organo genesis. Mc Ganity

(1994) telah membuktikan bahwa pemberian asam folat sebelum

kontrasepsi serta pada permulaan kehamilan dapat mengurangi

Neural Tube Defects. Jenis makanan yang mengandung asam

folaaat yakni ragi, brokoli, sayuran hijau, asparagus, dan kacang-

kacangan.
g) Vitamin D
Kekurangan vitamin D pada ibu hamil akan mengakibatkan

gangguan metabolism kalsium pada ibu dan janin. Gangguan dapat

berupa hipokalsemi, tetani pada bayi baru lahir, dan osteomalasia

pada ibu. Sumber vitamin D yang utama adalah sinar matahari.

18
Kekurangan vitamin D banyak terjadi pada perempuan hamil yang

bermukim di daerah yang hanya sedikit bersentuhan dengan sinar

matahari.
h) Zat Besi
Anemia karena kekurangan zat besi masih banyak terjadi di

Negara berkembang. Angka anemia defisiensi zat besi di Indonesia

mencapai 40,1% (Depkes, 2001). Kebutuhan akan zat besi pada

perempuan hamil meningkat hingga 200-300%.


i) Yodium
Yodium dapat diperoleh dari air minum dan sumber bahan

makanan laut. kekurangan yodium pada ibu hami akan

mengakibatkan janin mengalami hipotiroid yang selajutnya

berkembang menjadi kreatinisme. Kerusakan saraf sebagai akibat

dari hipotiroid dapat mengakibatkan retardasi mental. Kekurangan

yodium juga dapat mengakibatkan bayi lahir mati, aborsi, serta

meningkatkan kematian bayi dan perinatal. Koreksi yodium

hendaknya sebelum atau selama 3 bulan pertama kehamilan.

Asupan yang dianjurkan adalah 200 ug. Kebutuhan yodium dapat

dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan laut.


j) Kalsium
Berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2004, konsumsi

kalsium yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah sebanyak 950 mg

per hari. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil olahannya,

udang, dan sarden. Selain untuk tulang, kalsium juga dibutuhkan

untuk mecegah preeclampsia atau tekanan darah tinggi pada ibu

19
hamil yang dapat menyebabkan kejang pada ibu, prematuritas,

bahkan kematian.
k) Serat
Kebutuhan serat bagi ibu hamil juga harus diperhatikan, karena

selalin memberikan rasa kenyang lebih lama, serta juga dibutuhkan

untuk memperlancar sistem pencernaan sehingga dapat mencegah

sembelit. Serat dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan, serealia

atau padi-padian, kacang-kacangan, gandum, beras, dan olahannya

(Kasdu, 2006)
7. Pengaturan Makanan Ibu selama Hamil
Selama masa kehamilan, sangat dibutuhkan asupan bahan makanan

yang bernilai gizi tinggi dan diperlukan dalam menjadi kesehatan dan

meningkatkan kecerdasan janin. Oleh karena itu, agar ibu dan janin

tetap mendapat asupan gizi, berikut beberapa saran yang bias dilakukan

(Emilia, 2012; Muhammad, 2019).


Ibu hamil perlu pengaturan makan yang baik agar kebutuhan gizinya

terpenuhi. Tabel 2.2 berikut ini menjelaskan tentang frekuensi

penggunaan bahan makanan serta porsi yang harus dipenuhi oleh ibu

hamil dalam sehari.


Tabel 2.2 Pengaturan Makan Ibu Hamil

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah Bahan


Makanan/hari
Makanan pokok (Beras, Kentang, 2 piring nasi (@200-250 gram)
80 gram roti
macaroni, mie)
100 gram kentang
Protein hewani (daging, ikan, telur, ayam) 90 gr daging/ikan
1 butir telur
Protein nabati (tahu, tempe, kacang- 60 gram kacang-kacangan atau
100 gram tahu atau
kacangan)
100 gram tempe
Sayuran 3 mangkuk

20
Buah-buahan 2 porsi @ 100-150 gram
Mentega/margarine/minyak 2 sdm mentega
3 sdm minyak
Susu/yoghurt 1 gelas
Sumber: Kasdu, 2004.
Secara umum, pengaturan makanan pada ibu hamil sebaiknya

memperhatikan hal-hal berikut:


1. Seringkali ditemukan adanya pantangan makanan bagi

wanita hamil terhadap beberapa jenis makanan tertentu yang

jika dilihat dari nilai gizi, bahan makanan tersebut mungkin

bahkan dibutuhkan oleh ibu hamil. Secara umum, tidak ada

pantangan makanan bagi ibu hamil selama ibu tidak mengalami

komplikasi ataupun mengalami penyakit lain. Ibu hamil boleh

mengonsumsi makanan yang diinginkan dengan jumlah yang

tidak berlebihan. Adanya pentangan seperti itu akan

menghambat pemenuhan kebutuhan gizi ibu yang akhirnya

berbahaya bagi kesehatan ibu serta pertumbuhan dan

perkembangan janin, sehingga perlu dijelaskan kepada ibu

tentang manfaat makanan serta bahaya pantangan.


2. Biasanya nafsu makan ibu hamil pada triwulan I sangat

menurun sehingga pada masa ini diperlukan upaya pengaturan

makanan sedemikian rupa sehingga kebutuhan gizi ibu dapat

tetap terpenuhi. Upaya yang dilakukan adalah memberikan

makan dalam frekuensi kecil tapi sering (4 sampai 5 kali sehari).

Contoh makanan yang lebih memungkinkan dapat diterima oleh

ibu air jeruk, roti panggang, dan biscuit. Upaya lain yang bisa

dilakukan untuk mengurangi rasa mual dan perut terasa

21
kepenuhan adalah dengan memberikan makanan dalam bentuk

makanan kering. Hindari makanan yang berbumbu merangsang

dan tinggi lemak. Selain itu perlu dihindari pemberian minuman

pada saat waktu makan. Pemenuhan kebutuhan cairan dapat

dilakukan diantara jeda waktu makan dalam bentuk sari buah

ataupun jus.
3. Triwulan ke dua biasanya nafsu makan mulai membaik dan

terjadi penambahan berat badan. Pemenuhan protein pada masa

ini harus diutamakan, selain itu harus dicegah jangan sampai

terjadi anemia. Pemenuhan zat besi, vitamin dan vitamin lain

juga perlu diperhatikan.


4. Nafsu makan pada triwulan ke tiga biasanya semakin baik,

dan ibu seringkali merasa lapar. Perlu diperhatikan penambahan

berat badan jangan sampai terlalu berlebihan sehingga akan

menyebabkan kesulitan dalam persalinan. Selain itu, pada masa

ini biasanya timbul rasa perut kepenuhan karena kandungan

semakin besar dan menekan saluran cerna. Hal ini dapat diatasi

dengan memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering.


5. Hidangan bagi ibu hamil sebaiknya memperhatikan prinsip

menu seimbang, yaitu mengandung semua unsur zat gizi, yaitu

sumber karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan air. Bahan

makanan yang dipilih juga harus cukup mengandung serat, yaitu

yang bersumber dari sayur dan buah. Jenis makanan yang

digunakan sebaiknya dari bahan makanan segar, hindari bahan

makanan awetan.

22
Dalam memenuhi gizinya, ibu hamil harus pintar dalam

mengelompokkan bahan makanan yang harus dikonsumsi dan

yang tidak boleh dikonsumsi. Berikut adalah bahan makanan

yang tidak dianjurkan dikonsumsi ibu hamil (Istiany dan

Rusilanti, 2010; widy, 2014).


a. Makanan yang miskin zat gizi tetapi kaya kalori,

seperti gula, lemak, permen, kue-kue bermentega, dan

krim kental. Bahan makanan ini dapat menyebabkan

obesitas dan mengenyangkan.


b. Makanan yang mengandung garam dengan

konsntrasi tinggi, seperti kornet, ikan asin, dan sayuran

kalengan. Hal ini dapat memicu kenaikan tekanan darah.


c. Alkohol, kopi, dan minuman bersoda yang dapat

memicu timbulnya hipertensi


d. Makanan yang diolah tidak sempurna dan mentah.

Seperti ikan salmon mentah, steak setengah mentah, telur

mentah atau setengah matang, dan susu segar. Makanan

tersebut dikhawatirnkan masih mengandung bakteri yang

berbahaya, seperti bakteri Listeria monocyteogenes

penyebab keguguraan, bakteri Eschericia Coli yang dapat

merusak usus dan sel ginjal, serta bakteri salmonella

penyebab keracunan.
8. Asupan Protein Ibu Hamil
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian

terbesar tubuh sesudah air. Beberapa enzim, hormon, pengangkut zat-

zat gizi dan darah, matriks intraseluler adalah protein. Protein

23
mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat lain yaitu

membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Protein

berfungsi sebagai pondasi sel pada manusia. Protein merupakan zat

pembangun jaringan, memebentuk struktur tubuh, pertumbuhan,

transportasi oksigen, membentuk sistem kekebalan tubuh. Sumber

protein yang baik yaitu berasal dari protein hewani dan nabati

(Almatsier,2003 dikutip oleh Agustian, 2010). Pada ibu hamil protein

berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta uterus,

payudara, serta peningkatan volume darah ibu (Cunningham, 2005;

Agustian, 2010). Penambahan protein dibutuhkan pada masa kehamilan

untuk menutupi perkiraan 925 gr protein yang dideposit dalam janin,

plasenta dan jaringan maternal. Penambahan protein tiap hari pada

trimester berturut-turut diperkirakan TM I 0,6 gram, TM II 1,8 gram,

TM III 6 gram. Penggunaan protein adalah = 67-70% rata-rata wanita

hamil akan membutuhkan pertambahan 8,5 gram protein/hari

(Paramitha,2009; Agustian, 2010).


Sebagian besar protein dianjurkan berasal dari sumber hewani,

misalnya daging susu, telur, keju, produk ayam dan ikan, karena

makanan-makanan ini mengandung kombinasi asam amino yang

optimal. Susu dan produk susu telah lama dianggap sebagai sumber

nutrisi, terutama protein dan kalsium yang ideal bagi wanita hamil

(Cunningham, 2005, Agustian, 2010).


9. Kepercayaan Konsumsi Makanan Ibu Hamil
Pantangan terhadap makanan tertentu yang telah menjadi kebiasaan

yang mempengaruhi gizi, misalnya pantangan terhadap ibu hamil yang

24
suka makan daging yang biasa terjadi di pedesaan [ CITATION

Mar14 \l 1033 ].
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2017)

mengatakan bahwa adanya hubungan antara kepercayaan tentang mitos

tentang makanan dalam kehamilan dengan ukuran Llingkar Lengan

Atas (LILA) [ CITATION Kha17 \l 1033 ].


Studi Graft (2014) yang dikutip oleh Juariyah (2018) yang

mengatakan bahwa dari 35 etnik yang ada di Ghana tentang keyakinan

dan praktik makanan dalam kehamilan menyimpulkan bahwa makanan

tradisional dan suplemen memiliki lima fungsi yaitu mencegah anemia,

menguatkan tubuh ibu hamil, meningkatkan kesehatan, meminimalkan

gangguan fisiologis dan memaksimalkan kesehatan bayi [ CITATION

Jua18 \l 1033 ].
Menurut Ardi (2012) dalam [ CITATION Sar17 \l 1033 ] Ibu hamil

membutuhkan tambahan protein untuk dirinya sendri, plasenta, dan

janin. Kira-kira 50% dari tambahan protein ditujukan untuk

pembentukan janin, sebanyak 25% untuk uterus dan payudara, 10%

untuk placenta dan 15% untuk darah serta cairan amnion. Kebutuhan

protein rata-rata pada ibu hamil adalah 1,2 g/kg berat badan per hari.

Menurut sumber lain tambahan protein rata-rata per hari selama

kehamilan adalah 15 g pada triwulan I, 20 g pada triwulan II, dan 25 g

pada triwulan III.


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) mengatakan

bahwa jumlah konsumsi protein pada ibu hamil trimester I mengalami

defisit sebanyak 14 orang dari 22 ibu hamil dengan persentase 63,6%.

25
Hal ini sangat berpengaruh pada usia kehamilan muda karena apabila

kita mengalami deficit protein makan akan mengakibatkan ibu hamil

tersebut mengalami gangguan pada masa kehamilan [ CITATION Sar17

\l 1033 ].
10. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan tentang Gizi
a. Faktor internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan sesorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk menunjang keseatan sehingga

dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang

dikutip Notoatmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup

terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan dalam

pembangunan (Nursalam, 2003) pada umunya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.


2. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupan keluarga. Bekerja pada umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.


3. Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

26
sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hucklok (1998)

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

sesorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan masyarakat sesorang lebih dewasa dipercaya

dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan

sebagian dari pengalaman dan kematangan jiwa.


b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Menurut Ann mariner yang dikutip dari Nursalam (3

lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat memepengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.


2. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

B. Penelitian Relevan
Berdasarkan penelitian Khasanah (2017) diketahui bahwa sebagian besar

ibu hamil dengan tingkat kepercayaan terhadap mitos tentang makanan dalam

kehamilan paling banyak kategori tinggi yaitu 41,5%. Terkadang mitos turut

mempengarui timbulnya KEK pada ibu hamil, seperti adanya beberapa

kepercayaan, seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok

tertentu sebenarnya makanan tersebut justru bergizi daan dibutuhkan oleh

kelompok tersebut, seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan. Penelitian

ini serupa dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Rahmaniar (2011)

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan energi kronis pada

27
ibu hamil dengan hasil bahwa pada mitos makanan ada hubungannya dengan

kejadian kurang energi kronis (KEK) [ CITATION Kha17 \l 1033 ].


Menurut Sulistyoningsih (2011) dikutip oleh Khazanah (2017)

menunjukkan bahwa seringkali ditemukan adanaya pantangan makanan bagi

ibu hamil terhadap jenis makanan tertentntu yang jika dilihat dai nilai gizi

bahan makanan tersebut mungkin saja dibutuhkan oleh ibu. Secara umum tidak

ada pantangan bagi ibu selama ibu tidak mengalami komplikasi ataupun

mengalami penyakit lain. Adanya pantangan seperti itu akan menghambat

pemenuhan kebutuhan gizi ibu yang akhirnya berbahaya bagi kesehatan ibu

serta pertumbuhan dan perkembangan janin, sehingga perlu penjelasan kepada

ibu tentang manfaat makanan serta bahaya pantangan [ CITATION Kha17 \l

1033 ].

C. Kerangka Konsep

Tingkat Pengetahuan
tentang gizi Status Gizi
Konsumsi
Kepercayaan Gizi Ibu Hamil
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
mengonsumsi energi
Keterangan:
proteinkerangka konsep diatas, status gizi ibu hamil ditentukan dari
Dalam

konsumsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil. Jika konsumsi gizi ibu hamil

baik maka status gizi ibu juga baik begitu juga sebaliknya. Konsumsi gizi pada

ibu hamil dipengaruhi oleh dua faktor diantaranya Tingkat pengetahuan tentang

gizi dan kepercayaan dalam mengkonsumsi energi protein.

D. Hipotesis

28
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:


1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang gizi dengan

status gizi ibu hamil di wilayah puskesmas Janapria kabupaten Lombok

Tengah.
2. Ada hubungan antara kepercayaan mengkonsumsi energi protein

dengan status gizi ibu hamil di wilayah puskesmas Janapria kabupaten

Lombok Tengah.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Puskesmas Janapria

Kabupaten Lombok Tengah. Pertimbangan dipilihnya lokasi

tersebut karena memenuhi kriteria dan karkteristik yang sesuai

dengan tujuan penelitian.


b. Waktu Penelitian
Penelitian Ini akan dilakukan pada bulan September sampai

dengan Oktober tahun 2019.


B. Jenis Penelitian
Penelitian Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang gizi dan

kepercayaan mengonsumsi energi protein dengan status gizi ibu hamil di

Wilayah Puskesmas Janapria Kabupaten Lombok Tengah ini

menggunakan penelitian survey deskriptif analitik dengan studi potong

lintang (Cross sectional), yaitu peneliti hanya melakukan observasi dan

29
pengukuran variable pada satu saat tertentu saja. Jenis studi korelasi

(Correlation Study) yang pada hakekatnya merupakan penelitian atau

penelaahan hubungan anatara dua variable pada suatu situasi atau

sekelompok subjek [ CITATION Not10 \l 1033 ].

C. Populasi dan Sampel


a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu hamil yang berada

di wilayah puskesmas Janapria Kabupaten Lombok Tengah yaitu

sebanyak 958 ibu hamil.


b. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari

populasi tersebut diatas yang memenuhi syarat sebagai sampel sesuai

dengan teknik perhitungan sampel.


2.1. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian

ini adalah secara acak sederhana Simple Random Sampling yaitu

cara ini dapat dilaksanakan apabila populasi tidak begitu banyak

variasinya dan secara geografis tidak terlalu menyebar, disamping

itu harus ada daftar populasi (sampling frame).


a) Besar sampel
Berdasarkan rumus Lemeshowb dkk (1997) besar sampel

pada penelitian ini dihitung dengan adalah sebagai berikut:

Z 2 1−α /2 p (1− p) N
n= d 2 2( N−1)+ Z 2 1−α /2 p(1− p)

keterangan :

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

30
Z = score Z, berdasarkan nilai α yang diinginkan

α =derajat kepercayaan

d = toleransi kesalahan

p = proporsi kasus yang diteliti dalam populasi, jika p tidak

diketahui maka gunakan p terbesar yaitu p = 0,5

1-p = q, yaitu proporsi untuk terjadinya suatu kejadian, jika

penelitian ini menggunakan p terbesar makan q = 1-p, 1= 0,5.

Sehingga perhitungan dari rumus diatas diperoleh sebagai berikut:

3,84 .0,25 ( 1−0,5 ) 958


n= 0,0025 ( 957 )+ 3 ,84 .0,25(1−0, 25)

3,84 . 1 ,25 . 958


= 2,39+ 3 ,84 .0,125

459
= 2,39

= 75

Dari hasil perhitungan sampel diatas, didapatkan jumlah sampel

diperoleh yaitu sebanyak 75 orang.

31
2.2. Kriteria Sampel
Pengambilan sampel mengacu pada kriteria yang ditetapkan,

diantaranya yaitu:
a) Kriteria Inklusi
1) Ibu hamil yang berumur 15-35 tahun
2) Ibu hamil yang memiliki buku kesehatan ibu dan

anak (KIA)
3) Ibu hamil yang bersedia menjadi responden.
b) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah ibu hamil yang

tidak bersedia dijadikan sebagai responden pada penelitian ini.


c. Pengumpulan Data
1. Jenis dan Sumber data
a.Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

subjek. Data primer yang dikumpulkan meliputi:


1) Identitas responden yaitu nama, umur,

tanggal lahir, pekerjaan, dan pendidikan.


2) Data antropometri diantaranya LILA dan

Berat badan.
3) Tingkat konsumsi energi protein dan

kepercayaan tentang konsumsi energi protein.

b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh bukan dengan cara

observasi langsung atau wawancara. Data sekunder pada

penelitian ini ialah gambaran umum desa janapria dan data

jumlah ibu hamil dengan status gizi kurang atau KEK.


2. Pengolahan data

32
Teknik pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini

ialah dengan menggunakan Statistical Package for the Social

Science (SPSS).
3. Teknik pengumpulan data
a.Data Pengetahuan ibu hamil tentang gizi diperoleh melalui

wawancara langsung dengan responden.


b. Data konsumsi makanan ibu hamil didapatkan

dengan FFQ (Food Frequency Quotient) pada ibu hamil.


c.Data tentang kepercayaan makanan didapatkan dengan

melakukan wawancara langsung dengam responden.


d. Data status gizi ibu hamil diukur dengan

menggunakan Pita LILA (Lingkar Lengan Atas) dan

Timbangan berat badan.


4. Instrumen penelitian
a. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (Independent variabel) : Tingkat

pengetahuan ibu tentang gizi dan kepercayaan

mengonsumsi energy protein.


2. Variable terikat (Depedent variabel) : Status Gizi

Ibu hamil
b. Definisi operasional
1. Status Gizi Ibu hamil
Status gizi ibu hamil adalah keadaan gizi diukur

dengan menggunakan pengukuran antropometri

yaitu untuk mengetahui apakah status gizi ibu hamil

KEK atau tidak KEK, yang dapat diukur dengan

menggunakan Pita LILA atau Lingkar Lengan Atas.


2. Tingkat Pengetahuan tentang Gizi
Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi yang baik

yaitu keadaan dimana ibu hamil dapat menerapkan

33
pengatahuan tentang mengkonsumsi makanan

dengan gizi seimbang. Tingkat pengetahuan ibu

hamil tentang gizi diukur dengan melakukan

wawancara dengan menggunakan kuisioner.


3. Kepercayaan Mengonsumsi energi protein
Kepercayaan seorang ibu dalam mengonsumsi

energi protein adalah keadaan dimana seorang ibu

hamil enggan untuk mengonsumsi suatu makanan

yang mengandung protein dikarenakan kepercayaan

atau mitos-mitos. Ini dapat diketahui dengan

melakukan wawancara langsung.


5. Analisa data
1. Analisa Univariat
Analisis ini digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variable yang

diteliti dalam bentuk distribusi frekuensi dari pengetahuan

tentang gizi dan kepercayaan mengonsumsi energy protein

(Variable independen) dan status gizi ibu hamil (Variabel

Dependen).
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variable

bebas dan terikat, dianalisa dengan hubungan antara dua

variabel.
3. Hipotesa Statistik
H0 : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠ μ2
H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan

tentang gizi dan kepercayaan mengonsumsi energi protein

dengan status gizi ibu hamil di wilayah puskesmas Janapria.

34
Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang

gizi dan kepercayaan mengonsumsi energi protein dengan

status gizi ibu hamil di wilayah puskesmas Janapria.

4. Uji statistik
a) Uji Chi Square
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini ialah uji

Uji Chi Square yang berguna untuk menguji hubungan atau

pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya

hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain.

Karakteristik Chi-square:
1) Nilai Chi-square selalu positif
2) Terdapat beberapa keluarga distribusi chi square

yaitu distribusi chi square dengan DK=1,2,3 dst.


3) Bentuk distribusi chi square adalah menjulur positif.

Rumus Uji Chi-Square:

X2=[
∑ (f 0−f e)
fe ]

Dimana :

X2 = Nilai Chi kuadrat

Fe = frekuensi yang diharapkan

F0 = frekuensi yang diperoleh/diamati

35
b) Korelasi Pearson
Korelasi pearson adalah salah satu ukuran korelasi yang

digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linier

dari dua variabel. Lebih tepatnya uji ini dilakukan untuk

mengetahui besar/derajat hubungan dua variabel. Koefisien

korelasi ( r) dapat diperoleh darai formula berikut:


n ∑Y −(∑ Y 02)
¿
n ∑ X 2−( ∑ X ) 2 ¿
R= ¿
√¿
n ( ∑ XY )−(∑ X ∑Y )
¿
Nilai korelasi ( r) berkisar 0 sd 1 atau bila dengan disertai

arahnya nilainya anatar -1 sd +1. Hubungan antara dua variabel

dapat berpola positif maupun negatif, hubungan positif terjadi

apabila kenaikan satu variabel diikuti kenaikan variabel lain.

36
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. (2015). Lingkar Lengan Atas (LILA). In Z. Andriani, Gambaran Status


Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Ukuran Lingkar Lengan Atas (p. 16). Jakarta:
Fakultas Kedokteran.

Andriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta: Kencana.

Depkes. (2014). Faktor berpengaruh terhadap konsumsi ibu hamil. In D.


Handayani, Faktor Determina Status Gizi Ibu Hamil (p. 42). Sulawesi: Jurnal
Al-Maiiyah.

Hamzah, F. D. (2017). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kekurangan


Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil Diwilyah kerja Puskesmas Langsa.
Jurnal Jumantik , Volume 2 Nomor 2 Halaman 1.

Juariyah. (2018). Kepercayaan dan Praktik Budaya pada Masa Kehamilan


Masyarakat Desa Karangsari. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora , Vol.
20 No. 2 Hal. 167.

K. R. (2015). Ambang batas LILA untuk ibu hamil. In Z. Andriani, Skripsi:


Gambaran Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Ukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA) (p. 18). Jakarta: Fakultas Kedokteran.

37
Fikawati, Sandra dkk. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. PT Raja Grafindo Persada :
Jakarta

Khasanah, N. F. (2017). Hubungan tingkat kepercayaan terhadap mitos tentang


maanan dalam Kehamilan Dengan Ukuran Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil di
Puskesmas mmulharjo. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah , 8.

Marmi. (2014). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi . yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhammad, Z., Hamalding, H., & Ahmad, H. (2019). Analisis Kebiasaan Makan
Pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik di Wilayah Kerja Puskesmas
Pulubala Kabupaten Gorontalo. Jurnal Komunitas Kesehatan Masyarakat
Volume 1 Nomor 1 , Volume 1 Nomor 1 Hal. 48.

Notoatmodjo. (2010). Pendidikan dan Perlaku Kesehatan. In B. Retnaningsih,


Karya Tulis Ilmiah: Hubungan Pengetahuan ibu hamil dengan status gizi ibu
hamil trimester II (p. 23). Surakarta: Fakultas Kesdokteran Unsemar.

Palimbo, A., Firdaus, S., & Rafiah. (2014). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
hamil terhadap Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK). Dinamika
Kesehatan , Vol. 5 No. 2 Halaman 1.

Sandjaja. (2009). Resiko kurang energi kronis pada ibu hamil di indonesia. Gizi
Indonesia , 128.

Sari, D. P. (2017). Gambaran Tingkat Konsumsi Sumber Energi dan Protein pada
Ibu Hamil Trimester I . Journal of Midwifery and Reproduction , Vol. 1 No. 1
Hal. 36.

38

Anda mungkin juga menyukai