Ida Ayu Pitriya, Nurdin Dan Sri Mulyani Sabang: J. Akad. Kim. 6 (1) : 35-42, Februari 2017
Ida Ayu Pitriya, Nurdin Dan Sri Mulyani Sabang: J. Akad. Kim. 6 (1) : 35-42, Februari 2017
Effect of the Moringa (Moringa oleifera) Fruit Extract on Lowering Blood Sugar
of Mice (Mus musculus)
*Ida Ayu Pitriya, Nurdin dan Sri Mulyani Sabang
Pendidikan Kimia/FKIP - University of Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 12 Desember 2016, Revised 13 Januari 2017, Accepted 15 Februari 2017
Abstract
Plant could be potentially as a traditional medicine, relatively safe, and inexpensive, that is from
Moringa (Moringa oleifera) fruit, which contains compounds those can lower blood sugar levels. The
purpose of this study was to investigate the effect of Moringa fruit extracts on decreasing blood sugar
levels of mice and to determine the most effective concentration of the extract. The separation method
used was maceration. The animals test used were 15 male mice induced by EDTA. Mice were divided
into 5 groups with different treatments. The first, the second, and the third treatments were given
Moringa extracts each with a concentration of 10%, 20% and 40%. The fourth treatment was given
glibenclamide suspension as a positive control, and the fifth treatment was given Na-CMC as a negative
control. Data were analyzed using a statistical analysis of variance (ANOVA) test followed by Duncan
test. The results showed that Moringa fruit extract lowered blood sugar levels of mice. The means
decrease of blood sugar levels for each treatments were 49.67 mg/dL for the first, 58.33 mg/dL for
the second, 70.33 mg/dL for the third, 66.67 mg/dL for the fourth, and 10.00 mg/dL for the fifth, .
This study concluded that the Moringa fruit extract decreased blood sugar levels of mice with the most
effective concentration of 10% and α = 0.05.
Keywords: moringa (Moringa oleifera) Fruit, diabetes mellitus, mice (Mus musculus)
Pendahuluan
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah datangnya dengan tenang dan bila dibiarkan
satu penyakit yang banyak diderita oleh akan menyebabkan pasien dalam komplikasi
masyarakat Indonesia dengan angka kejadian fatal (Ranakusuma, 1987).
yang terus meningkat sepanjang tahun. Penderita penyakit DM mengalami gangguan
Gejala diabetes adalah adanya rasa haus yang metabolisme pada proses penyerapan gula oleh
berlebihan, sering kencing terutama malam tubuh, karena tidak dapat melepaskan atau
hari dan berat badan turun dengan cepat. Di menggunakan insulin secara normal. Insulin
samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas,
kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat merupakan zat utama yang bertanggung jawab
lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks dalam mempertahankan kadar gula darah
menurun, dan luka sukar sembuh. Penyakit (Sudoyo dkk., 2006). Pengobatan penyakit
DM sebagian besar orang merupakan penyakit DM dapat dilakukan dengan mengontrol kadar
yang sangat menakutkan, karena akibatnya dari darah dengan pemberian obat anti diabetes
amputasi sampai kematian (Hermanto, 2003) dan penyuntikan insulin (Verma dkk., 2006).
Namun, jika penyakit DM ini diketahui dari Namun, biaya untuk pengobatannya sangat
awal maka penyakit ini tidak menakutkan, akan mahal menyebabkan masyarakat yang memiliki
tetapi penyakit ini sulit untuk diagnosa karena ekonomi yang lemah tidak dapat melakukan
pengobatan sehingga dapat memicu salah satu
*Korespondensi: penyebab tingginya kematian bagi penderita.
Ida Ayu Pitriya Banyak beredar obat-obat antidiabetes
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan yang dijual di apotek-apotek saat ini.
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
email: ayupitriya@gmail.com Penggunaan antidiabetes yang tidak tepat dan
© 2017 - Universitas Tadulako berlebihan dapat membahayakan kesehatan.
35
Volume 6, No. 1, 2017:35-42 Jurnal Akademika Kimia
Misalnya, mengakibatkan gangguan saluran Masomba Palu, hewan uji (mencit), alkohol
pencernaan (diare, mual, muntah. Dilihat 70%, Natrium CMC, glibenklamid, etanol
dari efek samping dari penggunaan obat- (C2H5OH) (Merck), EDTA (Merck), padatan
obat antidiabetes dan faktor ekonomi yang glukosa (C6H12O6) (Merck), aquades (H2O),
masih lemah, menyebabkan masyarakat yang pereaksi mayer (Merck), HCl pekat (Merck),
menderita penyakit diabetes mellitus beralih ke H2SO4 pekat (Merck K GaA), dan FeCl3 (Merck
pengobatan tradisional karena relatif aman dan K GaA).
murah (Khairuddin, 2009)
Pengobatan tradisional ini, umumnya Cara Kerja
diperoleh dari bahan-bahan alam. Salah satu Pembuatan ekstrak buah kelor
tanaman yang berpotensi untuk pengobatan Serbuk buah kelor ditambahkan sebanyak
tradisional adalah tanaman kelor (Moringa 10 gram dan dimasukkan serbuk kelor ke dalam
oleifera) (Krisnadi, 2013). Filtrat buah kelor Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 100 mL
(Moringa oliefera) berpengaruh tehadap aquades. Serbuk kelor dimaserasi selama 1 hari
kadar asam urat pada hewan coba tikus putih dan disheker. Ekstrak hasil maserasi disaring
(rattus norvegicus) strain wistar, dimana hasil dengan menggunakan pompa vokum. Ekstrak
penelitian menunjukkan adanya pengaruh buah kelor 20% dan 40% dibuat dengan cara
pemberian filtrat buah kelor (Moringa oliefera) yang sama menggunakan 20 gram dan 40 gram
terhadap kadar asam urat pada tikus putih (
Rattus norvegicus) strain wistar , dimana kadar Uji Pendahuluan Ekstrak Buah Kelor
asam urat rata-rata sebelum pemberian filtrat Uji pendahuluan yang dilakuakan pada
buah kelor adalah 5,68 mg/dl dan kadar asam penelitian ini mengikuti prosedur yang telah
urat rata-rata setelah pemberian filtrat buah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Putri,
kelor (Moringa oliefera) adalah 2,76 mg/dl 2015).
yang dibuktikan dengan hasil uji Paired T-test
menunjukkan bahwa probabilitasnya 0,006 Uji Alkaloid
< 0,05(Kristinawati, 2013). Senyawa aktif 0,5 gram sampel ditimbang selanjutnya
yang terkandung dalam buah kelor adalah ditambahkan 5 mL etanol dan dipanaskan
alkaloid, flavonoid dan tanin. Senyawa itu kemudian disaring. Filtrat ditambahkan
dapat menurunkan kadar gula darah (Salam, dengan reagen mayer setetes demi setetes
2011). Dengan adanya kandungan metabolit apabila menghasilkan endapan yang berwarna
sekunder dari buah kelor, mendorong peneliti putih maka positif mengandung alkaloid.
untuk melakukan penelitian mengenai efek
ekstrak buah kelor terhadap penurunan kadar Uji Flavonoid
gula darah pada mencit. 0,5 gram sampel ditimbang kemudian
Tulisan ini dimaksudkan untuk ditambahkan dengan 5 mL etanol dan
menginvestigasi efek ekstrak buah kelor dalam dipanaskam kemudian disaring. Filtrat
menurunkan kadar gula darah mencit dan ditambahkan dengan 0,1 gram logam Mg. Jika
menentukan konsentrasi paling efektif. Manfaat terbentuk warna kuning jingga maka positif
dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat mengandung flavonoid.
menjadi media visual mata kuliah biokimia
lanjut mengenai gangguan metabolisme Uji Tanin
karbohidrat pada penderita diabetes mellitus 0,5 gram sampel ditimbang dan
dengan pemanfaatan buah kelor untuk ditambahkan dengan 5 mL etanol kemudian
meningkatkan sekresi hormon insulin. dipanaskan dan disaring. Filtrat yang terbentuk
ditetesi FeCl3 1%, apabila terbentuk warna biru
Metode tua maka positif mengandung tanin
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah Pembuatan koloid Na-CMC 1% b/v
GlucoDr AGM-2100, strips glucoDr, spoit Koloid Na-CMC 1% dibuat dengan
oral, suntik sonde, ayakan No. 50 mesh, buah melarutkan 1 g Na-CMC sedikit demi sedikit
kelor (Moringa oleifera) yang diambil di Pasar kedalam 50 mL air suling panas sambil diaduk
36
Ida Ayu Pitria Efek Ekstrak Buah Kelor (Moringa oleifera). ................
hingga terbentuk koloid. Volume dicukupkan ujung ekor hewan uji (mencit) kemudian
hingga 100 mL dengan air suling. diteteskan pada strip glukometer. Dalam waktu
10 detik kadar glukosa darah akan terukur
Pembuatan suspensi Glibenklamid secara otomatis dan hasilnya dapat dibaca pada
1 tablet glibenklamid 5 mg, digerus dalam monitor glukometer.
lumpang setelah itu ditambahkan dengan
koloid Na-CMC 1% b/v sedikit demi sedikit Ananlisa Data
sambil diaduk hingga homogen. Dimasukkan Hasil penelitian akan diuji melalui uji
dalam labu ukur 100 mL kemudian cukupkan statistik analisis sidik ragam (uji F) dengan taraf
hingga volumenya 100 mL dengan koloid Na- kepercayaan 95%. Uji ini digunakan untuk
CMC 1%. mengetahui perbedaan yang signifikan dari
semua perlakuan, dan jika terdapat perbedaan
Pemilihan dan penyiapan Hewan uji maka pengujian dilanjutkan dengan uji
Hewan uji yang digunakan adalah mencit Duncan untuk mengetahui perlakuan mana
(Mus musculus) jantan berbadan sehat, berumur yang mempunyai perbedaan yang nyata.
2-3 bulan dengan berat berkisar antara 20-30
gram. Mencit yang digunakan sebanyak 10
ekor dan dibagi dalam 5 kelompok perlakuan. Hasil dan Pembahasan
Uji Senyawa Fitokimia Ekstrak Buah Kelor
Perlakuan terhadap hewan uji (Moringa oleifera)
Sebelum diberikan perlakuan hewan uji Hasil pengamatan uji senyawa fitokimia
dipuasakan selama 16 jam, lalu diukur kadar ekstrak buah kelor (Moringa oleifera) tampak
glukos darahnya. Kemudian semua kelompok pada Tabel 1
diinduksikan secara intervena dengan EDTA
dengan dosis 150 mg/kg BB secara interval Tabel 1. Hasil Uji Senyawa Fitokimia Ekstrak
vena. Setelah 3 hari, kadar glukosa darah Buah Kelor (Moringa oleifera)
kembali diukur untuk memastikan kadar
EDTA masih berfungsi sebagai diabetik
eksperimental. Kemudian diberi glukosa 10%
dan selama perlakuan mencit tetap diberi
pakan. Mencit dibagi menjadi 5 kelompok dan
diberikan perlakuan sebagai berikut:
P1 :perlakuan 1 (pakan + EDTA + glukosa
10% + ekstrak buah kelor 10% + Na-CMC);
P2 :perlakuan 2 (pakan + EDTA + glukosa
10% + ekstrak buah kelor 20% + Na-CMC);
P3 :perlakuan 3 (pakan + EDTA + glukosa
10% + ekstrak buah kelor 40%+ Na-CMC); P4
:perlakuan 4 atau kotrol positif (pakan + EDTA
+ glukosa 10% + glibenklamid + Na-CMC) dan
P5 :perlakuan 5 atau kontrol negatif (pakan +
EDTA + glukosa 10% + Na-CMC) Keterangan : Hasil negatif = (-); Hasil positif
Setelah diberikan pelakuan semua mencit lemah = (+); Hasil positif kuat = (++); Hasil
diistirahatkan ke dalam kandangnya masing- positif sangat kuat = (+++)
masing dan diberikan makanan dan minuman.
Kadar glukosa darah diukur kembali pada hari Rerata Kadar Gula Darah Awal, Setelah Induksi,
ke 1,4 dan 7 yaitu pengukuran gula darah akhir Setelah diberikan Perlakuan dan Penurunan
Gula Darah Setelah Pemberian Ekstrak Buah
Penentuan kadar glukosa darah Kelor.
Sebelum digunakan, glukometer Hasil pengukuran kadar gula darah awal,
dihidupkan dan strip glukosa dimasukkan setelah induksi, setelah diberikan perlakuan
ke dalam glukometer. Darah diambil melalui dan penurunan gula darah setelah pemberian
37
Volume 6, No. 1, 2017:35-42 Jurnal Akademika Kimia
ekstrak buah kelor dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 3. Hasil Uji Anova Untuk Penurunan
Tabel 2. Rerata Kadar Glukosa Darah Awal, Glukosa
Setelah Induksi, Setelah diberikan Perlakuan
dan Penurunan Glukosa Darah Pemberian
Ekstrak Buah Kelor
38
Ida Ayu Pitria Efek Ekstrak Buah Kelor (Moringa oleifera). ................
penghambatan. Selain itu, Flavonoid Kadar gula darah hewan uji setelah
mempunyai sifat sebagai antioksidan sehingga diinduksi EDTA harus lebih dari 120 mg/dL.
dapat melindungi kerusakan sel-sel pankreas Syarat untuk terjadinya keadaan hiperglikemia
dari radikal bebas (Kurniawati dkk., 2010 ). pada hewan uji adalah ketika kadar gula darah
Tannin dapat mengendapakan protein hewan uji mencapai <120 mg/dL, oleh karena
selaput lendir di permukaann usus halus atau itu hewan uji diinduksi pada hari 1,4, dan 7 agar
membentuk suatu lapisan yang melindungi
usus halus dan membentuk suatu lapisan kadar gula darah mencit mengalami kenaikan
yang melindungi usus. Tanin terbukti dapat yang telah dapat memicu terjadinya diabetes
menghambat absorbsi glukosa sehingga laju (Evasuciany dkk., 2010). Perlakuan selanjutnya
peningkatkan glukosa darah tidak terlalu tinggi adalah pemberian ekstrak buah kelor.
(Mei & Suyatna, 2006). Hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
Perlakuan selanjutnya yaitu pemberian nilai rerata kadar gula darah awal mencit berkisar
ekstrak buah kelor untuk menurunkan gula antara 82,33-85,67 mg/dL. Hal ini sesuai bahwa
darah dilakukan pada hewan uji mencit (Mus gula darah normal harus berada dalam rentang
musculus) jantan berbadan sehat, berumur 2-3 60-180 mg/dL (Djojodibroto, 2001). Hasil
bulan dengan berat badan bervariasi antara rerata mencit setelah diinduksi EDTA berkisar
25-30 gram. Pemilihan mencit sebagai hewan 147,33-157,33 mg/dL. Dari hasil Homogenitas
uji karena ketersediaannya yang cukup tinggi
dan cukup peka untuk mewakili manusia kadar gula darah mencit setelah induksi EDTA
dalam penentuan kadar glukosa darah. Mencit pada menunjukkan tidak ada perbedaan yang
memiliki sistem metabolisme dan sistem signifikan antar kelompok perlakuan (p>0,05
pencernaan yang relatif sama dengan manusia atau nilai signifikan 0,427>0,05). Dengan
(Salam, 2011). Mencit jantan digunakan demikan, semua kelompok perlakuan layak
pada penelitian ini karena mencit jantan dibandingkan karena tidak ada perbedaan yang
dapat memberikan hasil penelitian yang lebih signifikan. Gambar 1 menunjukkan bahwa
stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya retara penurunan gula darah tersebut berbeda
siklus mentruasi dan kehamilan seperti pada nyata antara beberapa perlakuan. Perlakuan
mencit betina. Mencit jantan juga mempunyai yang paling berbeda nyata terlihat pada P1,
kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat P2, P3 dan P4 dengan P5 yang menunjukkan
dan kondisinya lebih stabil dibandingkan
mencit betina (Mangkoewidjojo, 1988). bahwa P1 untuk ekstrak buah kelor 10%, P2
Mencit terlebih dahulu dipuasakan ekstrak buah kelor 20%, P3 ekstrak buah kelor
selama 16 jam sebelum diberikan perlakuaan. 40% dan P4 (kontrol positif ) pemberian obat
Tujuannya adalah untuk meminimalkan faktor glibenklamid berbeda menurunkan glukosa
makanan yang dapat mempengaruhi kadar darah pada mencit dengan P5 (kontrol negatif ).
gula darah pada mencit, walaupun demikian Glibenklamid menyebabkan hipoglikemia
faktor variasi biologis dari hewan uji tidak dengan cara menstimulasi pelepasan insulin
dapat dihalangkan, sehingga relatif dapat dari sel β pankreas, meningkatkan pelepasan
mempengaruhi hasil, karena terdapat perbedaan insulin dari pankreas dan dapat meningkatkan
glukosa darah awal untuk setiap hewan uji. sensitivitas sel-sel sasaran perifer terhadap kadar
Setelah dipuasakan, kadar gula darah mencit insulin (Yani, 2014). Penurunan kadar glukosa
diukur dengan menggunakan alat GlukoDr.
Sehari sebelum perlakuan terhadap hewan uji, darah mencit dengan menggunakan ekstrak
terlebih dahulu hewan uji dinduksi dengan buah kelor (Moringa oleifera) diduga memiliki
menggunakan EDTA (Etil Diamin Tetra kemiripan mekanisme dengan glibenklamid
Asetat). Fungsi dari larutan EDTA ini adalah karena keduanya mengandung elektron yang
untuk menghasilkan kondisi diabetik yang bisa didonorkan pada radikal bebas.
menimbulkan hiperglikemia yang permanen Gambar 1 menunjukkan sedikit terjadi
dalam waktu dua sampai tiga hari. Fungsi dari penurunan kadar glukosa darah pada kontrol
pemberian EDTA adalah untuk menghasilkan negatif (P5) karena didukung regenerasi sel β
kondisi diabetik pada mencit sama halnya pankreas yang sebenarnya induksi aloksan tidak
dengan diabetogen lainnya, EDTA dapat seluruhnya merusak sel β pankreas sehingga
merusak substansi esensial di dalam sel beta- masih terdapat insulin yang masih bisa
pankreas sehingga menyebabkan berkurangnya
insulin di dalam sel beta-pankreas (Radiansah, dieksresi. Meskipun terjadi sedikit penurunan
2013). namun kadar glukosa darah pada hewan uji
39
Volume 6, No. 1, 2017:35-42 Jurnal Akademika Kimia
masih dikatakan diabetes. Kontrol positif antioksidan yang dapat melindungi dan
terjadi penurunan yang signifikan karena menangkap radikal-radikal bebas yang terdapat
glibenklamid merupakan obat antidiabetik didalam tubuh. Radikal bebas merupakan
oral golongan sulfonilurea yang mekanisme salah satu penyebab terjadinya diabetes melitus
kerjanya menstimulasi sel β pankreas untuk (Middleton dkk., 2000)
melepaskan sekresi insulin. Selain merangsang Senyawa alkaloid memiliki kemampuan
sekresi insulin, dalam memberikan efek untuk menghentikan reaksi rantai radikal bebas
penurunan kadar glukosa darah dapat melalui secara efisien. Senyawa radikal turunan dari
jalan lain dengan memperbaiki kerusakan senyawa amina ini memiliki tahap terminasi
akibat mekanisme aloksan dimana mengganggu yang sangat lama. Alkaloid dan tanin juga
homeostatis intraseluler menyebabkan dapat menghambat absorpsi glukosa di usus.
depolarisasi sel β pankreas dan membuka kanal Sehingga adanya flavonoid, alkaloid dan tannin
kalsium sehingga terjadi gangguan sensitivitas memberikan efek yang menguntungkan pada
insulin (Nugroho, 2006) keadaan diabetes melitus. Tanin berfungsi
Tabel 3 menunjukkan bahwa antar sebagai antioksidan karena kemampuannya
perlakuan mempunyai nilai signifikan 0,001 < dalam menangkap radikal bebas, menghambat
α = 0,05. Hal ini berarti terdapat penurunan radikal bebas, dan tumor (Agustanti, 2008).
glukosa bermakna diantara kelima perlakuan. Senyawa ini juga mempunyai aktifitas
Hasil uji Anova didapatkan Fhitung = 10,848 hipoglikemia yaitu dengan meningkatkan
lebih besar dibandingkan dengan Ftabel 5% glikogenesis. Selain itu tanin juga berfungsi
= 2,87. Hal ini menunjukkan terjadinya sebagai astringent atau pengkhelat yang dapat
perbedaan yang signifikan antar kelompok. mengkerutkan membran epitel usus halus
Selanjutnya, dilakukan uji Duncan sehingga sehingga mengurangi penyerapan sari makanan
dapat diperoeh hasil konsentrasi yang paling akibatnya menghambat asupan gula dan laju
efektif dalam menurukan kadar glukosa darah peningkatan gula darah tidak terlalu tinggi
pada mencit. Hasil perhitungan uji statistik (Monica, 2006). Tanin dapat mengendapakan
uji Duncan untuk penurunan glukosa dengan protein selaput lendir di permukaan usus
taraf signifikan 5% di atas menunjukkan halus atau membentuk suatu lapisan yang
bahwa perlakuan pada kontrol negatif (P5) melindungi usus halus dan membentuk suatu
yaitu perlakuan tanpa ekstrak dengan keempat lapisan yang melindungi usus. Tanin terbukti
perlakuan lainnya memiliki perbedaan yang dapat menghambat absorbsi glukosa sehingga
signifikan. Perlakuan obat glibenklamid laju peningkatkan glukosa darah tidak terlalu
dengan ekstrak 10% ,20% dan 40% tidak tinggi. Tanin menghambat kerja enzim
terjadi perbedaan yang signifikan. Berarti yang α-glukosidase didlam usus untuk mengubah
konsentrasi ekstrak yang paling efektif dalam disakarida menjadi glukosa (Mei & Suyatna,
menurunkan gula darah adalah perlakuan 2006).Tanin merupakan antioksidan potensial
dengan pemberian konsentrasi ekstrak dapat memperbaiki keadaan oksidatif patologis
buah kelor 10%. Hal ini disebabkan karena dari situasi diabetes (Kumari & Jain, 2012)
kandungan biaoaktif yang terdapat dalam buah
kelor, yaitu kandungan alkaloid, flavonoid, dan Kesimpulan
tanin. Mekanisme penyembuhan penyakit DM Ekstrak buah kelor dapat menurunkan kadar
oleh ektrak tumbuhan tertentu berkaitan erat gula darah mencit. Rata-rata penurunan gula
dengan kandungan flavonoid dalam tumbuhan darah pada perlakuan I dengan ekstrak buah
tersebut. Flavonoid diduga berperan dalam kelor 10% sebesar 49,67 mg/dL, perlakuan II
meingkatkan aktivitas enzim antioksidan dan dengan ekstrak buah kelor 20% sebesar 58,33
mampu meregenerasi sel-sel β pankreas yang mg/dL, perlakuan III dengan ekstrak buah
rusak sehingga defisiensi insulin dapat diatasi. kelor 40% sebesar 70,33 mg/dL, perlakuan IV
Flavonoid diduga juga dapat memperbaiki dengan obat glibenklamid sebesar 66,67 mg/dL
dan perlakuan V tanpa perlakuan sebesar 10,00
sensitifitas reseptor insulin, sehingga
mg/dL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
memberikan efek yang menguntungkan bagi ekstrak buah kelor dapat menurunkan kadar
penderita diabetes mellitus (Marianne dkk., gula darah mencit dengan konsetrasi paling
2011). Selain itu, flavonoid berperan sebagai efektif 10% dengan α = 0,05.
40
Ida Ayu Pitria Efek Ekstrak Buah Kelor (Moringa oleifera). ................
41
Volume 6, No. 1, 2017:35-42 Jurnal Akademika Kimia
42