Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eksistensi batik di Indonesia terkait dengan perkembangan kerajaan di nusantara
hingga penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa yaitu pada masa kerajaan Mataram, masa
Kasunanan, dan masa Kasultanan. Setelah akhir abad ke-18 dan abad ke-19, perkembangan
batik di Jawa cukup pesat. Pada saat itu batik yang dihasilkan adalah batik tulis. Penggunaan
batik cap baru dikenal setelah perang dunia I atau sekitar tahun 1920an (Hariyana Nurainun,
dkk, 2008: 124). Salah satu sumber daya alam di Indonesia yang dapat digunakan dalam
kerajinan batik adalah zat pewarna alam (Maman Tocharman, tt: 1-2). Dalam
perkembangannya, penggunaan bahan alam untuk pewarnaan batik sejalan dengan konsep
pemanfaatan produk ramah lingkungan dengan memanfaatan sumber-sumber pewarna alami.
Di beberapa negara seperti Jerman dan Belanda, telah dilakukan pelarangan penggunaan zat
pewarna berbahan kimia sejak tahun 1996. Oleh karena itu, mulai bermunculan produk-
produk tekstil yang menggunakan bahan pewarna alami, khususnya batik. Penggunaan batik
berbahan pewarna alami merupakan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang akan
berdampak pada pelestarian kenakeragaman hayati dan pendapatan ekonomi masyarakat
(Anak Agung Gede Rai Sedana, dkk, tt: 2).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu batik dengan pewarna alami?
2. Apa saja yang termasuk pewarna alami pada kain ?
3. Kaitan pewarna alami dengan Tri Hita Karana?
4. Apa keunggulan menggunakan bahan pewarna alami bila dibandingkan
dengan pewarna tekstil dan dampaknya bagi lingkungan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu batik pewarna alami?
2. Mengetahui apa saja yang termasuk pewarna alami pada kain ?
3. Mengetahui kaitan pewarna alami dengan Tri Hita Karana?
4. Mengetahui apa keunggulan menggunakan bahan pewarna alami bila dibandingkan
dengan pewarna sintetil dan dampaknya bagi lingkungan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Batik dengan Pewarna Alami

Bahan Pewarna alami untuk batik tulis kerap kali membuat orang bingung bahan apa
saja tanaman di sekitar kita yang dapat digunakan untuk mewarnai batik tulis. Pewarnaan
pada batik menjadi salah satu unsur penting dalam menciptakan karya seni batik yang indah.
Tak sulit menemukan bahan pewarna batik karena dengan mudahnya kita akan
mendapatkannya di toko-toko yang menjual bahan dan alat-alat keperluan membatik. Namun
terkadang di dalam proses pewarnaan kain batik, banyak pengrajin batik yang belum
mengolah limbahnya secara benar. Air bekas cucian yang bercampur dengan bahan-bahan
kimia termasuk juga bahan pewarna batik, dialirkan begitu saja ke selokan, yang akhirnya
meleber ke tengah jalan. Bahkan ada juga yang mengalirkannya langsung ke sungai.

Akibatnya sungai menjadi berubah warna dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Limbah tersebut dapat membunuh organisme yang hidup di dalam sungai yang berdampak
buruk pada kelangsungan hidup ikan dan hewan lain yang ada di dalamnya. Untuk
memperkecil resiko yang ditimbulkan dari limbah batik, penggunaan bahan pewarna alami
batik mungkin bisa menjadi salah satu pilihan. Selain lebih ramah lingkungan, dengan
menggunakan bahan pewarna alami juga dapat menghasilkan warna-warna batik klasik yang
alami. Bahan pewarna alami batik bisa didapat dari bahan tumbuh-tumbuhan yang di ekstrak.
Bahan tersebut bisa berasal dari akar, batang, kulit, daun, bunga maupun buahnya. Dari
bahan-bahan tersebut akan dihasilkan warna-warna yang beragam meski tidak selengkap bila
menggunakan zat pewarna batik kimia.

2.2 Mengenal Pewarna Alami Kain Pada Pembuatan Batik

Zat pewarna alami batik merupakan salah satu pilihan untuk menghasilkan warna-
warna batik klasik, meski bahan pewarna alami batik semakin sulit didapatkan namun
beberapa bahan-bahan ini masih bisa diperoleh di sekitar kita ataupun dapat dibeli di pasar-
pasar tradisional. Zat pewarna alami batik biasanya dibuat dari bahan ekstrak tumbuh-
tumbuhan seperti dari batang, akar, daun, kulit, bunga maupun buahnya. Dari masing-masing

2
bahan tersebut akan mampu menghasilkan warna yang beragam meski tidak selengkap jika
menggunakan zat pewarna batik buatan atau sintetis.

Ada banyak sekali bahan pewarna alami untuk batik yang bisa digunakan. Berikut
ini beberapa contoh bahan-bahan alami yang dapat dijadikan sebagai bahan pewarna batik
alami.

Ø Daun Teh
Selain dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman, bagian daun teh yang
sudah tua juga bisa dimanfaatkan untuk membuat zat pewarna alami batik. Bagian
daun teh ini setelah diolah akan menghasilkan warna cokelat.

Ø Daun Alpukat
Alpukat merupakan buah yang sangat baik untuk kesehatan tubuh karena banyak
mengandung vitamin di dalamnya. Selain buahnya, daun alpukat bisa juga
dimanfaatkan sebagai pilihan lain bahan pewarna batik alami yang dapat
menghasilkan warna hijau kecokelatan pada batik.

Ø Daun Jati
Pohon Jati merupakan salah satu tanaman dengan tekstur kayu keras dan sering
menjadi bahan pembuatan mebel dan bahan bangunan rumah dengan kualitas baik.
Daunnya yang lebar dapat digunakan untuk membungkus nasi (pada jaman dahulu)
yang akan membuat cita rasa nasi menjadi lebih sedap. Selain itu, daun jati juga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami batik. Yang digunakan adalah
daun jati yang masih muda. Daun muda inilah yang dapat menghasilkan warna
merah kecokelatan pada batik.

Ø Indigo/ Tarum/ Nila


Tarum merupakan salah satu tanaman yang termasuk ke dalam suku polong-
polongan. Masyarakat Jawa menyebut tanaman ini Tom. Tarum biasa digunakan
sebagai pewarna kain yang dapat menghasilkan warna biru.
Ø Kulit Pohon dan Daun Mangga
Pohon mangga selain menghasilkan buah yang segar untuk dimakan, bagian kulit
kayu pohon ini bisa digunakan sebagai bahan dasar membuat pewarna alami batik.

3
Kulit kayu dan daun pohon mangga dapat menghasilkan warna hijau alami pada
batik.

Ø Akar Pace/ Mengkudu


Tanaman mengkudu masih cukup mudah dijumpai di sekitar kita. Tanaman ini
termasuk tanaman obat yang bisa menyembuhkan beberapa penyakit. Bagian yang
dapat dijadikan sebagai pewarna alami batik adalah akarnya. Akar mengkudu akan
menghasilkan warna merah.

Ø Daun Andong
Andong merupakan jenis tanaman yang biasanya ditanam di halaman rumah sebagai
tanaman hias. Tanaman ini berasal Asia Timur dan dapat tumbuh dengan baik di
dataran rendah hingga ketinggian 1.900 meter di atas permukaan laut. Andong
termasuk tanaman perdu yang tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 4 meter.
Andong mempunyai daun tunggal dengan warna hijau dan merah kecokelatan. Dari
daun inilah yang dapat menghasilkan warna hijau ketika diolah menjadi bahan alami
batik.

Ø Kelapa
Pohon kelapa merupakan salah satu pohon yang seluruh bagiannya dapat
dimanfaatkan oleh manusia, mulai dari akar, batang, buah, daun, kulit kayu dan
bagian lainnya. Untuk pembuatan bahan pewarna alami batik, yang digunakan
adalah sabutnya, yang merupakan kulit terluar dari buah kelapa. Warna yang
dihasilkan dari sabut kelapa adalah warna krem kecokelatan.

Ø Putri Malu
Putri malu dapat dijumpai di mana saja mulai dari pinggir jalan, semak-semak, atau
pun di kebun-kebun. Ciri khas tanaman putri malu adalah daunnya akan menutup
ketika tersentuh. Bagian yang bisa digunakan sebagai bahan pewarna alami adalah
bunga dan daun. Bagian ini akan menghasilkan warna kuning kehijau-hijauan.

Ø Kulit Secang
Secang juga masuk ke dalam keluarga polong-polongan. Kulit pohonnya dapat
diolah menjadi bahan pembuatan minuman penyegar. Di tiap daerah dan negara,

4
secang mempunyai nama yang berbeda. seperti seupeueng (Aceh), sepang (Gayo),
sopang (Toba), lacang (Minangkabau), secang (Sunda), secang (Jawa), secang
(Madura), sepang (Sasak), supa (Bima), sepel (Timor), hape (Sawu), hong (Alor),
sepe (Roti), sema (Manado), dolo (Bare), sapang (Makasar), sepang (Bugis), sepen
(Halmahera selatan), savala (Halmahera Utara), sungiang (Ternate), roro (Tidore),
sappanwood (Inggris), dan suou (Jepang).Selain dijadikan bahan minuman, kulit
kayu secang juga dapat digunakan sebagai warna alami batik yang menghasilkan
warna merah.

Ø Kunyit
Siapa pun pasti sudah mengenal dengan baik dengan yang namanya Kunyit. Karena
kunyit merupakan salah satu tanaman yang sering dijadikan bahan bumbu masakan
yang kita santap sehari-hari. Kunyit juga dimanfaatkan sebagai obat herbal alami yang
dapat menyembuhkan jenis penyakit tertentu. Selain itu, kunyit juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami batik. Bagian tanaman yang digunakan
adalah umbinya yang akan menghasilkan warna kuning.

Ø Bawang Merah
Selain bisa dimanfaatkan sebagai bumbu masak, bawang merah juga bisa digunakan
untuk bahan pewarna alami batik. Bahan yang dapat diambil adalah bagian kulit
yang dapat menghasilkan warna jingga kecokelatan.

Itulah contoh dari beberapa bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna
batik. Karena berasal dari bahan alami, menjadikan bahan pewarna ini lebih ramah
lingkungan. Dengan menggunakan pewarna alami maka secara tidak langsung kita telah turut
berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

2.3 Kaitan Pemakaian Pewarna Alami dengan Tri Hita Karana

Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab


kebahagiaan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara 3 hal yaitu:

1. Parhyangan (Manusia dengan Tuhan)


2. Palemahan (Manusia dengan alam lingkungan)
3. Pawongan (Manusia dengan sesama)

5
Penggunaan pewarna alami pada proses pembuatan batik berhubungan dengan salah satu
bagian dari Tri Hita Karana yaitu “Palemahan” yaitu hubungan manusia dengan lingkungan.
Lingkungan ini mencangkup tumbuh-tumbuhan, bianatang dan hal-hal yang bersifat sekala
dan niskala. Pewarnaan pada batik menjadi salah satu unsur penting dalam menciptakan karya
seni batik yang indah. Tak sulit menemukan bahan pewarna batik karena dengan mudahnya
kita akan mendapatkannya di toko-toko yang menjual bahan dan alat-alat keperluan
membatik.

Namun terkadang di dalam proses pewarnaan kain batik, banyak pengrajin batik yang
belum mengolah limbahnya secara benar. Air bekas cucian yang bercampur dengan bahan-
bahan kimia termasuk juga bahan pewarna batik, dialirkan begitu saja ke selokan, yang
akhirnya mengalir ke tengah jalan. Bahkan ada juga yang mengalirkannya langsung ke sungai.
Alhasil warna dari air sungai menjadi berubah dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Limbah tersebut dapat membunuh organisme yang hidup di dalam sungai yang berdampak
buruk pada kelangsungan hidup ikan dan hewan lain yang ada di dalamnya serta dapat
mengganggu ekosistem yang ada di sungai tersebut.

Untuk memperkecil resiko yang ditimbulkan dari limbah batik, penggunaan bahan
pewarna alami batik mungkin bisa menjadi salah satu pilihan. Selain lebih ramah lingkungan,
dengan menggunakan bahan pewarna alami juga dapat menghasilkan warna-warna batik
klasik yang alami.

Bahan pewarna alami batik bisa didapat dari bahan tumbuh-tumbuhan yang di ekstrak. Bahan
tersebut bisa berasal dari akar, batang, kulit, daun, bunga maupun buahnya. Dari bahan-bahan
tersebut akan dihasilkan warna-warna yang beragam meski tidak selengkap bila
menggunakan zat pewarna batik kimia.

2.4 Keunggulan Menggunakan Bahan Pewarna Alami


Menurut buku Keeksotisan Batik Jawa Timur, Memahami Motif dan Keunikannya
yang ditulis oleh Dr. Yusak Anshari dan Adi Kusrianto, ada empat keuntungan ketika
menggunakan zat pewarna alami, yaitu:
1. Dari segi limbah prosesnya, pewarna alami ini lebih ramah lingkungan dan aman untuk
kesehatan karena zat-zat yang terkandung dalam pewarna alami ini mudah terurai sehingga
tidak menimbulkan polusi.

6
2. Dari segi hasil pewarnaan, warna yang diperoleh memiliki sifat-sifat yang lembut,
harmonis, senada, dan bahkan sebagian dapat disebut dengan warna pastel.
3. Pewarna alami biasanya mengandung aroma khas yang muncul ketika menyatu dengan
serat kapas.
4. Kain batik yang menggunakan pewarna alami memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pewarna kimia.
5. Mendorong pelestarian dan pembudidayaan keaneragaman hayati bumi indonesia, dimana
penghijauan semakin terkikis, industri ramah lingkungan (eco friendly industry), menjadi isu
utama efek pemanasan global.
6. Ketersediaan baku Melimpah dan termasuk sumber alam terbarukan. Tidak perlu impor
seperti halnya zat pewarna sintetis.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Batik sebagai kerajinan masyarakat Indonesia telah diakui dunia sebagai world
heritage (warisan dunia). Batik tidak hanya menjadi budaya masyarakat tetapi juga
berkontribusi dalam menggerakkan ekonomi masyarakat juga terlihat dengan hadirnya
klaster-klaster batik di berbagai daerah. Seiring dengan adanya kesadaran lingkungan,
kesehatan, tuntutan pasar, dan kesediaan bahan baku muncul gerakan perubahan dalam
penggunaan pewarnaan batik. Perubahan tersebut adalah beralihnya penggunaan warna
sintesis menjadi pewarnaan alami. Pewarnaan ini diambil dari berbagai jenis tanaman yang
tumbuh. Melalui pewarnaan alami dalam kerajinan batik, maka pencemaran lingkungan dapat
diminimalisir, pangsa pasar lokal dan internasional semakin terbuka, serta harga jual batik
lebih tinggi. Bahkan dengan adanya kecenderungan penggunaan bahan alami dalam batik,
memunculkan jenis.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang review artikel di atas dengan sumber –
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arizka, Nila. 2016. Makalah Bahan Alam.


https://www.academia.edu/29067147/Makalah_bahan_alam
Anonim. 2017. Bahan Pewarna Alam Buat Batik. http://batik.or.id/bahan-pewarna-alam-
buat-batik/
Muslimah, Anggita. 2016. Batik dengan Pewarna Alami Bernilai Lebih Tinggi.
https://lifestyle.kompas.com/read/2016/10/02/143000720/batik.dengan.pewarna.alami.bernil
ai.lebih.tinggi

Anonim. 2015. Sejarah dan Penerapan Tri Hita Karana. https://inputbali.com/budaya-


bali/sejarah-dan-penerapan-tri-hita-karana-yang-tidak-boleh-dilupakan

Anda mungkin juga menyukai