Anda di halaman 1dari 5

(c) Validitas Eksternal

Dalam penelitian sosial sudah cukup banyak alat pengukur yang diciptakan oleh para peneliti
untuk mengukur gejala sosial, dan alat pengukur tersebut sudah memiliki validitas. Misalnya, ada
peneliti lain yang menciptakan alat pengukur baru yang berbeda dengan alat pengukur
sbeleumnya, tetapi sama tujuannya. Alat pengukur baru ini dicoba pada sekelompok responden
yang juga idminta mengisi skala pengukur sebelumnya yang sudah valid. Bila alat pengukur yang
baru ini memberikan hasil yang realtif ama dengan hasil pengukuran yang baru ini sudah memiliki
validitas yang memadai.
Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkolerasikan alat pengukur
baru dengan tolak ukur eksternal (yang berupa alat ukur yang sudah valid)

(d) Validitas Prediktif


Validitas prediktif adalah kesahihan yang didasarkan pada hubungan yang teratur antara
tingkah laku apa yang diramalkan oleh sebuah tes dan tingkah laku sebenarnya yang ditampilkan
oleh individu atau kelompok. Alat pengukur yang dibuat oleh peneliti sering kali dimaksudkan
untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Contoh ujian seleksi
penerimaan pegawai baru, antara lain diberi soal yang diteskan pada sejumlah calon, dan calon
yang dianggap pintar tersaing lulus sudah ditentukan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Ternyata setelah masuk bekerja apa yang diharapkan organisasi tidak tercapai maka instrumen
atau soal yang dulu diteskan kepada calon pegawai tersebut dapat dikatakan tidak valid.

(e) Validitas Budaya


Validitas ini penting bagi penelitian di negara yang suku bangsanya sangat bervariasi. Suatu
alat pengukur yang sudah valid untuk penelitian di suatu negara, belum tentu akan valid bila
digunakan di negara lain yang budayanya berbeda. Misalnya, kuesioner pengukur interaksi
keluarga yang dikembangkan di negara Barat tidak sesuai bila digunakan di Indonesia, karena
konsep Barat mengenai keluarga selalu didasarkan pada nuclear family yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak. Sedangkan di Indonesia konsep keluarga biasanya didasarkan pada extended family,
yang tidak hanya terdiri dari bapak, ibu, dan anak, tetapi juga keluarga dekat lainnya.
(f) Validitas Rupa
Validitas rupa adalah jenis validitas yang berbeda dengan validitas lainnya seperti yang
dikemukakan di atas. Validitas rupa tidak menunjukkan apakah alat pengukur mengukur apa yang
ingin di ukur, tetapi hanya menunjukkan bahwa dari segi rupanya" suatu alat ukur tampaknya
mengukur apa yang ingin diukur
Validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengertian
kecerdasan, bakat dan keterampilan. Hal ini disebabkan dalam pengukuran aspek kemampuan
seperti itu faktor rupa alat ukur akan menentukan sejauh mana minat orang di dalam menjawab
soal-soal dan pertanyaan dalam alat ukur. Dalam penelitian survai, validitas rupa itu tidak menjadi
masalah penting, karena alat ukur yang biasanya dipakai adalah kuesioner yang tujuannya untuk
mencari tingkat kecerdasan bakat dan keterampilan. Menurut Jerry J. Weygant (2003:43-44) ada
tambahan validitas yaitu validitas berdasarkan kriteria.
(g) Validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity)
Validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) terpenuhi jika pengukuran
membedakan individu menurut suatu kriteria yang diharapkan prediksi. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan menghasilkan validitas konkuren (concurrent validity) atau validity prediktif
(predictive validity), seperti dijelaskan di bawah. Validitas konkuren dihasilkan jika skala
membedakan individu yang diketahui berbeda: yaitu, mereka harus menghasilkan skor yang
berbeda pada instrumen.
Dengan demikian, validitas bisa dihasilkan dengan berbagai cara. Ukuran yang dipublikasikan
untuk berbagai konsep biasanya melaporkan jenis validitas yang telah dihasikan untuk instrumen,
sehingga pengguna atau pembaca dapat menilai "ketepatan" pengukuran.

b) Reliabilitas Instrumen
Menurut Rahyuda (2004:66), reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsisten sutu alat
pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Dengan pengukuran gejala social kesalahan
pengukuran ini cukup besar. Untuk mengetahui kesalahan yang sebenarnya, kesalahan pengukuran
ini sangat diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengukuran maka reliable alat pengukuran,
sebaliknya makin besar pengukuran makin tidak reliable alat pengukuran tersebut. Besar
kecilnya kesalah pengukuran dapat diketahui antara lain dari indeks korelasi antara hasil
pengukuran pertama dengan kedua.
Menurut Mudrajad Kuncoro (2009.175), reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas
dari suatu skor (skala pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas karena yang pertama
memusatkan perhatian pada masalah konsistensi, sedang yang kedua lebih memperhatikan
masalah ketepatan. Dengan demikian, reliabilitas mencakup dua hal utama, yaitu:
1. Stabilitas Ukuran
2 Konsistensi Internasl Ukuran (Sekaran, 2000:205-7)

1. Stabilitas Ukuran
Stabilitas ukuran menunjukkan kemapuan sebuah ukuran untuk tetap stabil atau tidak rentan
terhadap perubahan situasi apa pun. Kestabilan ukuran dapat membuktikan kebaikan (goodness)
sebuah ukuran dalam mengukur sebuah konsep.
Terdapat dua jenis uji stabilitas, yaitu:
1) test-retest reliability
2) reliabilitas bentuk parelel (parallel-form reliability)

1) test-retest reliability
Koefisien reliabilitas yang diperoleh dari penhulangan pengukuran konsep yang sama dalam
dua kali kesempatan, yaitu kuesioner yang berisi item-item untuk mengukur konsep yang
diberikan kepada responden pada saat ini akan diberikan kembali pada responden yang sama
dalam waktu yang berbeda (misalnya 2 minggu-6 bulan). Kemudia korelasi antarskor yang
diperoleh dari responden yang sama dengan dua waktu berbeda inilah yang disebut dengan
koefisien test-retest. Semakin tinggi koefisien, semakin baik test-retest reliability, sehingga
semakin stabil sebuah ukuran untuk waktu yang berbeda.

2) Realibilitas bentuk parallel (parallel-form reliability)


Terjadi ketika respon dari dua pengukuran yang sebanding dalam menyusun konstruk yang
sama memiliki korelasi yang tinggi. Kedua bentuk pengukur memiliki item yang serupa dan
format respon yang sama dengan sedikit perubahan dalam penyusunan kalimat dan urutan
pertanyaan. Yang ingin diketahui di sini adalah kesalahan validitas yang disebabkan oleh adanya
perbedaan dalam menyusun kalimat dan urutan pertanyaan. Jika dua bentuk pengukuran yang
sebanding memiliki korelasi yang tinggi (katakanlah 0,8 atau lebih), maka dapat dipastikan ukuan
tersebut dapat dipercaya (reliable) dengan kesalahan varian minima karena factor penyusunan
kalimat dan urutan pertanyaan.

D. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Cara Menguji Validitas Instrumen
Terdapat berbagai jenis validitas, maka yang dibicarakan di sini adalah pengujian validitas
konstrak. Dengan memahami cara penyusunan validitas konstrak, maka penyusunan validitas
lainnya akan lebih mudah karena pada dasarnya prinsip perhitungannya adalah sama. Untuk
menguji validitas konstrak dapat digunakan pendapat dari para ahli. Dalam hal ini, sebuah
instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berdasarkan teori tertentu,
maka selanjutnya dikonstruksikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapat tentang instrume yang
disusun itu. Jumlah ahli yang digunakan minimal tiga orang.
Cara Menguji Reliabilitas Instrumen
Menurut Anastasi (Masri, 1989) ada beberapa Teknik yang digunakan untuk menghitung
reliabilitas instrument suatu penelitian, yaitu Teknik pengukuran ulang (test retest), Teknik belah
dua, dan Teknik parallel.
1. Teknik Pengukuran Ulang
Untuk mengetahui reliabilitas suatu alat pengukur dengan pengukuran ulang dapat
dilakukan dengan meminta kepada responden yang sama untuk menjawab semua pertanyaan
pada alat pengukur sebnayak dua klaidalam selang waktu tidak terlalu dekatdan tidak terlalu
lama, misalnya 15-30 hari. Hasil pengukur pertama dikorelasikan dengan hasil pengukuran
kedua. Bila angka korelasi melebihi angka krisis maka korelasi tersebut signifikan.
2. Teknik Belah Dua
Teknik ini dapat digunkaan bila alat pengukur yang disusun memiliki cukup banyak item
(pertanyaan-pertanyaan) yang dibuat untuk mengukur aspek yang sama mislanya 50-60 iem.
Semkain banyak item maka reliabilitas alat pengukur akan semakin baik.
Langkah-langkah:
1) Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian di validitas itemnya.
Item-item yang valid dikumpulkan sedangkan tidak dibuang.
2) Membagi item-item yang valid menjadi dua belahan secara random atas dasar nomor genap
dan ganjil.
3) Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan sehingga memperoleh dua
skor total untuk masing-masing memperoleh dua skor total untuk masing-masing
responden, yaitu skor total untuk belahan pertama dan skor total untuk belahan kedua.
4) Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua.
5) Hasil korelasi yang diperoleh karena dibelah akan lebih rendah dibandingkan dengan hasil
korelasi bila tidak dibelah, maka harus dicari angka reliabilitas untuk keseluruhan item
tanpa dibelah.
Cara yang digunakan dengan menggunkan rumus.
r total = 2 (r.tt) / 1 + r.tt
keterangan:
r total = angka reliabilitas keseluruhan item
t.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua.
Misalnya, didapat angka korelasi pertama dan belahan kedua 0,80 selanjutnya angka ini
dimasukkan ke dalam rumus maka:
r total = 2 (r.tt) / 1 + r.tt
= 2 (0,80) / 1 + 0,80
= 0,89
Angka korelasi ini lebih besar dibandingkan angka yang diperoleh sebelumnya. Angka ini
dibandingkan dengan angka korelasi kritis, bila haislnya lebih besar maka pengukur tersebut
dikatakan reliabel.

3. Teknik Bentuk Parallel


Perhitungan reliabel dengan menggunakan Teknik ini dilakukan dengan emmbuat dua jenis
alat pengukur untuk mengukur aspek yang sama. Kedua lat pengukur tersebut diberikan pada
responden yang sama, kemudian dicari validitas untuk masing-masing jenis. Untuk
menghitung reliabilitas perlu mengkorelasikan skor total dari kedua alat pengukur tersebut.

Anda mungkin juga menyukai