Anda di halaman 1dari 17

1.

APA ITU BELAJAR


Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya.
2. Pengertian pembelajaran fisika
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan kemampuan
memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga dalam
proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang
efektif dan efisien. Pembelajaran fisika di sekolah menengah pertama merupakan salah satu
mata pelajaran IPA yang dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar.

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
3. Keterampilan dasar mengajar

Keterampilan Bertanya

“Bertanya” adalah bahasa verbal untuk meminta respon siswa baik berupa pengetahuan,
pendapat, atau pun sekedar mengembalikan konsentrasi siswa yang terdestruc oleh berbagai
kondisi selama KBM berlangsung. Dalam proses belajar mengajar, “Bertanya” memainkan
peranan penting sebab “Bertanya” dapat menjadi stimulus yang efektif untuk mendorong
kemampuan berpikir siswa. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar
mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik ketika mengajukan pertanyaan maupun
menerima jawaban siswa. Hendaklah guru menghindari kebiasaan seperti: menjawab
pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan
pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus menjawab sebelum
bertanya, dan mengajukan pertanyaan ganda. Kegiatan bertanya dalam KBM ini akan lebih
efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan
topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan antara lain adalah :
• Menimbulkan rasa ingin tahu
• Merangsang fungsi berpikir
• Mengembangkan keterampilan berpikir
• Memfokuskan perhatian siswa
• Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
• Menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya

2. Keterampilan memberikan penguatan

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, baik bersifat verbal maupun non
verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku
siswa, bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima
(siswa), atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan
respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut. Teknik pemberian penguatan dalam KBM yang bersifat verbal dapat
dinyatakan melalui pujian, penghargaan atau pun persetujuan, sedangkan penguatan non
verbal dapat dinyatakan melalui gesture, mimic muka (ekspresi), penguatan dengan cara
mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang
menyenangkan, dll. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara
perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara
menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Manfaat penguatan
bagi siswa adalah untuk meningkatkan perhatian (fokus) siswa dalam belajar,
membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri, dll.

3. Keterampilan mengadakan variasi

“Variasi” dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai perubahan dalam proses
interaksi belajar mengajar. Dalam konteks ini, “variasi” merujuk pada tindakan dan perbuatan
guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan dan
mengikat perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung. Tujuan utama dari “variasi”
dalam kegiatan pembelajaran ini adalah untuk mengurangi rasa boring yang membuat siswa
tidak lagi fokus pada prose KBM yang sedang berlangsung. Untuk itu guru perlu melakukan
berbagai “variasi” sehingga perhatian siswa tetap terpusat pada pelajaran. Beberapa “variasi”
yang dapat dilakukan guru selama proses KBM diantaranya adalah: penggunaan variasi suara
(teacher voice), pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan/kebisuan guru (teacher
silence), kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gesture/gerak tubuh,
ekspresi wajah guru, pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement),
variasi penggunaan media dan alat pengajaran, dll.

4. Keterampilan menjelaskan

“Menjelaskan” adalah menyajikan informasi secara lisan, dengan sistematika yang runut
untuk menunjukkan adanya korelasi/hubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Ada 2
komponen dalam ketrampilan menjelaskan, yaitu : Merencanakan, hal ini mencakup
penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara
unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum atau rumus-rumus yang sesuai
dengan hubungan yang telah ditentukan. Dan penyajian, merupakan suatu penjelasan,
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi,
pemberian tekanan, dan penggunaan balikan/feedback. Kegiatan “menjelaskan” dalam proses
KBM bertujuan untuk membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dll,
secara obyektif; membimbing siswa memahami pertanyaan; meningkatkan keterlibatan
siswa; memberi kesempatan pada siswa untuk menghayati proses penalaran serta
memperoleh feedback tentang pemahaman siswa. Apabila seorang guru menguasai
“keterampilan menjelaskan” maka guru akan lebih mudah mengelola waktu dalam
menyajikan materi, sehingga menjadi lebih efektif memanage waktu. Selain itu penjelasan
yang runut dan sistematis akan memudahkan siswa dalam memahami materi, yang pada
gilirannya akan memperluas cakrawala pengetahuan siswa, bahkan mungkin penjelasan guru
yang sistematis dan mendalam akan dapat membantu mengatasi kelangkaan buku sebagai
sarana dan sumber belajar (mengingat guru adalah salah satu sumber belajar bagi siswa).

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran


a. Membuka Pelajaran

Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam proses KBM untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar
mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajari, dan usaha tersebut
diharapkan akan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar. Komponen ketrampilan
membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi
acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi
yang akan dipelajari. Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu
keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada
metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar
dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran.

b. Menutup Pelajaran

Menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri
proses KBM. Jangan akhiri pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan
dengan sebaik mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan closing yang baik dan tidak
tergesa-gesa. Jangan lupa sertakan pula doa. “Komponen-komponen dan prinsip-prinsip
dalam menutup pelajaran: Merangkum Pelajaran. Sebagai penutup, hendaknya guru
memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah
tidak lagi berupa diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan
dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta dasar
pelajaran tersebut. Menyampaikan Rencana Pelajaran Berikutnya. Waktu menutup pelajaran
merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan rencana pelajaran berikutnya. Guru dapat
memberikan kilasan pelajaran untuk pertemuan berikutnya. Diharapkan hal ini dapat
merangsang keinginan belajar mereka. Sebelum kelas dibubarkan, ungkapkanlah pelajaran
yang akan disampaikan minggu depan dan kemukakan rencana-rencana di mana murid dapat
mengambil bagian dalam pelajaran mendatang. Bangkitkan minat. Guru tentu ingin murid-
muridnya kembali di pertemuan berikutnya dengan penuh semangat. Oleh karena itu, biarkan
murid pulang ke rumah mereka dengan satu pertanyaan atau pernyataan yang mengesankan,
yang dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu mereka. Sama seperti seorang penulis
yang mengakhiri sebuah bab dalam cerita bersambung, yang membuat pembaca ingin segera
tahu bab berikutnya. Dengan cara yang sama, guru dapat mengakhiri pelajarannya dengan
penutup yang “berklimaks” sehingga seluruh kelas menantikan pelajaran berikutnya dengan
tidak sabar. Memberikan tugas. Tugas-tugas harus direncanakan dengan saksama. Perlu
diingat pula sikap guru yang bersemangat dalam memberikan tugas akan mempengaruhi
minat dan semangat para anggota kelas”.(Benson : 80-85).
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok merupakan salah satu variasi kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan
dalam proses KBM. Dalam diskusi kelompok, siswa dalam tiap kelompok kecil dapat
bertukar informasi dan pengalaman, melakukan pengambilan keputusan bersama, serta
belajar melakukan pemecahan masalah (problem solving). Diskusi kelompok merupakan
strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah
melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta
berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas
siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan
berbahasa.

7. Keterampilan mengelola kelas

Suasa belajar mengajar yang baik sangat menunjang efektifitas pencapaian tujuan
pembelajaran. Seorang guru harus mampu menjadi manager yang baik dalam sebuah proses
KBM. Hal ini berarti bahwa guru harus terampil menciptakan suasana belajar yang kondusif
serta mampu menjaga dan mengembalikan kondisi belajar yang optimal, meminimalisir
gangguan yang mungkin terjadi selama proses KBM, sehingga siswa dapat fokus pada KBM
yang berlangsung. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas, guru perlu
memperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip seperti: kemampuan guru dalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran) dan keterampilan yang bersifat represif,
yaitu keterampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang
berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan

Jumlah siswa dalam bemtuk pengajaran seperti ini berkisar 3 sampai 8 orang untuk setiap
kelompok kecil, dan 1 orang untuk perseorangan. Terbatasnya jumlah siswa dalam
pengajaran bentuk ini memungkinkan guru memberikan perhatian secara optimal terhadap
setiap siswa. Hubungan antara guru dan siswa pun menjadi lebih akrab, demikian pula
hubungan antar siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa format mengajar seperti ini
ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan
siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara,
dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang
kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran
dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa
untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik
(materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia. Komponen-komponen dan
prinsip-prinsip ketrampilan ini adalah: Ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi,
Ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar,
Ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, Keterampilan
merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Dari delapan keterampilan dasar yang telah diuraikan di atas, yang paling penting bagi
seorang guru adalah bagaimana guru menerapkan keterampilan tersebut sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan baik. Adalah sebuah kebanggaan dan kepuasan batin tersendiri
bagi seorang guru, bila siswa didiknya mampu memahami berbagai konsep yang disampaikan
untuk kemudian mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian
perlu diingat oleh para guru, bahwa karena proses pembelajaran yang dilakukan tidak semata-
mata merupakan kegiatan transfer of knowledge namun juga transfer of moral value, maka
setiap guru wajib kiranya menyisipkan pesan moral dalam setiap event tatap muka dengan
siswa didiknya selama proses KBM.

4. Tujuan pembelajaran

menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep Sains yang bermanfaat dalam


kehidupan sehari-hari,
menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains dan teknologi,
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah, dan membuat keputusan,
ikut serta dalam memelihara, manjaga, dan melestarikan lingkungan alam,
mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, dan
menghargai alam dan

3. MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola
pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru dan siswa, sumber
belajar yang digunakan di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang
memungkinkan siswa mampu belajar. Di dalam model pembelajaran terdapat karakteristik
urutan tahapan kegiata guru dan siswa dalam peristiwa pembelajaran yang dikenal dengan
sintaks. Di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat rasional yang merujuk pada suatu
teori belajar tertentu. Rasional tersebut merupakan karakteristik yang membedakan satu
model dengan model lainnya (Indrawati, 2000). Dengan demikian suatu model memiliki
empat karakteristik yaitu:

1. Landasan teori
2. Tujuan yang harus dikuasai siswa
3. Sintak atau urutan langkah kegiatan guru-siswa
4. Kondisi belajar atau sistem lingkungan pembelajaran

Joyce dan Weil (1996) dalam bukunya Model of Teaching telah menggolongkan model-
model pembelajaran menjadai empat rumpun model pembelajaran. Rumpun model
pembelajaran tersebut antara lain adalah Rumpun Model-model Pembelajaran Pengolahan
Informasi, Rumpun Model-model Pembelajaran Individual,
1. Rumpun Model-model Pembelajaran Pengolahan Informasi
Model-model pembelajaran dalam rumpun ini bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan
informasi yaitu cara-cara manusia menanggapi rangsangan dari lingkungan,
mengorganisasikan data, mengenali masalah dan mencoba mencari solusinya, serta
mengmebangkan konsep-konsep dan bahasa untuk menangani masalah tersebut. Model
dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan
intelektual secara umum, dan penekanan konsep serta informasi yang berasal dar disiplin
ilmu secara akademis.Berikut adalah jenis-mode-model pembelajaran yang termasuk rumpun
pengolahan informasi:
Tabel. 1
Model – model Pembelajaran Pengolahan Informasi
No. Jenis Model Tujuan/ manfaat
1. Berfikir Induktif Model ini ditujukan untuk pembentukan kemampuan
berfikir induktif yang banyak diperlukan dalam
kegiatan akademik, dan diperlukan dalam kehidupan
secara umum
2. Latihan Inkuiri Model ini dirancang untuk melibatkan siswa dalam
berfikir sebab-akibat dan melatih mengajukan
pertanyaan secara opic dan tepat
3. Concept attainment Dirancang untuk mengajarkan (pembentukan) konsep
dan untuk membantu siswa menjadi lebih efektif
dalam belajar konsep (kemampuan berfikir induktif)
4. Mnemonic (strategi Model ini dirancang untuk membantu guru dalam
mengingat dan menyajikan bahan pelajaran dan cara-cara membantu
menerima siswa baik secara individual maupun secara kooperatif
informasi) dalam mempelajari informasi atau konsep
5. Perkembangan Model ini bertujuan untuk membantu guru dalam
kognitif pembentukan kemampuan berfikir/ pengembangn
intelektual pada umumnya, khususnya berfikir logis.
Kemampuan ini dapat diterapkan pada kehidupan
sosial dan pengembangan moral
6. Advance Organizer Model ini dirancang untuk meningkatkan
kemamapuan mengolah informasi dalam kapasitas
untuk membentuk dan menghubungkan dengan
pengetahuan baru pada struktur kognitif yang telah ada
7. Synectics Dirancang untuk membantu siswa break set dalam
kegiatan pemecahan masalah dan menulis untuk
memperoleh pandangan baru terhadap suatu opic
berdasarkan banyak hal dari lapangan
2. Rumpun Model-model Pembelajaran Individual
Model-model pembelajaran pada rumpun individual ini memfokuskan pada pengembangan
pribadi. Model ini menekankan pada proses mengkonstruk dan mengorganisasi realita yang
memandang manusia sebagai pembuat makna.
Beberapa model yang termasuk rumpun pembelajaran individual ini antara lain:
Tabel. 2
Model-model Pembelajaran Individual
No. Jenis Model Tujuan/ Manfaat
1. Pengajaran non Model ini menekankan pada kemitraan Guru-siswa. Guru
Direktif berusaha membantu siswa memahami perannya dalam
pendidikan mereka sendiri. Model ini juga menekankan
pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk
mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri
sehingga terbentuk konsep diri
2. Latihan kesadaran Model ini berguna untuk meningkatkan
kemampuan/kapasitas seseorang dalam mengsplorasi dan
menyadari pemahaman diri sendiri
3. Sistem Konseptual Model ini dirancang untuk meningkatkan kompleksitas
pribadi dan feksibilitas
4. Pertemuan Kelas Model ini ditujukan untuk pengembangan pemahamn dan
tanggungjawab pad diri sendiri dan kelompok sosialnya.
3. Rumpun Model-Model Pembelajaran Sosial
Model-model pembelajaran rumpun sosial menggabungkan antara belaajr dan masyarakat.
Kedudukan belajar di sini adalah bahwa perilaku kooperatif tidak hanya merupakan pemberi
semangat sosial, tetapi juga intelektual. Sebaliknya tugas-tugas yang sering dilakukan dalam
kehidupan sosial dapat dirancang untuk meningkatkan belajar/keakademisan.
Jenis model pembelajaran rumpun sosial antara lain:

Tabel. 3
Model-Model Pembelajaran Sosial
No Jenis Model Tujuan/Manfaat
1. Partner in learning / kerja Model ini dirancang untuk memberikan
kelompok bimbingan kepada siswa untuk
mendefinisikan/ menemukan masalah,
menggali berbagai pandangan terhadap
masalah, dan belajar bersama untuk
menguasai informasi, ide, dan keterampilan
yang secara simultan mengembangkan
kompetensi sosial.
2. Jurisprudential Model ini dirancang untuk melatih
kemampuan mengolah informasi dan
menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan
kerangka acuan atau cara berfikir
jurisprudential (ilmu tentang hukum-hukum
manusia)
3. Role Playing (bermain Model ini dirancang untuk mengajak siswa
peran) dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan
sosial melalui tingkahlaku mereka sendiri dan
nilai-nilai yang menjadi sumber dari
penyelidikan itu. Bermain peran juga
membantu siswa mengumpulkan dan menata
informasi mengenai isu-isu sosial,
mengembangkan rasa empati kepada teman,
dan mengembangkan keterampilan-
keterampilan sosial siswa.

4. Rumpun Model-Model Pembelajaran Perilaku


Model-model pembelajaran pada rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang
mengacu pada teori perilaku seperti teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi perilaku atau
perilaku terapi. Model pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan lingkungan
belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk
pola perilaku yang dikehendaki.
Beberapa model pembelajaran pada rumpun ini antara lain :

Tabel.4
Model-Model Pembelajaran Perilaku
No. Jenis Model Karakteristik Model
1. Mastery learning, Direct Bahan-bahan yang akan dipelajari siswa dipecah e
Instruction, dan Social dalam unit-unit yang sederhana hingga yang
learning Theory kompleks. Bahan yang dipelajari siswa umumnya
dipelajari secara individual melalui berbagai media
2. Self Control Model pembelajaran ini mengandalkan pada
bagaimana siswa harus berprilaku dan siswa belajar
dari dampak perilaku tersebut, serta mengendalikan
lingkungannya sehingga perilaku tersebut dapat
produktif.
3. Learning from simulation Dalam situasi tertentu, individu akan memodifikasi
perilakunya sesuai dengan masukan yang diterima
dari lingkungan. Mereka akan menata
lingkunagnnya dan pola-pola responnya dengan
masukan-masukan dari lingkungan
4. The condition of learning Model ini menekankan pada hasil belajar : apa yang
diharapkan dari tugas/fungsi instruksional guru.

Karakteristik Umum Dari Setiap Rumpun Model Pembelajaran !


Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengoganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran
a. Karakteristik Umum Model Pemrosesan Informasi
• Berprinsip pada pengolahan informasi oleh manusia dengan memperkuat dorongan-
dorongan internal / dari dalam dirinya untuk memahami dunia dengan cara menggali dan
mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan keluarnya serta
pengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya.
• Menekankan pada peserta didik agar memiliki kemampuan untuk memproses
informasi.
Dalam rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi terdapat 7 model pembelajaran,
yaitu : Pencapaian Konsep (Concept Attainment, Berpikir induktif (InductiveThinking),
Latihan Penelitian (Inquiry Training, Pemandu Awal (Advance Organizer), Memorisasi
(Memorization), Pengembangan Intelek (Developing Intelect),Penelitian Ilmiah (Scientic
Inquiry)

b. Karakteristik Umum Model Personal


• Proses pendidikan sengaja diusahakan yang memungkinkan seseorang dapat memahami diri
sendiri dengan baik , sanggup memikul tanggung jawab untuk pendidikan dan lebih kreatif
untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
• Memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan
kemandirian yang produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung
jawab atas tujuannya.
Dalam rumpun model personal ini terdapat 4 model pembelajaran, yaitu : Pengajaran Tanpa
Arahan (Non Directive Teaching), Model Sinektik (Synectics Model), Latihan Kesadaran
(Awareness Training), Pertemuan Kelas (Classroom Meeting)

c. Karakteristik Umum Model Interaksi Sosial


• Menitik beratkan pada pengembangan kemampuan kerjasama dari para siswa.
• Berdasarkan pada dua asumsi pokok, pertama : masalah-masalah sosial diidentifikasi dan
dipecahkan atas dasar dan melalui kesepakatanm-kesepakatan dengan menggunakan proses-
proses sosial, kedua : proses sosial yang demokratis perlu dikembangkan untuk melakukan
perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya secara build-in dan terus menerus.
Dalam rumpun model interaksi sosial ini terdapat 5 model pembelajaran, yaitu : Investigasi
Kelompok (Group Investigation), Bermain Peran (Role Playing), Penelitian Yurisprudensial
(Jurisprudential UInquiry), Latihan Laboratoris (Laboratory Training) dan Penelitian Ilmu
Sosial

d. Karakteristik Umum Model Sistem Perilaku


• Mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan penciptaan
sistem lingkungan belajar yang memungkinkan manipulalsi penguatan tingkah laku
(reinforcement) secara efektif sehingga terbentuk pola tingkah laku yang dikehendaki.
• Memusatkan perhatian pada perilaku yang terobservasi dan metode dan tugas yang
diberikan dalam rangka mengkomunikaksikan keberhasilan.
Dalam rumpun model sistem perilaku ini terdapat 5 model pembelajaran, yaitu : Belajar
Tuntas (Mastery Learning), Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), Belajar Kontrol Diri
(Learning Self Control), Latihan Pengembangan Keterampilan dan Konsep (Training for
Skill and Concept Development), Latihan Assertif (Assertive Training)
5. Pengertian silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian.
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.
Silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab pertanyaan berikut.:
1. Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan
pembelajaran
2. kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan / membentuk kompetensi tersebut
3. upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah
dimiliki peserta didik
Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok dalam pengembangan pembelajaran
lebih lanjut, mulai dari pembuatan rencana

6. Pengertian rpp
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran
paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indicator atau beberapa
indicator untuk satu kali pertemuan atau lebih.
RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan
disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang
ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk
mau terlibat secara penuh. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan silabus mempunyai
perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai persamaan. Silabus memuat hal-hal yang
perlu dilakukan siswa untuk menuntaskan suatu kompetensi secara utuh, artinya di dalam
suatu silabus adakalanya beberapa kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga
perkiraan waktunya belum tahu pasti berapa pertemuan yang akan dilakukan. Sementara itu,
rencana pelaksanaan pembelajaran adalah penggalan-penggalan kegiatan yang perlu
dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Didalamnya harus terlihat tindakan apa yang
perlu dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya
setelah pertemuan selesai.
2. Tujuan dan Fungsi RPP
Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk : (1) mempermudah,
memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar; (2) dengan menyusun
rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan
mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai
kerangka kerja yang logis dan terencana.
Sementara itu, fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar ( kegiatan pembelajaran ) agar lebih terarah dan
berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain rencana pelaksanaan pembelajaran
berperan sebagai scenario proses pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pelaksanaan
pembelajaran hendaknya bersifat luwes ( fleksibel ) dan member kemungkinan bagi guru
untuk menyesuaikan dengan respon siswa dalam proses
pembelajarannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

7. Komponen dasar rpp


a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan

b. identitas mata pelajaran atau tema/subtema;

c. kelas/semester;

d. materi pokok;

e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan
KD yang harus dicapai;

f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata


kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan;

g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi;

i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;

j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan


materi pelajaran;

k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau
sumber belajar lain yang relevan;

l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan


penutup; dan
m. penilaian hasil pembelajaran

8. Komponen dasar silabus


Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);

b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;

c. kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam


aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk
suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;

d. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan,


dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;

e. tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);

f. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;

g. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan;

h. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan


pencapaian hasil belajar peserta didik;

i. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu
semester atau satu tahun; dan

j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau
sumber belajar lain yang relevan.

Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi

9. Langkah-langkah penyusunan program semester:

1. Mempelajari dokumen kurikulum yakni pedoman pengembangan program


pembelajaran.
2. Memilih tema yang akan digunakan untuk setiap kelompok dalam setiap semester dan
menetapkan alokasi waktu untuk setiap tema dengan memperhatikan keluasan
cakupan pembahasan tema dan minggu efektif TK.
3. Identikfikasi tema menjadi sub tema
4. Tema-tema yang dipilih dan hasil identifikasi tema menjadi sub tema dapat dibuat
dalam bentuk table pa

10. Menurut BNSP (2006:7) Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk


mengembangkan program tahunan dan program semester adalah :
5. 1. Lihat berapa jam alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran dalam seminggu dan
struktur kurikulum seperti yang telah ditetapkan pemerintah, analisis berapa minggu
efektif dalam satu semester, seperti yang telah ditetapkandalam gambar alokasi waktu
efektif
2. Melalaui analisis tersebut kita dapat menentukan berapa minggu waktu yang
tersedia untuk pelaksanan proses pembelajaran.
3. Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif,belajar,
waktu pembelajaran efektif (per minggu). Hari-hari libur meliputi:
1. Jeda tengah semester
2. Jeda antar semester
3. Libur akhir tahun pelajara
4. Hari libur keagaman
5. Hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional
6. Hari libur khusus
7. Menghitung jumlah minggu efektif setiap bulan dan semester dalam satu tahun
dan memasukkan dalam format matrik yang tersedia.
8. Medistribusikan olokasi waktu yang disediakan untuk suatu mata pelajaran,
pada setiap KD dan topik bahasannya pada minggu efektif, sesuai ruang lingkup
cakupan maeri, tingkat kesulitan dan pentingnya materi tersebut, serta
mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review materi atau perbaikan
pengayaa.
6. Format yang dapat dijadikan acuan dalam menyusun program tahunan sekurang-
kurangnya memuat :
1. Mata pelajaran
2. Kelas / semester
3. Tandar kompetensi
4. Kopetensi dasar
5. Alokasi waktu
Sedangkan format untuk menyusun program semester adalah :
1. Mata Pelajaran
2. Kelas/semester
3. Standar kompetensi
4. Kompetensi dasar
5. Alokasi waktu
11. Prinsip pengukuran hasil belajar
Pengertian Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
Domain kognitif, afektif dan psikomotorik merupakan pengklasifikasian prilaku individu
menurut Blomm. Yang mana hasil belajar yang berupa perubahan prilaku yang terbagi dalam
tiga aspek tersebut.
Kawasan kognitif merupakan kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual
atau berpikir/nalar. Di dalamnya mencakup pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), penguraian (analyze), pemaduan (synthesis), dan
penilaian (evaluation).[1]
Dalam aspek kognitif, sejauh mana peserta didik mampu memahami materi yang telah
diajarkan oleh pendidik, dan pada level yang lebih atas seorang peserta didik mampu
menguraikan kembali kemudian memadukannya dengan pemahaman yang sudah ia peroleh
untuk kemudian diberi penilaian/pertimbangan.
Sedangkan kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional
seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Di dalamnya
mencakup penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), tata nilai (valuing),
pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization).[2]
Dalam aspek ini peserta didik dinilai sejauh mana ia mampu menginternalisasikan nilai-
nilai pembelajaran ke dalam dirinya. Aspek afektif ini erat kaitannya dengan tata nilai dan
konsep diri. Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, aqidah akhlak merupakan salah
satu pelajaran yang tidak terpisahkan dari domain/aspek afektif.
Kawasan psikomotorik yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan
yang melibatkann fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan berfungsi
psikis. Kawasan ini terdiri dari kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual),
menyesuaikan (adaptation), dan menciptakan (origination).[3]
Ketika peserta didik telah memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai mata pelajaran
dalam dirinya, maka tahap selanjutnya ialah bagaimana peserta didik mampu
mengaplikasikan pemahamannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan atau
tindakan.
Ketiga domain di atas yang lebih dikenal dengan istilah domain head, heart, dan hand
merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh pendidik untuk mengetahui serta
mengevaluasi tingkat keberhasilan proses pembelajaran.

B. Pengukuran Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik


1. Pengukuran Aspek Kognitif
Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980) sebagaimana dikutip Mimin Haryati,
kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dari
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.[4]
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja.
Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-
katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta
didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat
analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian,
menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab
akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita,
komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat
evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori yang
termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.[5]
Untuk mengukur keberhasilan aspek kognitif ini, maka guru harus membuat alat
penilaian (soal) dengan formulasi perbandingan sebagai berikut:
40% untuk soal yang menguji tingkat pengetahuan peserta didik.
20% untuk soal yang menguji tingkat pemahaman peserta didik.
20% untuk soal yang menguji tingkat kemampuan dalam penerapan pengetahuan.
10% untuk soal yang menguji tingkat kemampuan dalam analisis peserta didik.
5% untuk soal yang menguji tingkat kemampuan sintesis peserta didik.
5% untuk soal yang menguji tingkat kemampuan petatar dalam mengevaluasi
Dengan menggunakan formulasi perbandingan soal di atas, mempermudah seorang guru
untuk memperjelas cara berfikirnya dan untuk memilih soal-soal yang akan diujikan, selain
itu juga dapat membantu seorang guru agar terhindar dari kekeliruan dalam membuat soal.[6]
Adapun bentuk tes kognitif diantaranya; tes lisan di kelas, pilihan ganda, uraian obyektif,
uraian non obyektif atau uraian bebas, jawaban atau isian singkat, menjodohkan, portopolio,
dan performans.
2. Pengukuran Aspek Afektif
Penilaian afektif (sikap) sangat menentukan keberhasilan peserta didik untuk mencapai
ketuntasan dan keberhasilan dalam pembelajaran. Seorang peserta didik yang tidak memiliki
minat terhadap mata pelajaran tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan
belajar secara maksimal. Sedangkan peserta didik yang memiliki minat terhadap mata
pelajaran, maka akan sangat membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran secara
maksimal.
Secara umum aspek afektif yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran terhadap
berbagai mata pelajaran mencakup beberapa hal, sebagai berikut:
a. penilaian sikap terhadap materi pelajaran. Berawal dari sikap positif terhadap mata
pelajaran akan melahirkan minat belajar, kemudian mudah diberi motivasi serta lebih mudah
dalam menyerap materi pelajaran.
b. Penilaian sikap terhadap guru. Peserta didik perlu memilki sikap positif terhadap guru,
sehingga ia mudah menyerap materi yang diajarkan oleh guru.
c. Penilaian sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap proses pembelajaran, sehingga pencapaian hasil belajar bisa maksimal. Hal ini
kembali kepada guru untuk pandai-pandai mencari metode yang kira-kira dapat merangsang
peserta didik untuk belajar serta tidak merasa jenuh.
d. Penilaian sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu
materi pelajaran. Misalnya peserta didik mempunyai sikap positif terhadap upaya sekolah
melestarikan lingkungan dengan mengadakan program penghijauan sekolah.
e. Penilaian sikap yang berkaitan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan
dengan mata pelajaran. Peserta didik memiliki sikap positif terhadap berbagai kompetensi
setiap kurikulum yang terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan.[7]
Sedangkan untuk mengukur sikap dari beberapa aspek yang perlu dinilai, dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi,
dan penggunaan skala sikap. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan
menggunakan buku catatan yang khusus tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan
siswa selama di sekolah.[8] Contoh guru membuat bagan catatan observasi.

Hari/tanggal Nama siswa/i Catatan Tindak lanjut


Senin 12/10/12 Ahmad Belajar bahasa Diberi
inggris tidak penjelasan
bersemangat tentang manfaat
belajar bahasa
inggris
Kolom catatan diisi dengan berbagai kejadian yang berhubungan dengan peserta didik
yang bersangkutan baik positif maupun negatif, sedangkan kolom tindak lanjut diisi dengan
upaya-upaya yang ditempuh sebagai solusi dari setiap kejadian yang menimpa peserta
didik.[9]
Pertanyaan langsung dapat dilakukan dengan menanyakan secara langsung tentang sikap
seseorang berkaitan dengan suatu hal[10], contoh guru mengajukan pertanyaan tentang
bagaimana upaya memberantas tauran di lingkungan sekolah, kemudian dari jawaban peserta
didik, guru dapat mengambil kesimpulan tentang sikap peserta didik tersebut terhadap suatu
objek.
Sedangkan penggunaan skala sikap, baik menggunakan Skala Diferensiasi Semantik.
Teknik ini dapat digunakan pada berbagai bidang, dan teknik ini sederhana dan mudah
diimplementasikan dalam pengukuran dan skala sikap kelas.[11] Contoh guru membuat skala
sikap terhadap kegiatan Ramadhan di sekolah.

Pilihan sikap
Pernyataan
SS S N TS STS
Kegiatan di sekolah pada bulan
Ramadhan perlu diadakan
Pengaktifan kegiatan Ramadhan
kurang menyenangkan
Kegiatan Ramadhan perlu
didukung oleh guru & wali
murid
Kegiatan Ramadhan untuk
mengisi waktu luang

Kemudian hasil penilain sikap dapat digunakan sebagai umpan balik untuk melakukan
pembinaan terhadap peserta didik. Guru dapat memantau setiap perubahan perilaku yang
dimunculkan peserta didik dengan melakukan pengamatan.
3. Pengukuran Aspek Psikomotorik
Menurut singer (1972) sebagaimana dikutip oleh Mimin Haryati, bahwa mata ajar yang
termasuk kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada
gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik.[12]
Menurut Ryan (1980) sebagaimana dikutip oleh Mimin Haryati, penilaian hasil belajar
psikomotor dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, pertama melalui pengamatan langsung
serta penilaian tingkah laku siswa selama proses belajar mengajar. Kedua, setelah proses
belajar yaitu dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Ketiga, beberapa waktu setelah proses belajar selesai dan kelak
dalam lingkungan kerjanya.
Dengan demikian, penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup
persiapan, proses, dan produk

Anda mungkin juga menyukai