Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA)
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA)
Accepted: January 13st, 2018. Approved: September 21st, 2018. Published: October 12st, 2018
DOI: 10.29303/jppipa.v5i1.101
10
JPPIPA: 5(1), January 2019
Pseudomonas aeruginosa dengan kategori sensitif dan bakteri Klebsiella pneumoniae
kategori intermediet. Uji MIC ekstrak kulit buah jeruk nipis pada bakteri S. aureus, S.
epidermidis, dan P. aeruginosa berada pada konsentrasi 25%, dan K. pneumoniae
konsentrasi 50%. Hasil uji lanjut MBC menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan etil asetat
kulit buah jeruk nipis dapat membunuh bakteri P. aeruginosa pada konsentrasi 15%, S.
aureus, S. epidermidis pada konsentrasi 20% dan K. pneumoniae pada konsentrasi 25%.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak etil asetat kulit buah
jeruk nipis lebih efektif dibandingkan dengan ekstrak etanol kulit buah jeruk nipis dalam
menghambat dan membunuh bakteri isolat klinis.
11
JPPIPA: 5(1), January 2019
aktivitas antibakteri diantaranya flavonoid dan lagi untuk diekstraksi kembali dengan cara
polifenol (Nina, 2014). Penelitian ini bertujuan yang sama menggunakan etanol sehingga
untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak diperoleh ekstrak etil asetat dan etanol. Masing-
etanol dan etil asetat kulit buah jeruk nipis (C. masing filtrat hasil ekstraksi kemudian
aurantifolia Swingle) melalui uji MIC dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator
MBC terhadap pertumbuhan bakteri isolat (Rahmadani, 2011). Hasil ekstrak kental etil
klinis. asetat dan etanol kulit buah jeruk nipis
kemudian diencerkan pada konsentrasi 25, 50,
METODE dan 75%.
Penelitian ini merupakan penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan
eksperimental laboratorium dengan mengukur diameter zona hambat bakteri uji
menggunakan Rancangan Acak Lengkap menggunakan metode difusi sumuran Kirby-
(RAL). Bahan yang digunakan untuk uji bakteri Baurer dengan diameter sumuran 6 mm dan
adalah Muller-Hinton Agar (MHA), ekstrak volume ekstrak 50 µl. Uji MIC (kadar hambat
kulit buah jeruk nipis, biakan murni bakteri (S. minimal) dengan metode dilusi dan uji MBC
aureus, S. epidermidis, K. pneumoniae dan P. (kadar bunuh minimal) dengan metode cawan
aeruginosa) yang berasal dari Laboratorium sebar. Analisis data secara kuantitatif 5
Unit Riset Biomedik Rumah Sakit Umum menggunakan ANOVA dua arah dan
Provinsi, siprofloksasin sebagai kontrol positif dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf
dan aquadest steril sebagai kontol negatif. signifikansi α= 5%.
Proses ekstraksi kulit buah jeruk nipis
menggunakan metode maserasi. Sebanyak 400 HASIL DAN PEMBAHASAN
gram kulit buah jeruk nipis ditimbang dan Deskripsi Hasil Pengamatan Uji Sensitivitas
dibersihkan dengan air mengalir, kemudian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diiris atau dipotong kecil-kecil menggunakan pemberian ekstrak etanol dan etil asetat kulit
silet kemudian dikeringanginkan. Setelah buah jeruk nipis (C. aurantifolia Swingle) dapat
kering, irisan tersebut ditimbang, dan menghambat pertumbuhan bakteri uji ditandai
dihancurkan menggunakan blender sehingga dengan terbentuknya zona bening pada medium
berbentuk bubuk (simplisia). Sebanyak 50 yang telah ditumbuhi bakteri selama 24 jam.
gram simplisia direndam dalam 250 ml pelarut Aktivitas daya hambat ekstrak kulit buah jeruk
etil asetat. Hasil rendaman kemudian disaring nipis (Citrus aurantifolia Swingle) pada bakteri
dan dituang pada labu erlenmeyer. Ampas atau uji memperoleh hasil yang bervariasi. Hasil
residu ekstrak etil asetat kulit buah jeruk nipis pengukuran zona hambat bakteri lebih rinci
dari hasil ekstraksi pertama dikeringanginkan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etil asetat dan etanol kulit buah jeruk nipis (Citrus
aurantifolia Swingle) dalam berbagai pelarut terhadap pertumbuhan bakteri isolat klinis
Diameter Zona Hambat Bakteri Uji (mm)
No. Bakteri Uji Etil Asetat (%) Etanol (%)
25 50 75 25 50 75
1 Staphylococcus aureus 12.83 21.16 29.50 12.50 17.33 18.33
Kategori I S S I S S
2 Staphylococcus epidermidis 24.5 28.33 31 11.66 15.16 18.33
Kategori S S S I S S
3 Klebsiella pneumoniae 12.16 12.66 15.66 6.50 11.16 11.66
Kategori I I S R I I
4 Pseudomonas aeruginosa 26.16 30.66 34.16 11.33 17.66 21.50
Kategori S S S I S S
Keterangan: R : Resisten (diameter ≤ 9 mm)
I : Intermediet (diameter 10 > 𝜙 ≤ 13 mm)
S : Sensitif (diameter ≥ 14 mm) (Lorian, 1995).
12
JPPIPA: 5(1), January 2019
40
35
Diameter Zona Hambat (mm)
30
25
20
15
10
5
0
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Klebsiela pneumoniae Pseudomonas aeruginosa
Gambar 1. Grafik rata-rata diameter zona hambat ekstrak etil asetat kulit buah jeruk nipis (C. aurantifolia
Swingle) terhadap pertumbuhan bakteri isolat klinis.
25
Diameter Zona Hambat (mm)
20
15
10
0
Staphylococcus aureus Staphylococcus Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeruginosa
epidermidis
Gambar 2. Grafik rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol kulit buah jeruk nipis (C. aurantifolia
Swingle) terhadap pertumbuhan bakteri isolat klinis.
Uji MIC (Minimum Inhibitory pada medium sukar dibedakan. Hal ini
Concentration) dikarenakan pekatnya ekstrak yang digunakan
Hasil uji bioassay menunjukkan bahwa akibatnya medium terlihat keruh dengan warna
pada bakteri S. aureus, S. epidermidis dan P. hijau pekat, sehingga Kadar Hambat
aeruginosa mempunyai zona hambat Minimalnya (MIC) tidak dapat ditentukan.
intermediet paling rendah pada konsentrasi 25%.
Sedangkan pada K. pneumoniae mempunyai Uji MBC (Minimum Bactericidal
zona kategori intermediet paling rendah pada Concentration)
konsentrasi 50%. Oleh karena itu, masing- Hasil uji Kadar Bunuh Minimal (MBC)
masing konsentrasi pada bakteri uji diencerkan dengan konsentrasi paling rendah terdapat pada
dengan presentase menurun sehingga diperoleh bakteri P. aeruginosa yakni pada konsentrasi
pengenceran pada konsentrasi 10, 15, 20, 25 dan 15%. Pada bakteri S. aureus dan S. epidermidis
30% pada pelarut etil asetat sedangkan pada pada konsentrasi 20%. Sedangkan pada bakteri
pelarut etanol pengenceran dilakukan pada K. pneumoniae menunjukkan kadar bunuh
konsentrasi 15, 20, 25 dan 30%. Setelah minimal pada konsentrasi paling tinggi yakni
diinkubasi selama 24 jam, tingkat kejernihan
13
JPPIPA: 5(1), January 2019
konsentrasi 25%. Hasil uji MBC lebih rinci
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji konsentrasi kadar bunuh minimal (MBC) pada bakteri isolat klinis
Bakteri Uji Etil Asetat Etanol
10 15 20 25 30 10 15 20 25 30
Staphylococcus aureus + + - x x + + - x x
Staphylococcus epidermidis - - - x x + + - x x
Klebsiella pneumoniae x x x - - x x + - -
Pseudomonas aeruginosa + - - x x + - - x x
Keterangan : Tanda (+) menunjukkan terdapat pertumbuhan bakteri
Tanda (-) menunjukkan tidak terdapat pertumbuhan bakteri
Tanda (x) menunjukkan tidak dilakukan pengujian
Hasil Analisis Data Uji ANOVA Diameter memberikan pengaruh yang berbeda nyata
Zona Hambat Bakteri Uji terhadap konsentrasi ekstrak yakni 25, 50 dan
Setelah diperoleh hasil pengukuran 75%. Sedangkan pelarut etanol menunjukkan
diameter zona hambat pada masing-masing bahwa konsentrasi 25% tidak berbeda nyata
bakteri uji, selanjutnya dilakukan pengujian dengan konsentrasi 50% tetapi konsentrasi 50%
statistik menggunakan uji ANOVA dua arah berbeda nyata dengan konsentrasi 75%.
dengan interaksi. Hasil uji ANOVA Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui
menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang bahwa pelarut etil asetat lebih efektif dalam
signifikan antara faktor pelarut dengan faktor menghambat dan memberikan pengaruh yang
konsentrasi berpengaruh nyata terhadap zona signifikan terhadap pertumbuhan bakteri uji. Hal
hambat setiap bakteri uji, karena nilai F hitung > ini dapat diketahui dari hasil pengukuran
F tabel maka dilakukan uji lanjut BNT (Uji Beda diameter zona hambat setiap bakteri (yang
Nyata Terkecil) pada taraf kepercayaan 95% (α= tergolong kategori intermediet dan sensitif) dan
0.05). Uji lanjut BNT bertujuan untuk hasil uji konsentrasi daya bunuh minimal (MBC)
mengetahui perlakuan optimal berdasarkan nilai bakteri uji. Hal ini disebabkan karena pelarut etil
rata-rata tiap perlakuan. asetat dapat menyari senyawa bahan aktif
Hasil uji BNT antara faktor pelarut antibakteri seperti flavonoid dan polifenol yang
terhadap diameter zona hambat bakteri dapat menghambat dan mengganggu keutuhan
menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan dinding sel bakteri dan membran sel bakteri serta
pelarut etanol berbeda nyata dengan perlakuan mengganggu replikasi DNA. Sedangkan ekstrak
menggunakan pelarut etil asetat pada masing- kulit buah jeruk nipis dalam pelarut etanol
masing bakteri uji. Hasil uji BNT pada faktor kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan
konsentrasi terhadap diameter zona hambat bakteri khususnya bakteri yang mempunyai
bakteri uji menunjukkan bahwa bakteri S. kapsul seperti K. pneumoniae. Pada
aureus, K. pneumoniae dan P. aeruginosa K. pneumoniae mempunyai diameter zona
memperoleh hasil yakni pada masing-masing hambat yang terkecil dan menunjukkan bahwa
konsentrasi berbeda nyata satu sama lainnya, bakteri tersebut tergolong kategori resisten pada
pada perlakuan konsentrasi 75% memiliki konsentrasi 25% dan tergolong kategori
diameter zona hambat lebih besar dibandingkan intermediet dalam konsentrasi tinggi yakni 50%
dengan perlakuan konsentrasi 25%. Sedangkan dan 75%. Sedangkan ekstrak etanol kulit buah
pada bakteri S. epidermidis menunjukkan bahwa jeruk nipis pada bakteri S. aureus, S.
perlakuan konsentrasi 75% berbeda nyata epidermidis dan P. aeruginosa pada konsentrasi
dengan perlakuan konsentrasi 25% tetapi 25, 50 dan 75% efektif dalam menghambat
perlakuan konsentrasi 75% tidak berbeda nyata pertumbuhan bakteri tersebut.
dengan perlakuan konsentrasi 50%. Hasil uji Berdasarkan hasil penelitian tersebut
BNT interaksi antara faktor pelarut dengan dapat diketahui bahwa bakteri S. aureus, S.
faktor konsentrasi pada bakteri Staphylococcus epidermidis dan P. aeruginosa lebih
aureus menunjukkan bahwa pelarut etil asetat peka terhadap ekstrak kulit buah jeruk nipis
14
JPPIPA: 5(1), January 2019
dibandingkan bakteri K. pneumoniae. Hal ini Pembentukan biofilm pada Staphylococcus spp.
kemungkinan disebabkan karena bakteri K. ditandai dengan adhesi bakteri ke permukaan
pneumoniae mempunyai kapsul yang padat yang diikuti oleh pertumbuhan
membungkus dinding sel bakteri sehingga menghasilkan beberapa lapisan sel kluster. Pada
menghambat masuknya senyawa aktif ekstrak S. epidermidis, pembentukan banyak lapisan sel
kulit buah jeruk nipis ke dalam dinding sel telah dihubungkan khusus pada mekanisme
bakteri tersebut. Hal ini didukung oleh pendapat adhesi sel ke sel yang terkait dengan glikosida β-
Dewi (2013) menyatakan bahwa faktor virulensi 1,6 dan dikenal sebagai polysaccharide
bakteri yang mempengaruhi patogenesis pada K. intercellular adhesin (PIA). Protein yang terlibat
pneumoniae adalah kapsul polisakarida, dalam sintesis matriks polisakarida diatur oleh
endotoksin dan reseptor dinding sel. K. lokus gen ica pada S. epidermidis dan S. aureus.
pneumoniae memiliki kapsul besar yang terdiri Sedangkan pada P. aeruginosa
dari polisakarida (antigen K) yang menutupi membentuk struktur seperti biofilm yang terdiri
antigen somatik (antigen O) berfungsi dari kelompok bakteri dikelilingi oleh matriks
meningkatkan patogenitas bakteri. Struktur padat dan ditemukan melekat 10 pada sel epitel dan
kapsul tersebut berfungsi melindungi bakteri protein membran luar di saluran pernafasan.
dari fagositosis oleh granulosit Senyawa aktif ekstrak etil asetat kulit
polimorfonuklear dan mencegah kematian buah jeruk nipis seperti polifenol mampu
bakteri. merusak pembentukan biofilm pada bakteri S.
Sedangkan pada bakteri S. aureus, aureus, S. epidermidis dan P. aeruginosa. Hal
S. epidermidis dan P. aeruginosa lebih ini selaras dengan pendapat Idris (2013)
peka terhadap pemberian ekstrak etil asetat kulit menyatakan bahwa senyawa yang dapat
buah jeruk nipis, artinya bahwa senyawa aktif berperan sebagai antibiofilm antara lain
ekstrak kulit buah jeruk nipis dapat teraktivasi polifenol. Polifenol sebagai antibiofilm melalui
dengan baik pada bakteri tersebut. Bakteri S. penghambatan sisntesis protein sel bakteri
aureus, S. epidermidis dan P. aeruginosa dengan cara bereaksi dengan11 enzim
mampu membentuk biofilm sebagai bentuk glukosiltransferase yang berperan dalam
virulensi terhadap sel inang. Menurut Heryatinis pembentukan biofilm. Jika enzim tersebut
(2016), biofilm merupakan bentuk kehidupan dihambat, maka biofilm tidak dapat terbentuk.
mikroorganisme yang menempel pada suatu Berdasarkan uraian diatas, dapat
permukaan dengan membentuk matriks yang dikatakan bahwa kulit buah jeruk nipis efektif
terbuat dari extracellular polymeric substance untuk digunakan dalam mengobati penyakit,
(EPS). EPS dapat berbeda sifat kimia dan fisik khususnya penyakit yang menyebabkan iritasi
yang terdiri dari polisakarida. Beberapa pada permukaan kulit seperti jerawat yang
polisakarida bersifat netral atau polianionik, disebabkan oleh S. aureus, bisul yang
seperti EPS bakteri Gram negatif. Pada beberapa disebabkan oleh S. epidermidis dan infeksi luka
bakteri Gram positif (Staphylococci) komposisi bakar yang disebabkan oleh P. aeruginosa,
kimia dari EPS bersifat kation. kurang efektif dalam mengobati penyakit
Selanjutnya Heryantinis (2016) pneumonia yang disebabkan oleh K.
menjelaskan bahwa mikroorganisme yang pneumoniae. Hal ini selaras dengan pendapat
paling sering dikaitkan dengan infeksi alat medis Sarwono (2003) menjelaskan bahwa kulit buah
yaitu S. epidermidis dan S. aureus, P. jeruk nipis digunakan sebagai bahan antiseptika
aeruginosa dan bakteri lingkungan lainnya. (mulut dan kerongkongan) dan anti iritasi.
15
JPPIPA: 5(1), January 2019
3. Hambatan tertinggi ekstrak etanol kulit buah 33277 Secara In Vitro. Diakses dari
jeruk nipis dengan kategori sensitif dicapai http://repository.unej.ac.id/handle/1234
pada konsentrasi 50% yaitu pada bakteri P. 56789/65611. Diakses pada tanggal 9
aeruginosa sebesar17,66 mm dan Februari 2017 pukul 20.30 WITA.
Staphylococcus epidermidis sebesar 17,33
mm. Lorian, V. (1995). Antibiotics in laboratory
4. Daya bunuh minimal ekstrak kulit buah medicine. In J. F. Acar, & F. W.
jeruk nipis menggunakan pelarut etil asetat Goldstein (Eds.), Disk susceptibility
dan etanol dicapai pada konsentrasi ekstrak test, (4th ed) (p. 1).London: Williams
25%. & Walkins Awaverly.
5. Bakteri S. epidermidis dan P. aeruginosa Nina, S. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri
merupakan bakteri yang paling sensitif pada Ekstrak Kulit Batang Kamboja
ekstrak kulit buah jeruk nipis dalam pelarut (Plumeria acuminate. Ait.) Terhadap
etil asetat; dan K. pneumoniae kurang peka Bakteri Isolat Klinis. Skripsi.
terhadap ekstrak etanol kulit buah jeruk Mataram: Universitas Mataram.
nipis.
Nindhita, R. P. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri
Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus
DAFTAR PUSTAKA aurantifolia Swingle) Terhadap
Andi. 2016. Efektivitas Ekstrak Kulit Jeruk pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aures Secara In Vitro. Jember:
Nipis (Citrus Aurantifolia) Dengan
Universitas Jember.
NaOCl 5,25% Sebagai Alternatif
Larutan Irigasi Saluran Akar Dalam Rahmadani, ST. 2011. Uji Aktivitas
Menghambat Bakteri Enterococcus Antibakteri Ekstrak Daun Binahong
faecalis. Skripsi. Makassar: (Anredera cardifolia) Terhadap
Departemen Konservasi Gigi Fakultas Pertumbuhan Bakteri Isolat Klinis.
Kedokteran Gigi Universitas Skripsi. Mataram: Universitas
Hasanuddin. Mataram.
Dewi. 2013. Perbedaan Pola Kepekaan Rasti, P. W. 2015. Jurnal ilmiah: Pengaruh
Terhadap Antibiotik pada Klebsiella Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Nipis
sp. yang Mengkolonisasi Nasofaring (Citrus Aurantifolia (christm.)
Balita. Tesis. Semarang: Universitas Swingle) Terhadap Penyembuhan
Diponegoro. Ulkus Traumatic Pada Rattus
Heryantinis. 2016. Infeksi Biofil Bakterial 4: 4- norvegicus Strain Wistar. Surakarta:
8. Manado: Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Universitas Sam Ratulangi Manado. Muhammadiyah Surakarta.
Idris, M. 2013. Efektifitas ekstrak Aloe vera Rima, M. 2012. Aktivitas Antibakteri Ekstrak
terhadap pertumbuhan bakteri Etil Asetat Kulit Buah Jeruk Nipis
Streptococcus sanguis. skripsi. (Citrus Aurantifolia Swingle) Dan
Makassar: FKG Universitas Fraksi Etil Asetat Sisa Destilasi
Hassanudin. Ekstrak Teraktif Terhadap Bakteri
Penyebab Jerawat Serta Identifikasi
Jawetz, M., Adelberg. 2005. Mikrobiologi Senyawa Aktifnya. Tesis. Yogyakarta:
Kedokteran Edisi 23. Alih Bahasa: Ilmu Farmasi UGM.
Huriwati H, dkk. Jakarta: EGC.
Romli, A. 2010. Mengenal Kandungan dan
Kharismayanti, A. 2015. Uji Aktivitas Khasiat Buah dan Sayur Untuk
Antibakteri Minyak Atsiri Daun Jeruk Menjaga Kesehatan Tubuh.
Nipis (Citrus aurantifolia (Christm. & Yogyakarta: Pionir Media.
Panz.) Swingle) Terhadap
Porphyromonas gingivalis ATCC
16
JPPIPA: 5(1), January 2019
Sarwono, B. 2003. Khasiat dan Manfaat Jeruk Setiabudy, R. 2007. Farmakologi dan Terapi
Nipis. Jakarta: Agromedia Pustaka. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
17