A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
a. Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran
b. Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan
c. Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia,
perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan
2. Etiologi
Etiologi thypoid abdominalis adalah salmonella typhi yang berhasil diisolasi pertama kali
dari seorang pasien thypoid abdominalis oleh Gaffkey di Jerman pada tahun 1884,
mikroorganisme ini merupakan bakteri gram negatif yang motil dan bersifat aerob. Kuman
Salmonella thypii masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar.
3. Insiden
Thypoid abdominalis merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas didaerah tropis
dan subtropis terutama didaerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar
hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran
thypoid abdominalis di negara sedang berkembang adalah urbanisasi, kepadatan penduduk,
sumber air minum dan standar hygiene industri pengelolahan makanan yang masih rendah.
Menurut PANG, selain karena meningkatnya urbanisasi, thypoid abdominalis masih terus
menjadi masalah karena faktor lain yaitu penyediaan air bersih yang tidak memadai. (Soegeng
Soegijanto, 2002)
Di Indonesia, thypoid abdominalis terdapat dalam keadaan endemik, pasien anak yang
Selama ini penyakit thypoid abdominalis masih merupakan masalah kesehatan diberbagai
negara tropis, terutama Indonesia, kejadian tifus didunia sekitar 16 juta kasus setiap tahunnya. Di
Indonesia kejadian thypoid abdominalis mencapai 760-810 kasus per 100 ribu penduduk per
4. Patofisiologi
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus halus melalui pembuluh limfe
lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain, terutama hati dan limfa. Basil
yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe sehingga organ-organ tersebut
akan membesar (hipertropi) disertai nyeri pada perabaan, kemudian basil masuk kembali
kedalam darah (bakteremia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid
usus halus, sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri.
Tukak tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan
oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
(Ngastiyah, 2005).
5. Manifestasi Klinik
a. Masa tunas 10 – 20 hari yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan
b. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan,
lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang.
c. Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu
tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan
d. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering
dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan.
e. Gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis
sampai somnolen, jarang terjadi stupor atau koma (kecuali penyakitnya berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan).
f. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena
emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam.
6. Komplikasi
a. Komplikasi Intestinal
1. Pendarahan usus
2. Perforasi usus
3. Ileus paralitik
b. Komplikasi ektra-intestinal
1. Komplikasi kardiovaskuler
2. Komplikasi darah
c. Komplikasi paru
f. Komplikasi neuropsikiatrik
7. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama sakit, lebih
sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.
Pemeriksaan widal
abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap minggu
Terdapat gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel System (RES)
8. Penatalaksanaan Medik
a. Perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan, observasi dan
Isolasi pasien.
Desinfeksi pakaian.
Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah,
Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total),
kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, boleh berdiri kemudian berjalan diruangan.
b. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh
mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari,
bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran
dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan biasa.
c. Obat
Cloramphenicol
Dosis untuk anak : 50 – 100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas/minimal
14 hari.
Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas/minimal 10
hari.
Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Cloramphenicol juga diterapi dengan ampicillin
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut,
pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga
b) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan
eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan.
Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak
keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi
maka segala kebutuhan klien dibantu.
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami
7) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410 C, muka kemerahan.
b) Tingkat kesadaran
c) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.
d) Sistem kardiovaskuler
e) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
f) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan
konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.
g) Sistem muskuloskeletal
h) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan
pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus
meningkat.
2. Diagnose keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan, dispnea.
b. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypii.
e. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
f. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan peningkatan
suhu tubuh.
k. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi
anaknya.
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan, dispnea.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3X24 jam pola napas efektif
5) Kolaborasi
R/: Perlu untuk mengatasi/mencegah hipoksia. Bila pernapasan/oksigenasi tidak adekuat, ventilasi
TD : 80-120/60-80 mmhg
N : 80-100x/i
S : 36,5-370 C
P : 24-32x/i
Intervensi Keperawatan
R/: Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk
melakukan intervensi selanjutnya
2.) Beri kompres pada daerah dahi
R/: Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh
R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan
TD : 80-120/60-80 mmhg
N : 80-100x/i
S : 36,5-370C
P : 24-32x/i
Intervensi keperawatan
R/: Sebagai indikator dalam melakukan intervensi selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana
nyeri dipersepsikan.
R/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyeri
4.) Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya visualisasi, aktivitas
R/: Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri
Intervensi Keperawatan
R/: Mengetahui kebiasaan tidur klien, mengetahui gangguan yang dialami, memudahkan intervensi
selanjutnya
2.) Berikan bantal yang nyaman
4.) Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung sebelum tidur
Keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah
Intervensi Keperawatan
1) Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulit
R/: Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek dari kehilangan
cairan
2) Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah
4) Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuat
R/: Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh
R/: Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan yang hilang
f. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, nausea, intake
inadekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam kekurangan nutrisi tidak terjadi
Intervensi keperawatan
R/: Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnya
4) Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukai
R/: Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klien
5) Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung
gas/asam, pedas
R/: dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan asupan
nutrisi
6) Kolaborasi
R/: Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, pola eliminasi kembali normal
- Konsistensi lunak
Intervensi Keperawatan
R/: Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit
6) Kolaborasi
Intervensi Keperawatan
R/: Aktivitas yang berlebihan mampu memperburuk kondisi dan meningkatkan resiko cedera
4) Kolaborasi
secara mandiri
Intervensi Keperawatan
1) Kaji tingkat intoleransi klien
R/: Menetapkan intervensi yang tepat
Intervensi keperwatan :
k. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi
anaknya
- Orang tua klien tidak lagi sering bertanya tentang kondisi anaknya
Intervensi Keperawatan
R/: Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klien yang menjadi indikaor
R/: Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban yang
dirasakan berkurang
R/: Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan
R/: Meyakinkan orang tua klien bahwa selain perawatan/ pengobatan masih ada yang lebih kuasa yang
dapat menyembuhkan
E. Evaluasi
a. Pola napas efektif
24-32 x/menit
Bebas demam
c. Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria :
Klien tidak mengeluh nyeri.
Mukosa lembab
g.Gangguan persepsi sensori teratsi ditandai dengan tidak terjadi gangguan kesadaran
Konsistensi lunak
i. Kelemahan tearatasi ditandai dengan klien mampu melakukan aktivitas sehari-
j. Gangguan personal hygiene teratasi ditandai dengan klien tampak rapi dan tampak
segar