Anda di halaman 1dari 14

asuhan keperawatan ca colorectal

BAB II

ANATOMI FISIOLOGI COLON

A. Anatomi
Usus besar atau Kolon memiliki panjang ±1-1,5m terdapat penyempitan (lipatan-lipatan ke
dalam) dan diantaranya terdapat tonjolan (lipatan-lipatan dan bergelembung). Pada
pertemuan usus halus dan usus besar terdapat suatu penyempitan yang disebut klep ileosekum
sehingga makanan tidak dapat kembali ke usus halus.
Reflex gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltic
didalam usus besar. Reflex ini menyebabkan defekasi / pembuangan air besar. Terdapat
apendiks vermiformis atau umbai cacing. Apendiks juga terdiri atas keempat lapisan dinding
yang sama seperti usus lainnya, hanya lapisan submukosa-nya berisi sejumlah besar jaringan
limfe, yang dianggap mempunyai fungsi serupa dengan tonsil. Sebagian terletak dibawah
sekum dan sebagian dibelakang sekum atau disebut retrosekum.
Sekum terletak di derah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Disini kolon naik
melalui daerah sebelah kanan lumbal dan disebut kolon asendens. Dibawah hati berbelok
pada tempat yang disebut fleksura hepatica, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan
umbilical sebagai kolon transverses. Dibawah limpa membelok sebagai fleksura
sinistra/fleksura lienalis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai kolon
desendens. Didaerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid dan
dibentuk kolon sigmiodeus/kolon pelvis, dan kemudian masuk pelvis besar dan menjadi
rectum. Rectum 10cm terbawah dari kolon, dimulai pada kolon sigmoideus dan berakhir pada
saluran anal yang ±3cm panjangnya. Saluran ini berakhir ke dalam anus yang dijaga otot
internal dan eksternal.

Struktur
Kolon terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama seperti usus halus. Serabut longitudinal
pada dinding berotot tersusun dalam tiga jalur yang memberi rupa berkerut-kerut dan
berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus daripada yang ada pada usus halus, dan tidak
memiliki vili. Didalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar tubuler dalam usus halus dan
dilapisi epithelium silinder yang memuat sel cangkir. Struktur rectum serupa dengan kolon,
tetapi dinding yang berotot lebih tebal dan membrane mukosanya memuat lipatan-lipatan
membujur yang disebut kolumna Morgani. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus.
Sel yang melapisi saluran anus berubah sifatnya; epithelium bergaris menggantikan sel-sel
silinder. Sfingter eksterna menjaga saluran anus dan orifisium supaya tertutup.

B. Fungsi
Fungsi Usus Besar:
1)Absorpsi air, garam dan glukosa
2)Sekresi musin oleh kelenjar didalam lapisan dalam
3)Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon didalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan
dan sayuran hijau, dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna
eksresi
4)Defekasi (pembuangan air besar)
5)Rectum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasan
teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar pada kira-kira waktu yang sama. Hal ini
disebabkan reflex gastrokolik yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan
ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai, peristaltic dialam usus terangsang,
merambat ke kolon dan sisa makanan dari hari sebelumnya akan mencapai sekum dan mulai
bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rectum; sentral peristaltic keras terjadi didalam
kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan
penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal; sfingter anus mengendor dan
kerjanya berakhir. Susunan feses. Feses berisi sangat banyak bakteri, kebanyakan mati,
lepasan epithelium dari usus, jumlah kecil zat nitrogen, terutama musin; juga garam, terutama
kalsium fosfat, sedikit zat besi, selulosa, sisa zat makanan lain yang tidak tercerna dan air.

CANCER COLON
A.Definisi
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat
proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi
atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price,
2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan
daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa
optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus
besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh
sangat cepat).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon adalah tumbunhya sel-
sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya
kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu
penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.
Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru (
ACS 1998 )
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui
sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah
kanker Colon.

B.Etiologi
Terdapat empat etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu:
1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran,
buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber
protein hewani.
2. Kelainan kolon
a.Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
b.Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
c.Kondisi ulserative Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena
karsinoma kolon.
3. Genetik: Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon
mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak
yang orang tuanya sehat (FKUI, 2001 :207).
4. Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan
waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor
kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer
Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
1.Usia lebih dari 40 tahun
2.Darah dalam feses
3.Riwayat polip rektal atau polip kolon
4.Adanya polip adematosa atau adenoma villus
5.Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
6.Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
7.Diit tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi
asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang
di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet
dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat
mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang
mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh
Day Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :
a.Daging merah
b.Lemak hewan
c.Makanan berlemak
d.Daging dan ikan goreng atau panggang
e.Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
f.Makanan yang harus dikonsumsi:
g.Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis (
seperti brokoli,brussels sprouts )
h.Butir padi yang utuh
i.Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang
membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma
Colon : tubular,villous dan tubulo villous (akan di bahas pada polips). Meskipun hampir
besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi
manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui
poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini
di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari
kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30
tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai
resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat
yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali
lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.

C. Klasifikasi
Klasifikasi kanker kolon berdasarkan metastasis menurut modifikasi DUKES
adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 : 209) :
KELAS A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
KELAS B : penetrasi melalui dinding usus
B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
KELAS C : invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak
satu sampai empat buah.
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5
buah.
KELAS D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan
penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.

Kanker usus besar di klasifikasikan menjadi 3 kelompok :


1.Tipe menonjol
Semua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus termasuk tipe ini. Tumor
tampak nodular, polipoid, seperti kembang kola tai fungoid. Massa tumor besar, permukaan
mudah mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya terjadi di belahan kanan
kolon. Sifat invasi rendah, prognosis agak baik.
2.Tipe ulseratif
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam (kedalamannya
biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe ulseratif paling
sering di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar. Karakteristiknya adalah pada
massa terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar mirip kawah gunung berapi, tepinya
menonjol dank eras, dasarnya tidak rata, nekrosis, derajad keganasan tinggi, metastasis
limfogen lebih awal.
3.Tipe infiltrative
Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus setempat
menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau tonjolan. Tumor
seringkali mengenai sekeliling saliran usus, disertai hyperplasia abnormal jaringan ikat,
lingkaran usus jelas menyusut, membentuk konstriksi anular, dipermukaan serosa setempat
sering tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan ikat. Oleh karena itu mudah terjadi
ileus, timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini sering ditemukan pada kolon sigmoid
dan bagian atas rectum, derajad keganasan tinggi, metastasis lebih awal.

D. Patofisiologi
Kanker colon 95 % terutama adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai
sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal
serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan
menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan
obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat
menyebabkan perforasi relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat
reseksi dila kukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastase ke kelenjar limfe.
Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1.Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih
2.Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon
3.Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal
4.Penyebaran secara transperitoneal
5.Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker
menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan
ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi
dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177)
E. Tanda dan Gejala
Gejala sangat ditentukan dengan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker belokasi. Gejala yang umum terjadi:
1.Adanya perubahan dalam defekasi
2.Darah pada feses
3.Konstipasi
4.Perubahan dalam penampilan feses
5.Tenesmus
6.Anemia
7.Perdarahan rektal
Kanker colon kanan:
Dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut.sedikit
kecenderungan mengalami obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer.
Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi
dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik), mukus jarang terlihat
karena tercampur feses. Pada orang yang kurus, kanker kolon kanan mungkin dapat teraba,
tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada
abdomen, dan kadang-kadang pada epigastrium.
Kanker kolon kiri:
Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare,
nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering
timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun
darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik.
Pertumbuhan pada sigmoid atau rektum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau
vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang
bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan
pada alat-alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rektal adalah evakuasi
feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses
berdarah.
Kolon kanan Kolon kiri
Pasokan darah: a. mesenterika superior, v. mesenterika superior.
Balikan vena: vena porta hati kanan Pasokan darah: a. mesenterika inferior, v. mesenterika
inferior
Balikan vena: v. lienalisàvena porta hati kiri
Besar Kecil
Cair seperti bubur Berbentuk kering, padat
Terutama absorbsi air, elektrolit Storasi feses, defekasi
Umumnya berbentuk benjolan, sering ulserasi luas, berdarah, infeksi Umumnya tipe
infiltrative, mudah ileus
Massa abdominal, sistemik, perut kembung, nyeri samar dan gejala tak khas Ileus
(obstruksi pada usus), hematokezia (perdarahan yang keluar dari anus dengan warna merah
segar), iritasi usus

F. Pemeriksaan Diagnostik
Endoskopi :
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
b) Radiologis:
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon
(barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker
keparu.
c) Ultrasonografi (USG):
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada
tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
d) Histopatologi:
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon
adalah adenokarsinoma danperlu ditentukan diferensiansi sel.
e) Laboratorium: Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinanpasie
mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).

G. Penatalaksanaan
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut ;
a. Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih
awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang.
Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang
mengelilingi sekitar kanker. Satu-satunya pengobatan definitive adalah pembedahan reseksi
dan biasanya diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5cm di sebelah
distal dan proksimal dan tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asenden biasanya
dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal untuk kanker di
kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat
anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan
hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal untuk kanker di
rektosigmoid dan rectum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan rectum atas dilakukan
rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis. Desenden kolorektal pada kanker di rectum
bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.

b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau
sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor, merusak genetik
sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat,
antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh
menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah,
sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-
kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat,
karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran
sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat
sementara atau permanen.

H. Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau
kanker atau melalui penyebaran metastase yang termasuk:
1. Perforasi usus besar yang disebabkan peritonotis
2. Obstruksi pada usus besar
3. Pembentukan abses
4. Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
5. Biasanya tumor atau kanker menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang
menyebabkan pendarahan. koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan
diri pasca operasi)

ASKEP TEORITIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Meliputui nama,umur, jenis kelamin, MR, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a.RKD
Memiliki riwayat merokok, minum alkohol, masalah TD, perdarahan pada rektal,
perubahan feses.
b.RKS
Biasanya alopesia,lesi,mual muntah, nyeri ulu hati, perut begah, pusing,
c.RKK
Riwayat penyakit keluarga adanya riwayat kanker.
3. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian pada pasien dengan kanker kolon menurut Marilynn E. Doenges (1999)
diperoleh data sebagai berikut sbb:
a. Aktivitas/istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada abdomen
dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian
terhadap pola istirahat dan tidur.
b. Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan
pada tekanan darah.
c. Integritas ego
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress (
misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan keyakinan religius/
spiritual) Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi, cacat,
pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak merasakan, rasa bersalah, kehilangan.
d. Eliminasi
Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi pasien,
konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi,
komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau
tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan
di rumah.Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik
dengan observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces. Massa tumor di
abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites, pembesaran kelenjar inguinal,
pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan,
lingkar perut, dan colok dubur.
e. Makanan/cairan
Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan komposisi
setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan anoreksia, mual,
perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun.
Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema
f. Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur sehingga sirkulasi
darah ke otak tidak lancar.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok).
Pemajanan asbes
i. Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama/berlehihan.
Tanda: Demam. Ruam ku1it, ulserasi
j. Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan peruhahan pada tingkat
kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun Multigravida, pasangan seks
multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
k. Interaksi sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau bantuan)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi .
2.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien.
Ditandai dengan:
a.Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
b.Konjungtiva dan membran mukosa pucat
c.Diare
3. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.

C. INTERVENSI DAN RASIONAL


1.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi .
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang
atau skala nyeri berkurang.
Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat
dengan tepat
INTERVENSI
Mandiri :
1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesic
2. Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis lutut fleksi
Rasional : Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control
3. Berikan tindakan yang nyaman ( pijatan punggung, ubah posisi) & aktivitas senggang
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan menigkatkan
kemampuan koping.
Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi, mis, analgesic
Rasional : Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi


nutrien.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil : klien melaporkan selera makannya meningkat
INTERVENSI :
Mandiri :
1. Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi.
2. Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.
3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan
klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)
Rasional : Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status
hipermetabolisme klien keganasan.
Kolaborasi :
1. Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
Rasional : Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran
cerna.

3. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola eliminasi
klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan konsistensi.
Kriteria hasil : klien melaporkan sudah dapat BAB dengan teratur.
INTERVENSI :
Mandiri :
1. pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelumnya
Rasional : Membantu dalam jadwal irigasi efektif untuk pasien dengan kolostomi
2. observasi gerakan usus, warna, konsistensi, dan jumlah
Rasional : Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi
3. berikan pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi
Rasional : Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan
perlahan/evakuasi feses

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas dapat
teratasi
Kriteria hasil : - Dapat memenuhi standar nilai kekuatan otot seharusnya
- Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
INTERVENSI :
Mandiri :
1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan
yang d apat ditolerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk
mendapatkan istirahatyang adekuat.
2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan mandiri.
3. sarankan klien untuk tirah baring
Rasional : tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit

Anda mungkin juga menyukai