Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1

MATA KULIAH

FILSAFAT HUKUM DAN ETIKA PROFESI

NAMA : HENDRIK CATUR PUTRA NUBAN

NIM : 022807551

MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ KUPANG
TUGAS 1
Para peserta Tuton, pada Tugas 1 pertama ini Anda diminta untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan Feminist Jurisprudence ? Jelaskan
2. Menurut Anda, apa latar belakang munculnya gerakan Feminist Jurisprudence ini ?
jelaskan
3. Apa pendapat Anda tentang pemikiran para ahli Feminist Jurisprudence ? jelaskan
4. Apakah gerakan ini muncul juga di Indonesia? jelaskan dan berikan contoh-contoh
__________________________________________________________________________
1. Feminist juridprudence merupakan sebuah filsafat hukum yang muncul pada saat kaum
laki-laki selalu di anggap lebih dominan dan disaat yang sama kaum perempuan tidak di
perhitungkan.
2. Feminist juridprudence muncul sebagai bentuk kritik terhadap aliran atau paham paham
mengenai hukum yang telah ada. Kaum Feminists menantang dan membongkar
kepercayaan atau mitos bahwa pria dan wanita begitu berbeda, sehingga perilaku tertentu
bisa dibedakan atas dasar perbedaan gender.
3. Feminism dalam pandangan para ahli dan aktivis feminis memiliki beragam makna.
Linda Gordon mengartikan feminism sebagai “an analysis of women’s subordination for
the purpose of figuring out how to change it (suatu analisis terhadap subordinasi
perempuan untuk tujuan mencari tahu bagaimana mengubahnya). Bagi Linda Gordon,
feminism juga berarti “sharing in an impulse to increase the power and autonomy of
women in their families, communities, and/or society” (sharing dalam suatu dorong hati
untuk meningkatkan kuasa dan otonomi perempuan dalam keluarga, komunitas dan/atau
masyarakat mereka). Pada kesempatan lain Linda Gordon mendefinisikan feminism
sebagai “critique of male supremacy, formed and offered in the light of a will to change
it” (kritik atas supremasi laki-laki yang dirupakan dan ditawarkan dalam cahaya
kehendak untuk merubahnya)
4. Gerakan Feminist Juridprudence juga terjadi di indonesia, contohnya di wilayah Nusa
Tenggara Timur khususnya Pulau Timor di daerah ini kaum perempuan tidak berhak atas
ahli waris di mana di daerah ini menganut prinsip patrilineal atau garis keturunan bapak,
Contoh kasus :
ini berawal dari sengketa tanah waris di Nusa Tenggara Timur dengan Penggugat Ny.
Jance Faransina Mooy-Ndun selanjutnya akan disingkat Ny. JFMN, beliau mengklaim
tanah yang dikuasai para tergugat adalah miliknya hasil warisan dari ayahnya Tuan
Jermias Ndoen yang telah meninggal. NY. JFMN mengklaim bahwa beliau adalah anak
kandung sekaligus ahli waris yang sah atas harta peninggalan ayahanda nya. Terdapat
beberapa tanah yang merupakan peninggalan ayahandanya. Pengadilan Negeri (PN) Rote
Ndao mengabulkan sebagian gugatan penggugat, yakni menyatakan Ny. JFMN adalah
ahli waris ayahnya, namun Pengadilan Tinggi membatalkan putusan itu dengan dasar
hukum adat setempat mengenal dan menganut sistem kewarisan patrilineal murni.
Artinya, yang berhak mewarisi adalah anak laki-laki. Kalau tak ada anak laki-kali,
keluarga tersebut harus mengangkat anak laki-laki saudaranya (dalam kaum adat setempat
dikenal dengan dendi anak kelambi ). Hukum adat waris di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh prinsip garis keturunan yang berlaku pada masyarakat yang bersangkutan, baik itu
patrilineal murni, patrilineal beralih-alih, matrilineal bilateral, ataupun
unilateral. Berdasarkan pengaruh dari prinsip garis keturunan yang berlaku pada
masyarakat itu sendiri, maka yang menjadi ahli waris tiap daerah akan berbeda.
Masyarakat yang menganut prinsip patrilineal seperti Batak, Nias, yang merupakan ahli
waris hanyalah anak laki-laki, demikian juga di Bali. Berbeda dengan masyarakat di
Sumatera Selatan yang menganut matrilineal, golongan ahli waris adalah tidak saja anak
laki-laki tetapi juga anak perempuan. Masyarakat Jawa yang menganut sistem bilateral,
baik anak laki-laki maupun perempuan mempunyai hak sama atas harta peninggalan
orang tuanya. Dalam kasus ini masyarakat setempat menganut sistim kekeluargaan
patrilineal murni, sehingga pada perkara ini Ny. JFMN dinyatakan tidak berhak atas tanah
peninggalan ayahnya oleh tergugat. Ny. JFMN mengajukan kasasi ke tingkat mahkamah
agung. Mahkamah Agung membatalkan putusan banding tersebut yang termaktub dalam
putusan kasasi No. 1048 K/Pdt/2012. Majelis hakim agung dipimpin Prof. Rehngena
Purba beranggotakan Prof. Takdir Rahmadi dan Nurul Elmiyah berpendapat
bahwa hukum adat yang tidak mengakui hak perempuan setara dengan kedudukan laki-
laki tidak dapat dipertahankan lagi. Hukum adat yang demikian melanggar hak asasi
manusia (UU No. 39 Tahun 1999) dan yurisprudensi MA No. 179K/Sip/1961.

Referensi :
1. http://business-law.binus.ac.id/2014/05/27/implementasi-feminist-jurisprudence-
dalam-peradilan-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai