Pertama: Larangan memberi kapur pada kubur dengan tujuan untuk mempercantik bangunan kubur.
Larangan ini secara tekstual adalah larangan haram dan tidak ada dalil untuk mengalihkan ke larangan
makruh.
Kedua: Larangan duduk di atas kubur karena seperti itu termasuk menghinakan kubur.
Dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
علَى َ ص ِإلَى ِج ْل ِد ِه َخي ٌْر لَهُ ِم ْن أ َ ْن يَجْ ِل
َ س َ س أ َ َحدُ ُك ْم
َ ُعلَى َج ْم َرةٍ فَتُحْ ِرقَ ثِيَابَهُ فَت َ ْخل َ ََل َ ْن يَجْ ِل
قَب ٍْر
“Seandainya seseorang duduk di atas bara api sehingga membakar pakaiannya sampai kulitnya, itu lebih
baik baginya dibandingkan duduk di atas kubur.” (H.R Muslim, no. 1612). Hadits ini menunjukkan bahwa
duduk di atas kubur termasuk dosa besar karena ancaman yang keras seperti ini.
Ketiga: Larangan membuat bangunan di atas kubur. Larangan ini akan menimbulkan mafsadat yang
begitu banyak, di antaranya:
1. Perantara untuk menyembah kubur, apalagi kubur itu adalah kubur orang shalih atau kubur seorang yang
dianggap wali.
2. Termasuk tasyabbuh (menyerupai) peribadahan pada berhala dan peribadahan pada kubur. Di mana kita
saksikan para penyembah kubur biasa menjadikan kubur menjadi begitu megah dan indah.
3. Perantara menuju kesyirikan.
4. Termasuk pemborosan dan buang-buang harta.
5. Termasuk mempersempit kubur dan area pekuburan.
Sumber : https://rumaysho.com/14167-3-larangan-pada-kubur.html