Anda di halaman 1dari 21

RPP DAN SINDIKAT

Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP)


Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti
SENIOR COURSE TINGKAT NASIONAL
HMI CABANG PURWOKERTO

Oleh:
KODRAT ALAMSYAH A. ENTEDING

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM ( HMI )


CABANG SEMARANG 2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, tiada untaian kata yang lebih pantas terucap selain syukur kepada
Tuhan yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita semua. Berkat
rahmat yang telah Allah curahkan, kita mampu menjalani kehidupan sebagai hamba dan
khalifah di muka bumi. Tentunya, dengan kewajiban dan tugas yang tidak ringan dan
harus dilaksanakan dengan sepenuh hati. Demikian dari pada itu, akan terciptnya kualitas
manusia seutuhnya, manusia sebagai insan akademis, insan pencipta, dan insan pengabdi.
Tidak terlepas dari itu, proses panjang dan penuh kesabaran harus dijalani guna
tercapainya manusia dengan kualitas tersebut (kulitas insan cita).
Hanya kepada Allah kita menumpahkan segala emosi, harapan, dan perasaan yang
ada di hati. Oleh sebab itu, Tuhanlah satu-satunya sesembahan yang paling ideal dan satu-
satunya yang ideal. Artinya, manusia yang ditakdirkan seabagai manusia religius dan
difitrahkan sebagai makhluk yang percaya kepada Tuhannya. Hal ini juga mengartikan
bahwa manusia tidak mungkin tidak percaya, sebab manusia adalah makhluk yang
percaya/mempunyai kepercayaan. Dengan begitu, apabila ada manusia yang mengaku
tidak memiliki rasa percaya kepada apapun termasuk Tuhan, hal itu sama saja mengingkari
fitrahnya sebagai manusia. Bisa diartikan seseorang yang memiliki pemikiran tersebut
adalah bukan manusia sejati. Meskipun demikian, percaya saja tidak cukup, percaya yang
benarlah yang diharapkan dimiliki oleh manusia. Melalui belajar kita akan mendapatkan
kebenaran, bisa belajar dari alam maupun dari sesuatu yang diwahyukan.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi yang berasaskan Islam. Hal ini
selaras dengan AD HMI Bab II pasal 3 yang berbunyi HMI berasaskan Islam. Oleh sebab
itu, hal-hal yang diperjuangkan harus sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Agama
Islam yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Dengan begitu, wajar saja HMI
menuangkan gagasan ke-Islaman untuk dijadikan pedoman dasar bagi setiap kader HMI
dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP). NDP bermula dari sebuah buku saku yang
menjadi kertas kerja dan dipersentasikan oleh Cak Nur pada Kongres HMI ke-9 di Malang.
Pada kongres tersebut, NDP disetujui dan disempurnakan lagi oleh Cak Nur dibantu oleh
Endang Saifudin Ansari dan Sakib Mahmud.

1
NDP bukanlah sebuah Al-Qur’an yang wajib diikuti. Tapi, NDP adalah pedoman
yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits yang harus dijadikan sebagai pedoman
dalam melakukan/memperjuangkan sesuatu dan akan menuntun kader pada jalan
kebenaran.
Adapun inti dari NDP adalah iman, ilmu, da amal yag merupakan kesatuan. Iman
tidak akan lengkap/diakui jika tidak diamalkan dan dibuktikan melalui perbuatan. Dalam
Al-Qur’an juga memberikan isyarat dengan selalu dicantumkan kata iman dengan amal
shaleh. Oleh karena itu, iman dan amal shaleh merupakan kesatuan yang diibaratkan
sebagai dua sisi mata uang logam yang apabila salah satunya tidak ada, maka sama saja
keduanya tidak ada (bukan merupakan uang). Namun, iman dan amal juga harus diimbangi
ilmu yang disini sebagai aspek ketiga dengan capaian manusia dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang tidak baik. Oleh karena itu, pemahaman kader terhadap NDP
diharapkan mampu menciptakan kader yang mampu mengamalkan nilai-nilai Agama
Islam untuk perbaikan bangsa dan negara, tentunya dengan ridha Allah.
Dalam sindikat ini, akan dibahas Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI secara
komprehensif. Semoga sindikat ini bermanfaat untuk penulis dan pembaca dengan tidak
melupakan kritik dan saran untuk perbaikan bersama. Semoga Tuhan selalu menunjukkan
jalan yang Lurus. Wa Allahu a’lam bi Al-shawab. Aamiin.

Semarang, 10 September 2018


Penulis

Kodrat Alamsyah A. Enteding

2
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI
Jenjang Materi Alokasi Waktu

Basic Training (LK1) NDP 4 jam

A. Tujuan Umum
Peserta mampu memahami latar belakang kelahiran NDP, urgensinya dalam
organisasi, serta dapat mengetahui nilai-nilai pokok yang termaktub di dalamnya
secara umum.
B. Tujuan Khusus
1. Peserta mampu menjelaskan latar belakang perumusan dan kedudukan
NDP dalam HMI.
2. Peserta mampu menjelaskan esensi syahadat.
3. Peserta mampu menjelaskan hakikat kebenaran.
4. Peserta mampu menyebutkan ayat-ayat yang berkaitan dengan
penciptaan manusia dan alam semesta.
5. Peserta mampu menjelaskan hakikat masyarakat.
6. Peserta mampu menjelaskan hubungan antara iman, ilmu, dan amal.
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Presentasi
3. Ice Breaking
4. Tanya Jawab
5. Diskusi
D. Media
1. LCD
2. Spidol
3. White Board
4. Laptop
5. Penghapus

3
F. Langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Metode Alokasi

1. Salam pembuka dan pengenalan: Ceramah 10 menit


Pemandu memperkenalkan fasilitator
kepada peserta kemudian forum
diserahkan kepada fasilitator.

2. Pemandu mengajak peserta untuk Ceramah dan 20 menit


rileks dan tenang, kemudian membuka tanya jawab
dialog interaktif kepada peserta
tentang latar belakang dan motivasi
Peserta

3. Menjelaskan tentang sejarah


munculnya NDP HMI

4. Menjelaskan tentang sejarah


perumusan dan lahirnya NDP HMI

5. Menjelaskan tentang pengertian NDP


HMI

6. Menjelaskan tentang jumlah Bab


dalam NDP HMI

7. Pemateri menanyakan kepada peserta


tentang apa itu ideologi dan
keyakinan.

8. Pemateri mengajak peserta untuk Ceramah,


meragukan keyakinan masing-masing diskusi, dan tanya 180
dengan skeptis terhadap apa saja jawab menit

4
9. Pemateri menanyakan keyakinan
Peserta

10. Menanyakan keyakinan peserta dan


mendekonstruksi total

11. Pemateri memberikan pemahaman


ulang mengenai
keyakinan/kepercayaan

12. Membuka kesempatan kepada peserta


untuk berpendapat dan menyangga

13. Pemateri merekonstruksi ulang


keyakinan para peserta dengan
penjelasan yang logis bahwa fitrah
manusia adalah makhluk yang
mempunyai keyakinan

14. Mengajak peserta untuk berdiskusi


tentang bab-bab NDP HMI

15. Pemateri mengakhiri diskusi dan


mengembalikan forum kepada
Pemandu

16. Pemandu melakukan penajaman atau


inti materi yang telah disampaikan
Ceramah dan
oleh pemateri kemudia menutup sesi
tanya jawab 30 menit
G. Materi Pembelajaran
1. Al-Qur’an dan terjemahannya, Depag RI
2. Hasil-hasil kongres HMI XXIX HMI

5
3. Nilai-nilai Dasar Perjuangan
H. Instrumen Penilaian:
1. Tata Cara Penilaian Pesert Latihan Kader 1
Ranah dan Presentase Nilai
Sesuai dengan pedoman perkaderan HMI, ranah yang dinilai meliputi:
a. Ranah afektif dengan bobot sebesar 50%, dengan acuan pada sikap peserta
terhadap peratturan yang diberlakukan, misalkan taat atau melanggar, terhadap
pesan dari sebuah materi berdampak atau tidak pada sikap, dapat diuji dengan
pertanyaan yang subjektif.
b. Ranah Kognitif (pengetahuan) dengan bobot sebesar 30% dengan melihat hasil
test peserta melalui pertanyaan yang sifatnya objektif.
c. Ranah psikomotorik (tindak laku) dengan bobot 20% dengan acuan pada
perilaku peserta. Misalkan seperti tingkat kepedulian peserta dala membantu
orang lain, dan sebagainya.
Penilaian Akhir
Nilai akhir adalah nilai akumulasi seluruh ranah dengan menggunakan rumus:
NA= [(N afektif x 50%) + (N rata-rata kognitif x 30%) + (N psikomotorik x 20%)]

6
Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP)
A. Sejarah Perumusan NDP
Nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) merupakan hasil pemikiran besar tokoh
senior HMI, Nur Cholis Madjid (Cak Nur). Pada tahun 1963, Cak Nur berkesempatan
mengunjungi Amerika Serikat selama satu bulan lebih. Setelah kepulangannya dari
Amerika Serikat, pada tahun 1968 Cak Nur melakukan perjalanan ke Timur Tengah.
Alasan Cak Nur melakukan perjalanan tersebut adalah disebabkan oleh rasa
keingintahuannya akan praktik keagamaan ummat Islam disana. Islam lahir di Timur
Tengah, dan untuk melihat praktik keagamaan yang tepat adalah dengan melihat
secara langsung ke sumber ajaran Islam dilahirkan. Negara Arab yang pertama kali
dikunjungi Cak Nur adalah Turki, kemudian Lebanon, Syiria, Irak, Kuwait, Arab
Saudi, Pakistan, dan Sudan. Saat di Timur Tengah beliau sempat bertemu salah satu
tokoh NU, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang kala itu tengah menempuh studi di
sana. Rangkaian perjalanan inilah yang kemudian menginspirasi Cak Nur untuk
menyusun Ideologi Islam. Banyak kisah menarik yang dialami Cak Nur selama
melakukan perjalanan di negara-negara Arab, secara singkat perjalanan Cak Nur berisi
kekecewaan terhadap tingkat intelektualitas orang Timur-Tengah. Orang Timur
Tengah yang secara geografis dekat dengan tempat kelahiran agama Islam, belum
mampu keluar dari sikap apologetik.
Perumusan NDP dimulai ketika Cak Nur (Nurcholis Madjid) melihat kondisi
organisasi lain yang memiliki buku panduang, buku pedoman, landasan untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan agenda/kegiatan. Sedangkan HMI
yang saat itu belum mempunya buku pedoman untuk mengarahkan kader-kadernya.
Oleh sebab itu, Cak Nur menginginkan agar HMI juga mempunya buku pedoman
dalam berjuang. Sehingga, gagasan untuk membuat pedoman itu pun terpenuhi
dengan proses sedemikian rupa, dan diberi nama NDP (Nilai-nilai Dasar Perjuangan).
Dimunculkannya NDP tidak sesingkat penggalan penjelasan di atas, hanya
karena organisasi lain memiliki buku pedoman, kemudian Cak Nur menginginkan
HMI juga mempunya langsung terbut, bukan begitu. Semula berawal dengan

7
perjalanan Cak Nur ke negara timur tengah, yang sebelumnya diawali dengan pergi ke
Negara Amerika selama satu bulan. Dengan memanfaatkan jaringan/relasion, Cak Nur
menghubungi kawan-kawannya yang berada di negera timur tengah.
Hal ini ditujukan agar Cak Nur mudah ketika melakukan perjalanan ke timur
tengah. Bagi Cak Nur yang notabene adalah seorang pejuang Islam, kita harus
mengamalkan Islam secara benar. Oleh karena Indonesia jauh dari pusat-pusat
peradaban Islam, maka Islam di indoneisa hanya sedikit ter”arab”kan. Sehingga, untuk
mengajarkan Islam secara benar, maka kita harus belajar secara langsung dalam artian
praktik.
Untuk itu, perjalanan ke timur tengah adalah salah satu cara mempelajari Islam
secara praktik. Perjalanan Cak Nur diawali dari Istanbl, Libanon, Syiria, dan Irak. Dari
perjalanan tersebut, Cak Nur mengalami kekecewaan yang mendalam. Hal ini
disebabkan oleh kecerdasan kaum intelektual timur tengah belum sesuai dengan
harapan Cak Nur, bisa diartikan belum mumpuni. Dari situlah, Cak Nur menggagas
NDP dan berencana membawanya pulang ke Indonesia untuk dipresentasikan di
kongres ke-9 di Malang. Oleh sebab itu, Cak Nur mengerahkan tenaga, fikiran, dan
waktu yang intensif untuk menyelesaikan file NDP tersebut hingga saat tiba di
Indonesia sudah selesai dan siap dipresentasikan. Hasil kerja dan pengorbanan
waktunya akhirnya terbayarkan dengan selesainya file NDP tersebut dan disepakati
dan disyahkan di forum tertinggi, Kongres.
Nilai-Nilai Daar Perjuangan HMI merupakan landasan perjuangan Kader HMI.
Dengan nuansa keislaman didapat dari nama organisasi tercinta ini, nilai-nilai NDP
pun bersesuaian dengan nilai-nilai agama Islam dan dijadikan sebagai acuan kader
HMI dalam melakukan pergerakan. Oleh karena latar belakang Islam di Indonesia
sedikit ter-arab-kan, untuk menanamkan Islam yang benar ke kader HMI, maka NDP
adalah intisari Al-Qur’an yang membahas seluruh aspek kehidupan manusia secara
kmprehensif. Adapun poin-poin yang terdapat di dalam NDP, yaitu:
1. Dasar-dasar Kepercayaan
2. Pengertian-pengertian Tentang Kemanusiaan
3. Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (takdir)

8
4. Ketuhanan yang Maha Esa dan Kemanusiaan
5. Indivdu dan Masyarakat
6. Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi
7. Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan
Untuk memiliki acuan dalam berjuang, itu merupakan suatu keniscayaan.
Apalagi, nilai-nilai tersebut dijadikan sebagai landasan pergerakan dan nilai moral
kader HMI. Dinamika yang terjadi tidak lempeng/lurus begitu saja, berbelok
merupakan sebuah takdir yang dikehendaki Allah. Oleh karena dinamika yang
tidak sama, maka pada kongres ke 16 di Padang, NDP berubah nama menjadi
Nilai Identitas Kader (NIK) pada 31 Maret 1986. Namun, karena keabsahan dan
keumumannya, NIK dikembalikan lagi ke NDP pada Kongres ke 22 di Jambi, 7
desember 1999.
B. Penjelasan Bab-bab NDP
1. Dasar-dasar Kepercayaan
Kepercayaan, jika mendengar kata kepercayaan, maka hal ini tidak akan
terpisah dari fitrah manusia. Sebab, setiap manuia memerlukan sebuah
kepercayaan. Bayangkan saja jika kita tidak mempunya kepercayaan terhadap
apapun, kita tidak percaya jika kita menghirup oksigen membuat hidup, maka
semua manusia akan mati karena takut dan enggan untuk bernafas. Hal ini
dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 172. Namun, kepercayaan
manusia harus sesuai dengan fitrah manusia, yaitu condong pada kebenarang
(hanif). Oleh karena itu, menganut pada kepercayaan yang salah merupakan
sesuatu yang keliru dan berbahaya bagi diri sendiri, bahkan orang lain.
Kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang
campur-baur. Oleh karena itu, wajar saja di masyarakat terdapat kepercayaan
yang beraneka ragam. Namun, hanya ada satu kepercayaan yang benar dan
mutlak, yaitu kebenaran Tuhan yang Maha Esa.
Dalam agama Islam, dikenal dengan konsep Laa Ilaaha Illallah, yang
merupakan persaksian wajib bagi orang Islam. Kalimat yang diartikan tidak ada
tuhan selain Allah ini mengandung dua teori, yakni negasi dan afirmasi. Teori

9
negasi adalah teori yang menyatakan ketiadaan, dalam kalimat tersebut adalah
kalimat Laa Ilaaha (tidak ada Tuhan). Kalimat tersebut merupakan bentuk sikap
yang menyatakan bahwa tidak ada kepercayaan atau Tuhan. Sedangkan kata
Illallah (selain Allah) merupakan kalimat afirmatif yang merupakan bentuk
pengecualian kalimat pertama, yaitu memperkecualikan satu kepercayaan pada
kebenaran. Dari dua kalimat tersebut (kalimat persaksian) memberikan maksud
agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran dalam menetapkan dan
memilih nilai-nilai, yaitu hanya tunduk dan patuh pada ukuran kebenaran dalam
menetapkan dan memilih nilai-nilai, yaitu hanya tunduk dan patuh pada Allah
SWT, Tuhan yang menciptakan alam semesta, termasuk manusia.
Dengan keterbatasan akal manusia, mencapai kebenaran yang mutlak
bukanlah perkara yang mudah. Maka dari itu, untuk menggapai kebenaran yang
mutlak diperlukan sebuah wahyu. Sedangkan kita ketahui bahwa wahyu hanya
akan diberikan Allah kepada orang pilihan, Nabi dan Rasul. Di dalam agama
Islam, Muhammad adalah Rasul Allah dan ditetapkan sebagai Nabi terakhir.
Sehingga, kedudukannya adalah menggantikan ajaran-ajaran sebelumnya untuk
mencapai kebenaran yang mutlak tadi. Merekalah orang yang dipilih Allah untuk
diberikan wahyu tersebut.
Datangnya wahyu melalui malaikat Jibril ke Nabi Muhammad (Al-Qur’an),
maka manusia menggunakan itu sebagai pedoman hidup serta berpegang teguh
pada ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan oleh rasul kita, Muhammad SAW.
Manusia merupakan makhluk tertinggi yang diberikan kedudukan tertinggi pula
oleh Tuhan. Di Bumi, manusia dijadikan sebagai wakil Allah (khalifah) yang
dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 30. Manusia juga merupakan makhluk
yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, dan manusia tumbuh adn
berkembang di Bumi, ooleh karena itu Allah mempercayakan kepada manusia
untuk menjaga dan merawat kehidupan di Bumi. Urusan dunia pun telah
diserahkan kepada manusia. Mereka bebas mengatur bumi sesuai dengan ajaran
Islam dan selalu berorientasi pada kebenaran. Sebab, hanya dengan mengetahui

10
jalan kebenaraanlah manusia dapat mengetahu kebenaran itu sendiri (QS. Al-
Isra’: 72).
Dari kebenaran itu, manusia akan senantiasa mengakui dan mengimani serta
menjunjung tinggi ke-Esaan (ketauhidan) Tuhan. Sehingga, manusia dalam
menjalani kehidupan di Bumi hanya mempercayai satu, yang kekal dan mutlak,
yaitu Allah SWT. Artinya, manusia tidak melakukan hal syirik dalam bentuk
apapun. Sebab, syirik sendiri akan menghalangi manusia untuk mengembangkan
dan memajukan peradaban serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
2. Pengertian-pengertian Tentang Kemanusiaan
Manusia merupakan ciptaan tertinggi Tuhan, karena diberi akal dan hati
untuk berfikir (qalbun uqul). Melalui ini, manusia akan cenderung berbuat sesuai
dengan fitrahnya, condong berbeuat pada kebaikan (hanif). Sifat naluriah manusia
mengacu pada sesuatu yang bersifat biologis, sebagai manusia yang
membutuhkan makan, minum, dan seksualitas.
Sisi lain dari pada itu, manusia juga merupakan makhluk sosial, yang
artinya tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan seseorang untuk bisa
saling menolong dan bertahan hidup. Tidak mungkin jika ada orang yang hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Tidak hanya demikian, sosial ini tidak hanya
diartikan sebagai hubungan manusia dengan manusia saja, tapi juga lingkungan.
Hal ini dikarenakan kemaampuan yang dimiliki manusia terbatas.sehingga,
manusia yang dikatakan sebagai zon politicon merupakan makhluk yang selalu
menyesuaikan diri tau beradaptasi dengan lingkungan sekitar dengan dilandasi
kejujuraan dan soliditas yang tinggi.
Tidak jauh dari itu, manusia juga merupakan pemimpin di Bumi, yang
dipercaya oleh Allah. Pemimpin di sini diartikan sangat luas. Artinya, manusia
tidak hanya menjadi pemimpin untuk menguasai diri sendiri, tapi juga mengatur
dan menguasai kondisi bumi (QS. Al-Baqarah: 30). Dengan tugas dan tanggung
jawab sedemikian rupa, sehingga manusia di sini harus merupakan insan kamil
yang dalam bertindak selalu menyeimbangkan kondisi psikis dan mentalnya. Jadi,

11
mental yang baik berdampak terhadap psikis yang baik, dan psikis juga
merupakan pengurus utama pergerakan mental manusia.
3. Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (takdir)
Konsep tauhid adalah tentang kebebasan dan kemerdekaan. Manusia yang
yakin dengan ke-Esaan Allah artinya ia telah merdeka karena tidak terkadang
dengan kepercayaan yang materiil. Kemerdekaan manusia merupakan hak untuk
melakukan apapun sesuai keinginan. Akan tetapi, karena manusia mempunyai
sikap condong pada kebenaran (fitah manusia), maka manusia akan tahu mana
yang baik dan mana yang buruk. Kemerdekaan yang sejati adalah kemerdekaan
dalam berbuat tanpa mengurangi kemerdekaan orang lain. Sehingga, dalam
konteks manusia sebagai individu atau anggota masyarakat menandakan bahwa
dalam gerakan manusia ada keharusan universal sebagai akibat dari perbuatan
yang melibatkan masyarakat (komunal).
Keharusan universal (takdir) ini bukanlah justifikasi atau hasil perbuatan
manusia. Melainkan kemerdekaan manusia (ikhtiar) di sini sangat berperan besar
dalam membentuk takdir tersebut. Dengan begini, manusia akan terhindar dari
paradigma vatalisme yang membuat manusia berpasrah dan berpangku tangan
pada alam dan ketetapan Allah tanpa adanya usaha. Melainkan dengan usaha, kita
akan mendapatkan hasil. Hasil akhir inilah yang disebut takdir, dan juga hasil
yang disepakati, dirasakan, dan dialami oleh semua manusia sebagai sebuah
kepercayaan. Dari situ, manusia akan mengkalim kita jika terjadi kegagalan atau
menjadi sombong atas apa yang telah kita dapatkan.
4. Ketuhanan yang Maha Esa dan Kemanusiaan
Percaya kepada Tuhan yang Maha Esa merupakan wujud keikhlasan yang
akan menggerakkan manusia untuk tunduk dan patuh dengan segala perintah-Nya
(hablun min Allah). Dengan landasan bahwa Allah merupakan pencipta segala
sesuatu dan akan memberikan balasan atas segala perbuatan manusia. Keyakinan
ini adalah iman, dengan implementasi iman sebagaimana wahyu yang diberikan
pada rasul.

12
Wujud iman itu, juga harus dibuktikan dengan amal shaleh yang nyata.
Sebab, iman tanpa amal shaleh adalah satu kesatuan yang tak bisa terpisah dan
saling melengkapi. Sehingga, seseorang tidak bisa dikatakan iman jika tidak
berbuat baik kepada orang lain (hablun min an-nass). Dengan kata lain, amal
shaleh merupakan bentuk sikap seseorang dalam menunjukkan keimanannya.
Iman kepada Tuhan adalah sikap percaya kepada Tuhan bahwa Tuhan adalah
sesuatu yang benar dan tak tertandingi. Kebenaran tersebut, tersirat dalam nilai-
nilai ketuhanan, yaitu pengasih, penyayang, penolong, dan lain-lain.
Amal shaleh adalah wujud hubungan dengan Allah yang terealisir melalui
hubungan dengan manusia. Itu menjadikan bahwa antara nilai-nilai ke-Tuhan-an
dan selaras demi membentuk suatu konsep amal shaleh yang merupakan wujud
iman kepada sesuatu yang Maha Besar dan Benar. Dan kebenaran adalah milik
Tuhan, dan tidak bisa diganggu manusia. Kebenaran yang mutlak adalah milik
Allah. Jika terdapat pergolakan kebenaran dalam konsep manusia, maka ada yang
lebih benar lagi, begitu dan terus hingga tak terbtas dan itulah kebenaran Tuhan.
Karena tidak ada kebenaran sealin Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena-Nya,
kebenaran yang dimiliki manusia adalah pancaran kebenaran dari Tuhan.
5. Individu dan Masyarakat
Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Maka,
tidak mungkin jika individu bisa hidup tanpa melibatkan individu lain. Menurut
gagasan kessler, terdapat hukum gotong royong yang sangat penting bagi
berhasilnya perjuangan bertahan hidup. Hal ini menandakan bahwa, individu satu
memerlukan individu lain. Sehingga, sudah merupakan keniscayaan bahwa
manusia itu harus hidup bermasyarakat. Masyarakat itu sendiri merupakan
kumpulan dari beberapa individu yang apabila individu-individu tersebut tidak
berkumpul, maka tidak akan ada masyarakat. Namun, masyarakat tidak hanya
kumpulan individu saja, namun ada hak dan kwajiban setiap individu di balik
adanya masyarakat tersebut. Intinya, dalam menjalani kehidupan bermasyarakat,
setiap individu harus saling menghargai. Hal ini ditujukan agar setiap individu
mendapat kemerdekaan asasi masing-masing. Sebab, kita sadari bersama bahwa

13
kemerdekaan adalah hak asasi pertama bagi makhluk hidup, khususnya manusia.
Tidak ada hal yang paling berharga melainkan kebebasan/kemerdekaan.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Murtadha Muthahhari pada Bab II, bahwa
“salah satu nilai tertinggi manusia adalah cinta kebebasan. Merdeka (bebas) lebih
mulia dari pada segala nilai materiil”. Kebebasan yang dimiliki manusia lebih dari
sekedar ekonomi. Kebebasan merupakan salah sattu nilai ilahiah yang diberikan
Tuhan kepada manusia.
Dengan adanya kemerdekaan pribadi, maka akan timbul perbedaan-
perbedaan antara individu dengan individu lain. Kemerdekaan tidak hanya
berguna untuk mengatur kehidupan pribadinya sendiri, namun juga mengatur
sesama manusia, dan bahkan alam lingkungan masyarakat. Dalam realitanya,
tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri. Kemerdekaan dalam masyarakat
harus saling menghargai, sehingga tidak akan menghilangkan kebebasan individu
yang lain. Maka, persamaan hak antar sesama manusia adalah esensi kemanusiaan
yang harus ditegakkan, yaitu dengan membatasi kemerdekaan.
Jika dalam suatu masyarakat itu ada yang memiliki kebebasan tanpa batas,
maka sama saja dengan ia menindas individu lain. Manusia yang seperti ini, tidak
boleh dibiarkan terus menerus. Penindasan manusia dengan manusia yang lain
merupakan suatu sifat yang harus dimusnahkan. Apabila massih terdapat
penindasan yang menyebabkan manusia lain tidak mendapat kemerdekaannya,
maka tidak akan bisa terwujud masyarakat ideal.
6. Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi
Keadilan merupakan sesuatu yang abstrak. Pengertian keadilan pun
berbeda-beda menurut satu orang dengan orang lain. Ada yang bilang bahwa
keadilan itu sikap adil yang berlandaskan pada unsur sama rata. Tapi, ada pula
yang mengatakan bahwa keadilan itu tidak haus dilandaskan pada sama rata, tapi
seimban an sesuai. Memaang, dari segi bahasa, adil itu sering diartikan dengan
“sama”. Persamaan tersebut sering disamakan dengan sesuatu yang imaterial.
Keadilan juga sering diartikan sebagai “tidak berat sebelah”, tidak memihak. Hal
ini sering kita jumpai dengan lambang timbangan yang menandakan tidak berat

14
sebelah. Namun, ada pula yang mengartikan adil lebih kepada memihak pada
kebenaran dan tidak sewenang-wenang. Sehingga, dalam pengertian ini dapat
diambil kesimpulan bahwa, adil merupakan hal yang memihak pada kebenaran,
serta tidak semerta-merta mengedepankan kesejahteraan individu, tapi
kesejahteraan masyarakat.
Dalam Islam, banyak yang menyebut al-adl, al-qisth, al-mizan, dll.
Keadilam dalam Islam di bidang sosial sangat jelas menganjurkan atau bahkan
mewajibkan zakat, shadaqah, dll. Ini merupakan bentuk keadilan sosial yang
mencakup segi ekonomi. Untuk mewujudkan keadilan tersebut, maka masyarakat
harus mempunyai peran yang sebaik-baiknya. Pemerintah juga demikian, dengan
mengatur aktifitas masyarakat. Keadilan telah diberikan secara merata, akan tetapi
tinggal manusia yang akan menginternalisasikan nilai-nilai keadilan tersebut
dengan membentuk suatu aturan.
Tidak hanya keadilan sosial yang harus diwujudkan, keadilan ekonomi jga
harus terwujud dengan baik, terutama dalam kehidupan masyarakat. Namun, ada
yang sering membayangi keadilan ekonomi, yakni kapitalisme. Padahal, Islam
telah mengajarkan kepada kita, bahwa di dalam harta kita ada hak orang lain. Dari
situlah muncul kwajiban untuk melaksanakan zakat sebagai sarana menyucikan
harta. Kapitalisme merupakan lawan dari keadilan. Ia selalu merugikan orang lain
dengan mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya tanpa memperdulikan orang
lain. Oleh karena itu, negaralah yang harus berperan menegakkan keadilan yang
diciptakan masyarakat kapitalis. Dengan konsep keadilan sebagaimna yang
diajarkan Islam, maka keadilan sosial dan ekonomi nantinya akan tercapai.
Dengan catatan, mengambil esensi dari keadilan menurut Islam dan
diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan kultur masing-
masing.
7. Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan
Inti dari kualitas kemanusiaan adalah iman adn amal shaleh. Seperti yang
sering kita dengarkan bahwa, iman dan amal shaleh bagaikan dua sisi satu keping
uang logam yang apabila salah atunya tiak ada, maka sama halnya keduanya tidak

15
ada. Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan
kebenaran yang hakiki. Ilmu pengetahuan juga merupakan jembatan menuju
puncak kemanusiaan yang tertinggi (QS. Al-Mujadalah: 11). Manusia harus
menguasai alam dan masyarakat guna bisa mengarahkan pada kebaikan. Untuk
menguasai semua itu, maka manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan yang
mumpuni.
Iman dengan artian bahwa apercaya pada seuatu yang transendental sebagai
penyebab utama terjadinya segala sesuatu yang kemudian sebagai tempat
bergantung. Sikap seperti itu menimbulkan keyakinan yang kuat terhadap
kebenaran mutlak, suci dan indah sehingga muncul sikap peri kemanusiaan
sebagai bentuk keimanan. Sikap kemanusiaan membentuk gerak diri agar selalu
berbuat baik (amal shaleh), sehingga menjadi manisa yang berguna bagi manusia
lainnya.
Ilmu pengetahuan adalah pengertian yang dipunyai manusia secara benar,
baik mengenai dunia atau alam semesta dan juga diri sendiri serta Tuhan.
Menurut Muthahhari, ilmu pengetaahuan memberi kita cahaya dan kekuatan. Ilmu
pengetahuan menciptakan peralatan dan mempercepat laju kemajuan. Artinya,
setiap upaya memajukan/ memperbaiki akan sebanding dengan tingginya ilmu
pengetahuan yang kita miliki. Ilmu pengetahuan juga akan menjadikan dunia ini
dunia manusia, memperindah akal dan fikiran. Dengan begitu, manusia akan
mampu hidup humoris dengan dunia.
Sisi lain dari pada itu, dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa manusia
beriman dan mewujudkan keilmuannya melalui amal shalih itu didasari dengan
ilmu pengetahuan. Hal tersebut demi menciptakan amalan yang manusiawi sesuai
dengan peri kemanusiaan.
8. Kesimpulan dan Penutup
Dari seluruh penjelasan di atas, dapat kita ambil kesimpulan secara global,
yaitu:
a. Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan yang
Maha Esa dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya, yaitu taqwa.

16
Iman dan taqwa bukanlah nilai yang statis dan abstrak. Nilai-ilai itu
memancar dengan sendirinya dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan
dan amal shaleh. Iman tidak memberi apap-apa bagi manusia jika tidak
disertai dengan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang sungguh-sungguh
untuk menegakkan peri kehidupan yang benar dalam peradaban dan budaya.
b. Iman dan taqwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan ibadah atau
pengabdian formil kepada Tuhan. Ibadah mendidik individu agar tetap ingat
dan taat kepada Tuhan dan berpegang taguh pada kebenaran yang
dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Segeala sesuatu yang menyangkut
bentuk dan cara beribadah diatur oleh agama tanpa campur aduk tangan
manusia. Ibadah kepadaTuhan yang terus menerus membuat manusia merasa
sadar akan posisinya di tengah-tengah alam semesta. Dengan begitu, manusia
tidak melebihkan diri sehingga mengarah kepada kedudukan tuhan sehingga
mengurangi kemanusiaan individu lain. Tidak cukup dengan itu, dengan
ibadah manusia juga tidak mengurangi kehormatan dirinya sebagai makhluk
ciptaan tertinggi, sehingga berakibat perbudakan diri kepada alam maupun
orang lain. Dengan ibadah, manusia dididik untuk memiliki kemerdekaannya,
kemanusiaannya, dan dirinya sendiri karena ia telah berbuat Ikhlas, yaitu
pemurnian ppengabdian kepada kebenaran semata.
c. Kerja manusia atau amal shaleh mengambil bentuknya yang utama dalam
usaha yang sungguh-sungguhsecara esensial menyangkut kepentingan
manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang dan waktu. Yaitu
menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh
harga tinggi dan martabatnya sebagai manusia. Hal itu berarti usaha-usaha
yang terus menerus harus dilakukan guna mengarahkan masyarakat kepada
nilai-nilai yang baik, lebih maju dan lebih insani usaha itu ialah “amar
ma’ruf”, di samping usaha lain untuk mencegah segala bentuk kejahatan dan
kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan atau “nahi munkar”. Selanjutnya bentuk
kerja kemanusiaan yang lebih nyata ialah pembelaan kaum lemah, kaum
tertindas, an kaum miskin pada umumnya serta usaha-usaha ke arah

17
peningkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai
manusia.
d. Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang benar kepada kemanusiaan,
melahirkan jihad, yaitu sikap berjuang. Berjuang itu dilakukan dan
ditanggung bersama oleh manusia dalam bentuk gotong royong atas nama
kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan. Perjuangan menegakkan kebenarn
dan keadilan menuntut keshabaran, ketabahan dan pengorbanan. Dan dengan
jalan tersebut kebahagiaan dapat diwujudkan dalam masyarakat. Oleh sebab
itu, persyaratan bagi berhasilnya perjuangan adalah adanya barisan yang
merupakan bangunan yang kokoh dan kuat. Ereka tertarik satu sama lain oleh
persaudaraan dan solidaritas yang tinggi dan oleh sikap yang tegas kepada
musush-musuh kemanusiaan. Tetapi justru demi kemanusiaan mereka adalah
kemanusiaan yang toleran. Sekalipun mengikuti jalan yang benar, mereka
tidak memaksakan kepada golongan atau kelompok lain agar seperti dirinya.
e. Kerja kemanusiaan atau amal shaleh merupakan proses perkembangan yang
permanen. Perjuangan kemanusiaan mengarah kepada yang lebih baik, lebih
benar. Oleh sebab itu, manusia harus mengetahui arah yang benar dari pada
perkembangan peradaban di segala bidang. Dengan kata lain, manusia harus
memahami dan mendalami serta selalu mempergunakan ilmu pengetahuan.
Kerja kemanusiaan tanpa ilmu pengetahuan tidak akan mencapai tujuannya,
sebaliknya ilmu pengetahuan tanpa rasa kemanusiaan tidak akan membawa
kebahagiaan, tapi bahkan menghancurkan peradaban. Ilmu pengetahuan
dalah salah satu karunia Tuhan yang amat besar artinya bagi manusia. Oleh
sebab itu, untuk mendalami ilmu pengetahuan harus didasari sikap yang
terbuka. Mampu mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang
kehidupan berperadapan dan berbudaya. Kemudian mengambil dan
mengamalkan yang baik-baik.
Dengan begitu, kehidupan manusia menjadi sangat sederhana, yaitu
beriman, berilmu, dan beramal. Wallahu a’lamu bi al-shawwab.

18
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qu’an dan terjemahnya, Depag RI.
Arifianto, Haiqal, dan Sulaiman. 2015. Basic Training: Panduan untuk kader
Himpunan Mahasiswa Islam. Ciputat: Bidang PA HMI Cabang
Ciputat 2014-2015.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX HMI.
Kropotkin, Peter. 2006. Gotong Royong Kunci Kesejahteraan: Tumbangnya
Darwinisme Sosial. Depok: Paramadina.
Madjid, Nurcholis. Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana.
Sosial Politik Kontemporer. 2003. Jakarta: Paramadina.
Madjid, Nurcholis. 1995. Islam, Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina.
Mutahhari, Murtadha. 2008. Manusia dan Alam Semesta, Konsepsi Islam tentang Jagad
Raya. Jakarta: Lentera.
Nilai-nilai Dasar Perjuangan (pokok)
Pedoman Perkaderan HMI
Sitompul, Agussalim. 2002. Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa; Refleksi
Pemikiran Keislaman-Keindonesiaan HMI (1947-1997). Jakarta: Logos.

19
20

Anda mungkin juga menyukai