Anda di halaman 1dari 34

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2011). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan,

yaitu :

1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

6
7

3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2011).

2.1.3 Jenis Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) menyatakan bahwa jenis pengetahuan

diantaranya sebagai berikut:


8

1. Pengetahuan Implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam

bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata

seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang

biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.

Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak

disadari.

2. Pengetahuan Eksplisit

Pengetahun eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan

atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.

Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan

dengan kesehatan.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal),

berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap

dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima informasi.


9

2. Informasi atau media massa.

Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelligence,

news” (Oxford English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi

adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi

sebagai transfer pengetahuan. Informasi adalah suatu teknik untuk

mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.

3. Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang

akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi

pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecaahkan masalah yang dihadapi masa


10

lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama

bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6. Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2.1.5 Pengukuran pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) pengkuran dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari

subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus

diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.

(Arikunto 2006 dalam Riyanto dan Budiman, 2013) membuat kategori

tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai

persentase yaitu sebagai berikut.

1. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%

2. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74%

3. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 55%\

Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan

menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut.

1. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%

2. Tingkat Pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya≤ 50%


11

Cara Memperoleh Pengetahuan

1. Cara tradisional:

a. Cara coba-salah (trial and error)

b. Cara kekuasaan atau otoritas

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

d. Melalui jalan pikiran

2. Cara modern:

a. Metode berfikir induktif

b. Metode berfikir deduktif (Notoatmodjo, 2005)

2.2 Konsep Dasar Sikap

2.2.1 Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari

hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2010). Sikap merupakan pernyataan

evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa (Stepan 2007 dalam Riyanto dan

Budiman, 2013)

Secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang

dipelajari), komponen perilaku (berpengaruh terhadap respon sesuai atau tidak

sesuai), dan komponen emosi (menimbulkan respon-respon yang konsisten)

(Wawan & Dewi, 2011).


12

2.2.2 Tingakatan Sikap

Menurut (Fitriani, 2011)

1. Menerima (receiving) : seseorang mau dan memperhatikan rangsangan yang

diberikan.

2. Merespons (responding) : memberi jawaban apabila ditanya, menyelesaikan

tugas yang diberikan sebagai tanda seseorang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing) : tingkatan selanjutnya dari sikap adalah menghargai.

Menghargai berarti seseorang dapat menerima ide dari orang lain yang

mungkin saja berbeda dengan idenya sendiri, kemudian dari dua ide yang

berbeda tersebut didiskusikan bersama antara kedua orang yang mengajukan

ide tersebut.

4. Bertanggung jawab (responsible) : mampu mempertanggungjawabkan sesuatu

yang telah dipilih merupakan tingkatan sikap yang tertinggi.

2.2.3 Fungsi Sikap

Menurut Wawan & Dewi (2011) adalah

1. Fungsi instrumental atau fungsi manfaat atau fungsi penyesuaian Disebut

fungsi manfaat karena sikap dapat membantu mengetahui sejauh mana manfaat

objek sikap dalam pencapaian tujuan. Dengan sikap yang diambil oleh

seseorang, orang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan

sekitar, disini sikap berfungsi untuk penyesuaian.

2. Fungsi pertahanan ego Sikap tertentu diambil seseorang ketika keadaan dirinya

atau egonya merasa terancam. Seseorang mengambil sikap tertentu untuk

mempertahankan egonya.
13

3. Fungsi ekspresi nilai Pengambilan sikap tertentu terhadap nilai tertentu akan

menunjukkan sistem nilai yang ada pada diri individu yang bersangkutan.

4. Fungsi pengetahuan Jika seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu

objek, itu berarti menunjukkan orang tersebut mempunyai pengetahuan

terhadap objek sikap yang bersangkutan.

2.2.4 Komponen Sikap

Komponen sikap menurut notoatmodjo (2010) ada tiga komponen :

1. kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek Merupakan

keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap suatu objek.

2. kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek Merupakan penilaian

(terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

3. kecenderungan untuk bertindak (tend of behave) Sikap merupakan komponen

yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau

berperilakuterbuka (tindakan). Ketiga komponen ini secara bersama-sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude)

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Wawan & Dewi (2011) adalah

1. Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat

agar dapat dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap yang baik. Sikap akan

lebih mudah terbentuk jika pengalaman pribadi yang terjadi melibatkan faktor

emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu cenderung mempunyai

sikap yang searah dengan orang yang dianggapnya penting karena dimotivasi
14

oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggapnya

penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan memberi corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya sehingga kebudayaan yang dianut menjadi

salah satu faktor penentu pembentukan sikap seseorang.

4. Media massa Media massa yang harusnya disampaikan secara objektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga berpengaruh juga terhadap

sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari

lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan system

kepercayaan sehingga konsep ini akan ikut mempengaruhi pembentukan sikap.

6. Faktor emosional Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi

sebagai bentuk pertahanan egonya.

2.2.6 Cara pengukuran sikap

1. Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)

Teknik ini disusun oleh Thurstone yang didasarkan pada asumsi nilai

skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai

terhadap isu. Metode ini menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum

dari yang sangat unfavorable sampai yang sangat favorable terhadap suatu objek

sikap. Caranya yaitu dengan memberikan orang tersebut beberapa item sikap yang

telah ditentukan derajat favorabilitasnya. Pembuat skala perlu membuat sampel

pernyataan sikap sekitar 100 buah atau lebih, kemudian pernyataan-pernyataan

tersebut diberikan kepada beberapa orang penilai untuk menentukan derajat

favorabilitasnya.
15

Rentang favorabilitas dari 1 sampai 11. Median dari penilaian antar

penilai terhadap item ini dijadikan sebagai nilai skala masing-masing item.

Pembuat skala menyusun item dari skala terendah sampai tertinggi, kemudian

memilih item untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya dan selanjutnya

diberikan kepada responden untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau

ketidaksetujuannya pada masing-masing item (Wawan & Dewi, 2011).

2. Skala Likert (Method of Summateds Ratings)

Item dalam skala Likert dibagi menjadi kelompok favorable dan

unfavorable. Untuk item favorable, jawaban sangat setuju nilainya 5, sedangkan

jawaban sangat tidak setuju nilainya 1. Item unfavorabel, nilai untuk jawaban

sangat setuju adalah 1, sedangkan jawaban untuk sangat tidak setuju diberi nilai 5.

Skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (Riyanto,

2011).

3. Skala Guttman

Pengukuran dengan menggunakan skala Guttman hanya akan ada dua

jawaban, yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “setuju-tidak

setuju”, dan lain-lain. Skala Guttman digunakan apabila ingin mendapatkan

jawaban yang tegas tentang permasalahan yang dipertanyakan. Penilaian pada

skala Guttman untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan jika tidak setuju diberi skor

0 (Sugiyono, 2009). Sikap dikatakan positif (mendukung) bila hasil mean lebih

besar daripada rata-rata, sedangkan dikatakan negatif (tidak mendukung) bila hasil

mean lebih rendah daripada rata - rata.


16

2.3 Konsep Tindakan atau Perilaku

2.3.1 Pengertian

Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu

stimulus/ rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012). Perilaku dibedakan menjadi

dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt

behavior).

Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,

yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor, baik faktor

internal maupun eksternal. Perilaku manusia dibagi dalam tiga domain, yaitu

pengetahuan, sikap dan tindakan (Bloom 1908 dalam Notoatmodjo, 2012).

2.3.2 Ciri – ciri Perilaku

Watson mengemukakan (dalam Walgito, 2004:19) bahwa perilaku

manusia mempunyai ciri-ciri yakni :

1. Perilaku itu sendiri kasatmata, tetapi penyebab terjadinya perilaku secara

langsung mungkin tidak dapat di amati;

2. Perilaku mengenal berbagai tingkatan, yaitu perilaku sederhana dan stereotip,

seperti perilaku binatang bersel satu ; perilaku kompleks seperti sosial manusia;

perilaku sederhana, seperti reflex, tetapi ada juga yang melibatkan proses

mental biologis yang tinggi:

3. Perilaku bervariasi dengan klasifikasi ; kognitif, afektif, dan psikomotorik,

yang menunjuk pada sifat rasional, emosional dan gerakan fisik dalam

berperilaku.
17

2.3.3 Jenis Perilaku

Brance (dalam Walgito 2004:12) “Perilaku manusia dapat dibedakan

antara perilaku yang refleksif dan perilaku yang non refleksif”. Perilaku yang

refleksif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap

stimulus yang mengenai organisme tersebut. Misalnya reaksi kedip mata bila kena

sinar, menarik jari bila jari kena api dan sebagainya. Reaksi atau perilaku reflektif

adalah perilaku yang terjadi dengan sendirinya, secara otomatis.

Stimulus yang diterima oleh organisme atau individu tidak sampai ke

pusat susunan syaraf atau otak, sebagai pusat kesadaran, sebagai pusat pengendali

dari perilaku manusia. Lain dengan halnya perilaku non-reflektif. Perilaku ini di

kendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran otak. Dalam kaitan ini stimulus

setelah diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf,

baru kemudian terjadi respons melalui afektor. Proses yang terjadi dalam otak

atau pusat kesadaran ini disebut proses psikologi. Perilaku atau aktivitas atas dasar

proses psikologis inilah yang disebut aktivitas psikologis atau perilaku psikologis.

Notoatmodjo (2010:21) berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka

perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih

terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap

terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau

“covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.


18

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau

“observable behavior”

2.3.4 Faktor-Faktor Mempengaruhi Perkembangan Perilaku

Notoadmodjo (2010:5) ada tiga aliran yang sudah amat populer yang

mempengaruhi perkembangan perilaku yaitu sebagai berikut

1. Nativisme

Nativisme dipelopori oleh Schopen houer yang berpendapat bahwa

bahwa perilaku manusia itu sudah sibawa atau ditentukan sejak lahir. Sehingga

lingkungan tidak mempunyai peran atau kekuatan apa pun dalam membentuk

perilaku. Perilaku baik ataupun perilaku buruk seseorang adalah memang sudah

terbentuk atau dibawa dari lahir (bawaan)

2. Empirisme

Empirisme dipelopori oleh Aristoteles kemudian dilanjutkan oleh John

Locke berpendapat bahwa manusia lahir adalah dalam keadaan kosong seperti

meja lilin atau kertas lilin (tabularasa). Kertas atau meja lilin ini akan terisi dan

berwarna warni oleh karena lingkungannya. Itulah perilaku manusia, dalam aliran

ini pengalaman sangat dominan dalam membentuk perilaku manusia, karena

pengalaman indra ini yang akan menggores atau mewarnai kertas lilin yang putih,

yakni menyebabkan kebeeragaman perilaku anak atau manusia.

3. Naturalisme

Naturalisme dipelopori oleh Jan Jack Rousseau, ia berberpendapat bahwa

manusia pada hakikatnya lahir dalam keadaan baik, tetapi menjadi tidak baik
19

karena lingkungannya. Naturalisme hampir sama dengan nativisme, karena

mendasarkan pada konsep lahir. Perbedaanya aliran nativisme konsep lahir itu

bisa baik dan bisa juga tidak baik atau jelek. Apabila dilahirkan baik akan

berkembang menjadi baik, tetapi kalu dilahirkan tidak baik, juga berkembang

tidak baik. Tetapi pada naturalisme berpendapat bahwa anak dilahirkan dalam

keadaan yang baik saja.

Akhirnya menjadi tetap baik atau bisa menjadi tidak baik karena

lingkungan. Naturalisme mengatakan tidak ada seorang pun yang terlahir dengan

pembawaan buruk. Anak menjadi buruk karena lingkungan, lingkunganlah yang

menyebabkan manusia menjadi buruk atau tidak baik. Oleh sebab itu naturalisme

disebut juga negativisme, karena lingkungan termasuk pendidikan berpengaruh

negative. Lingkungan yang menyebabkan anak yang dilahirkan baik, akhirnya

tumbuh menjadi anak atau orang yang tidak baik

4. Konfergensi

Konfergensi dipelopori oleh William Stem berpendapat bahwa

Perkembangan individu dipengaruhi oleh faktor dasar (pembawaan, bakat,

keturunan) maupun lingkungan, yang keduanya memainkan peranan penting,

Willian mengatakan bahwa perilaku sesorang tidak semata-semata ditentukan oleh

lingkungan dan pembawaan tapi kedua-duanya berperan secara bersama-sama.

Hal ini berarti bahwa memang perilaku dapat dikembangkan, tetapi mempunyai

keterbatasan-keterbatasan, yakni pembawaan. Dalam memenuhi segala kebutuhan

perilaku yaitu dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:

a. Faktor pembawaan (herditas) merupakan factor yang mempengaruhi perilaku

individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik


20

individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik

yang dimiliki individu sejak konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai

pewarisan pihak orang tua melalui gen-gen ;

b. Faktor keluarga dimana lingkungan keluarga banyak berperan dalam

menghiasi perilaku anak, dimana kehidupan dalam keluarga akan menjadikan

anak itu tumbuh dan berkembang seperti keadaan kelauarga contohnya anak

yang hidup dalam keluarga yang otoriter maka dia cenderung akan bersikap

keras;

c. Faktor pengalaman artinya manusia dianggap seperti seonggok tanah liat yang

dicetak atau dibentuk. Sekarang dipahami bahwa manusia disamping

dipengaruhi, juga mempengaruhi lingkungan fisik sosialnya. Segala bentuk

kejadian yang dialami sepanjang hidup akan menjadikan individu lebih

matang, dan akan mempengaruhi perilaku individu tersebut. Keterangan-

keterangan tersebut disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi

perkembangan perilaku itu intinya ada dua :

a) Faktor intern yaitu faktor-faktor yang datangnya dari dalam diri anak baik

keturunan, bakat, pembawaan, sangat mempengaruhi dan merubah

perilaku anak. Dan jika orang tua mempunyai sifat-sifat baik fisik ataupun

mental psikologis, sedikit banyak akan terwariskan kepada anak;

b) Faktor ekstern yaitu faktor yang datang dari luar diri anak seperti faktor

lingkungan (orang tua/keluarga, sekolah, masyarakat dan teman-teman

bermain) yang juga akan mempengaruhi kepribadian dan perilaku anak.


21

2.3.5 Konsep Tindakan

1. Pengertian

Tindakan adalah seseorang yang mengetahui stimulus atau objek

kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui, proses selanjutnya melaksanankan atau mempraktikkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo, 2012).

2. Tingkat Tindakan

Notoatmodjo (2012) membagi tingkatan tindakan sebagai berikut:

a. Respon terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh merupakan indicator tindakan tingkat pertama.

b. Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai

tindakan tingkat kedua.

c. Adopsi

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

2.4 Konsep Keluarga

2.4.1 Pengertian

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting

untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluargalah, pendidikan kepada


22

individu dimulai dan dari keluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang

baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai

dari keluarga (Setiadi, 2008).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007).

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga

selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak dkk, 2009).

2.4.2 Ciri – Ciri Keluarga

Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton (2008), ciri-ciri keluarga

yaitu disatukan oleh hubungan perkawinan, berbentuk suatu kelembagaan yang

berkaitan dengan hubungan perkawinan yang disengaja dibentuk atau dipelihara,

mempunyai suatu sistem tata nama (nomeclatur) termasuk perhitungan garis

keturunan, mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota

berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan

anak, dan merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

2.4.3 Tipe Keluarga

Tipe keluarga dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

1. Secara Tradisional

Keluarga dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

a. Keluarga inti (Nuclear Family)

Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari

keturunan atau diadopsi atau keduanya.


23

b. Keluarga besar (Extended Family)

Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

2. Secara Modern

a. Tradisional Nuclear, adalah keluarga inti (ayah, ibu, anak) tinggal dalam

satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan

perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

b. Reconstituted Nuclear adalah pembentukan baru dari keluarga inti melalui

perkawinankembali suami/ istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah

dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil

dari perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

c. Middle Age/ Aging Couple adalah suami sebagai pencari uang, istri di

rumah, atau kedua-duanya bekerja, anak-anak sudah meninggalkan rumah

karena sekolah/ perkawinan/ meniti karier.

d. Dyad Family adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai

anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

e. Single Parent adalah satu orang tua kaibat perceraian atau kematian

pasangannya dan anak-anak dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.

f. Dual Carrier adalah suami istri atau keduanya orang carier dan tanpa

anak.

g. Commuter Married adalah suami istri atau keduanya orang karier dan

tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-

waktu tertentu.
24

h. The unmarried teenage mother adalah dua orang atau satu pasangan yang

tinggal bersama tanpa kawin.

i. Gay and lesbian Family adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan

yang berjenis kelamin sama (Friedman, 1998).

2.4.4 Tugas Kesehatan Keluarga

Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga

merupakan faktor utama untuk pengembangan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedmann (2001) dalam Sri

Setyowati 2007 adalah sebagai berikut:

1. Mengenal gangguan perkembangan masalah kesehatan setiap anggotanya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat.

3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan timabal-balik antara keluarga lembaga

lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan

baik.

2.4.5 Struktur dan Fungsi Keluarga

Struktur kekuatan keluarga meliputi :

a. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi ada yang tidak. Hal ini

disebabkan beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti

pengirim pesan, pesan, lingkungan, media, dan penerima pesan.


25

b. Struktur Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi

sosial yang diberikan.

c. Struktur Kekuatan

Hal ini mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan dalam

keluarga, seperti konsesus, tawar menawar, musyawarah, atau paksaan.

d. Nilai-Nilai Keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap, dan kepercayaan yang secara sadar

atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga

juga merupakan suatau pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan

norma dan peraturan.

Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007) ada lima fungsi dasar

keluarga adalah sebagai berikut.

a. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling

menerima dan mendukung.

b. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu

keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di

lingkungan sosial.

c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarg meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.


26

e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk merawat

anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

2.4.6 Peranan Keluarga

1. Peran Ayah

Ayah sebagai suami bagi istrinya dan ayah bagi anak-anaknya, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai

kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

2. Peran Ibu

Sebagai istri dari suaminya dan ibu bagi anak-anaknya. Ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-

anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahn dalam keluarga.

3. Peran Anak

Anak-anak melaksanakan peranan psikologis sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.5 Konsep Stroke

2.5.1 Pengertian

Stroke merupakan gangguan fungsi syaraf yang disebabkan adanya

ketidakseimbangan aliran darah dalam otak, dan dapat timbul secara mendadak

(dalam waktu beberapa detik) atau secara cepat (dalam waktu beberapa jam),
27

dengan gejala atau tanda-tanda yang sesuai dengan daerah otak yang mengalami

gangguan pasokan darah (Mulyadi, et al.2007).

Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya

fungsi sistem saraf pusat fokal atau global yang berkembang cepat (Ginsberg, L,

2008)

2.5.2 Jenis – Jenis Stroke

Secara garis besar stroke dibagi menjadi 2 golongan yaitu stroke yang

terjadi karena pembuluh darah di otak pecah yang diakibatkan tidak kuat menahan

tekanan yang terlalu tinggi yang disebut stroke perdarahan dan stroke yang paling

banyak dijumpai yaitu stroke non hemoragik disebut stroke non hemoragik karena

tidak ditemukanya perdarahan otak. Stroke non hemoragik dapat dijumpai dalam

empat bentuk klinis yaitu : (George, MD, 2011)

1. Serangan Iskemia Sementara/Transient Ischemic Attack (TIA)

Pada bentuk ini gejalah neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran

darah di otak akan menghilang dalam waktu kurang dari 24 jam.

2. Defisit Neurologik Iskemia Sementara/Reversible Ischemic Neurological

Deficit (RIND).

Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih dari 24

jam hingga ≤ 21 hari.

3. Stroke progresif (Progressive Stroke/Stroke in evolution)

Gejala neurologik makin lama makin berat.

4. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)

Gejala klinis sudah menetap.


28

Stroke Non Hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian

otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik.

Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel

yang di ikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang selanjutnya

terjadi kematian neuron.

Stroke Non Hemoragik dibagi lagi berdasarkan lokasi penggumpalan, yaitu :

(Mardjono, 2006)

1. Stroke Non Hemoragik Embolik

Pada stroke non hemoragik tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah

otak, melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistim vaskuler sistemik.

Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung dengan “shunt” yang

menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel. Penyakit

jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan pada katup

mitralis, Fibralisi atrium, Infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena

pulmonalis. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang

biasanya muncul disaat penderita tengah beraktivias fisik seperti berolah raga.

2. Stroke Non Hemoragik Trombus

Stroke trombolitik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah ke

otak. Dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk sistem

arteri karotis) merupakan 70 persen kasus stroke non hemoragik trombus dan

pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior).

Trombosis pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah terhalang, biasanya ini

terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit atherosklerosis.


29

2.5.3 Penyebab Stroke

Stroke disebabkan aneurisma pembuluh darah besar, malformasi arteri

vena, hipertensi yaitu Aneurisma arteri kecil atau arteriol, angioma atau tumor

otak, dan trauma kepala. Ada dua tipe Aneurisma, yaitu aneurisma congenital dan

aneurisma dapatan. Pada aneurisma congenital dinding arteri yang sangat tipis

sehingga arteri tidak dapat berkontraksi maksimal dan ada kecenderungan untuk

pecah. Sedangkan pada aneurisma dapatan biasanya disebabkan oleh adanya lesi

aterosklerotik dan trauma. Tipe aneurisma dapatan juga dapat disebabkan oleh

bakteri atau jamur seperti mikosis. Sedangkan Angioma menyerupai sebuah bola

dengan beberapa lengkungan akibat shunt atau hubungan langsung arteri dan

vena. Biasanya terjadi pada arteri serebri media di bawah korteks yaitu sub

kortikal, bisa juga ditemukan pada dasar otak. Dinging pembuluh darah pada

angioma juga tipis, sehingga mudah pecah dan mudah terjadi perdarahan (Putra,

2011).

Stroke juga mempunyai faktor resiko terjadinya perdarahan yaitu faktor

resiko yang dapat terkontrol dan yang tidak dapat terkontrol. Faktor yang dapat

dikontrol adalah usia, ras, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Sedangkan, faktor

resiko yang tidak dapat dikontrol adalah hipertensi, diabetes mellitus, Transient

Ischemic Attack atau TIA, fibrasi atrial, abnormalitas lipoprotein, fibrinogen

tinggi, dan perubahan hemoreologikal lain, perokok, peminum alkohol, infeksi

virus dan bakteri, obesitas, kurang aktifitas fisik, dan stress fisik serta mental.

2.5.4 Gejala Stroke

2.5.4.1 Gejala Stroke Hemoragik


30

Marjono, M. et al.1994 dan Harsono, 2003 mengelompokkan gejala

stroke hemoragik berdasarkan :

1. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)

Gejala perdarahan ini timbul mendadak dan memburuk dengan cepat (dalam

beberapa menit atau jam), sering sampai koma. Nyeri kepala berat, nausea,

muntah, dan mempunyai ciri khas yaitu adanya darah di rongga subaraknoid pada

pemeriksaan lumbal Pungsi.

2. Gejala Perdarahan Subaraknoid (PSA)

Pada penderita perdarahan subaraknoid akan dijumpai gejala seperti nyeri kepala

yang hebat, kadang-kadang muntah, leher terasa kaku serta kehilangan kesadaran

yang sementara dan setelah sadar kembali terdapat gejala kaku kuduk, keluhan

silau terhadap cahaya, mual dan fotofobia.

2.5.4.2 Gejala Stroke Iskemik

Sudomo, et al.1980, Sugianto, P. 2001 dan Mulyadi, et al.2007

memberikan penjelasan mengenai gejala stroke iskemik, yaitu:

1. Gejala penyumbatan arteri serebri anterior

Buang air kecil tidak disadari, hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan

tungkai yang paling dapat dilihat, kehilangan kesadaran secara tiba-tiba,

gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh, secara tidak sadar mengikuti

kata-kata orang lain, sulit untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam hati.

2. Gejala penyumbatan arteri serebri media

Mulut jatuh ke satu sisi dan lidah mencong bila diluruskan, kata-kata tidak

dapat dipahami (afasia), bicara tidak jelas, tidak lancar dan terbata-bata,
31

kelemahan atau kelumpuhan lengan, tungkai atau salah satu sisi tubuh,

kesadaran menurun, Vertigo (pusing) atau perasaan berputar yang menetap

saat tidak beraktifitas, Gangguan rasa didaerah muka atau wajah dan hanya

sebelah saja, biasanya disertai gangguan rasa di lengan dan tungkai hanya

sebelah saja, bola mata selalu melirik ke satu sisi saja, tidak dapat

membedakan kiri dan kanan.

3. Gejala penyumbatan arteri serebri posterior

Hilangnya penglihatan, berupa penglitahan yang terganggu, gangguan

pandangan tanpa rasa nyeri, sebagian lapangan pandang tidak terlihat dan

penglihatan gelap atau ganda sesaat, kesulitan memahami barang yang dilihat,

namun dapat mengerti jika meraba atau mendengar suaranya, hilangnya rasa

atau adanya sensasi abnormal pada lengan, tungkai atau salah satu sisi tubuh,

terasa kesemutan dan mati rasa pada salah satu sisi tubuh, hilangnya

kemampuan untuk mengenali dan membedakan warna.

4. Gejala penyumbatan sistem vertebrobasilar

Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik,

jalan menjadi sempoyongan atau terjatuh, gangguan gerak bola mata hingga

terjadi diplopia, dedua kaki lemah sampai tidak bisa berdiri, mual, muntah,

sulit menelan, atau nyeri kepala

5. Gejala akibat gangguan fungsi luhur

1) Aphasia

Dibedakan atas 2 kategori yaitu ekspresif (motorik) dan reseptif (sensorik).

Ekspresif adalah kehilangan kemampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi

pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk


32

mengerti bicara orang lain tetap baik. Sedangkan reseptif (sensorik) adalaah

sulit untuk mengerti pembicaraan orang lain, namun masih mampu

mengeluarkan kata-kata dengan lancar, walau sebagian diantaranya tidak

memiliki arti, hal ini tergantung dari luasnya kerusakan otak.

2) Alexia

Penderita tidak mampu membaca kata, tapi dapat membaca huruf (verbal

alexia), atau kebalikannya yaitu ketidakmampuan membaca huruf, tetapi

masih dapat membaca kata (lateral alexia), dan gabungan dari keduanya yaitu

ketidakmampuan membaca baik huruf maupun kata (Global Alexia).

3) Agraphia

Kehilangan kemampuan menulis karena adanya kerusakan otak yang

dibedakan menjadi 5 kategori, yaitu : pure agraphia (tanpa disertai gangguan

berbahasa lainnya), aphasic agraphia (agraphia dengan/karena aphasia),

agraphia dengan alexia (dijumpai pada orang sakit dengan kerusakan di lobus

parietal), apraxic agraphia (tidak mampu menulis dengan baik saat menulis

spontan), spatial agraphia (sulit untuk menulis pada garis horizontal atau

menulis hanya pada sisi kanan kertas saja).

4) Acalculia

Kehilangan kemampuan berhitung atau mengenal angka setelah terjadinya

kerusakan otak. Dapat berhubungan dengan alexia, agraphia, atau bentuk-

bentuk aphasia lainnya.

5) Right-left Disorientation dan Dianosa Jari (Body Image)

Sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan,

melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah, atau menirukan gerakan-


33

gerakan tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan agnosia jari (dapat

dilihat dan disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara orang

sakit tidak boleh melihat jarinya).

6) Hemi Spatial Neglect (viso spatial agnosia)

Hilangnya kemampuan melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan

dengan ruang. Biasanya akan mengabaikan sebelah sisi ruang kontra lateral

dari lesi yang ada pada otaknya, misalnya disuruh menggambar sekuntum

bunga dan yang digambarkannya hanya setengah kuntum bunga.

7) Sindrom Lobus Frontal

Berhubungan dengan tingkah laku, kerusakan pada korteks motor dan

premotor dari hemisfer dominan menyebabkan gangguan bicara.

8) Gangguan Mengingat (Amnesia)

9) Dementia

Hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah kemampuan/operasi

mental. Gangguan pada satu fungsi luhur saja belum dapat dikatakan

dementia.

2.5.5 Tahap Pemulihan Stroke : Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan bagian penting dalam proses pemulihan stroke.

Tujuan rehabilitasi ini adalah untuk menolong penderita stroke untuk memperoleh

kembali apa yang mungkin dapat dipertahankan untuk memaksimalkan fungsi

tubuh pada penderita stroke (Stroke and Heart Foundation, 2010).

Tujuan utama rehabilitasi adalah untuk mencegah komplikasi,

meminimalkan gangguan, dan memaksimalkan fungsi organ. Prioritas rehabilitasi

stroke dini adalah pencegahan stroke sekunder, managemen dan pencegahan


34

penyakit penyerta dan komplikasi. Pada dasarnya rehabilitasi pada pasien stroke

iskemik maupun stroke hemoragik memilki prinsip yang sama. Rehabilitasi

tersebut meliputi terapi berbicara, terapi fisik, dan terapi occupasional. Berbagai

usaha dilakukan untuk mencapai tujuan ini, diantaranya terapi fisik/ fisioterapi,

latihan bicara, latihan mental, terapi okupasi, psikoterapi , memberi alat bantu,

ortotik prostetik, dan olah raga. (Aminoff, 2009).

Bentuk tindakan di atas tentunya disesuaikan dengan berat ringan cacat,

bentuk cacat, kemampuan atau tingkat mental penderita. Young & Forster (2007)

dan Duncan et al (2005) menyatakan bahwa penanganan rehabilitasi merupakan

pendekatan multidisiplin, beberapa ahli di berbagai bidang bekerja sama, misalnya

dokter keluarga, ahli rehabilitasi medik, ahli saraf, perawat dan anggota keluarga.

Koordinator tindakan rehabilitasi ini sebaiknya dipegang oleh dokter keluarga,

yang lebih banyak mengetahui penderita, keluarganya, latar belakang

pendidikannya, serta tugas jabatan. Dokter keluarga dapat bertidak sebagai

motivator, memberi bimbingan dan petunjuk kepada penderita dan keluarganya

(Bradford Institute for Health Research, 2010).

2.5.6 Dampak Terjadinya Stroke

Menurut dr. Prapti Utami (2009), setelah stroke, sel otak mati dan

hematom yang terbentuk akan diserap kembali secara bertahap. Proses alami ini

akan selesai dalam waktu 3 bulan. Hanya 10-15% dari penderita stroke yang bisa

kembali hidup normal seperti semula, sisanya mengalami cacat. Karena itu

banyak penderita stroke menderita stress akibat kecacatan yang ditimbulkan

setelah terkena stroke.


35

Kecacatan yang dialami juga beragam diantaranya : lumpuh, perubahan

mental, gangguan komunikasi, gangguan emosional dan kehilangan indra rasa

2.5.7 Pencegahan Terjadinya Stroke

Upaya untuuk menghindari stroke dimulai dengan memperbaiki gaya

hidup dan mengendalikan faktor risiko sehingga dapat mengurangi peluang

terkena penyakit tersebut. Berikut upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya stroke : (Agromedia, 2009)

1. Mengontrol berat badan dengan menjalankan perilaku sehat sejak dini.

2. Mengendalikan faktor risiko penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes,

kolestrol dan lain-lain.

3. Berolah raga atau beraktivitas fisik. Ketika melakukan aktivitas fisik, jantung

akan memompa lebih cepat untuk meningkatkan jumlah darah yang kaya

akan oksigen ke seluruh tubuh sehingga meningkatkan kadar kolesterol baik

dan menurunkan low density lipoprotein atau LDL yaitu kolestrol jahat.

4. Berhenti merokok. Zat-zat yang terkandung dalam rokok berpotensi

menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Hal ini akan

mempermudah kolesterol untuk melekat pada dinding pembuluh darah yang

mengalami kerusakan sehingga membentuk plak.

5. Hindari minuman-minuman beralkohol dan memakai obat-obatan terlarang

(Narkoba)

6. Perbaikan pola makan. Membatasi konsumsi daging, ikan atau ungags

maksimal 150 gram per hari. Tingkatan asupan makanan tinggi serat, antara

lain roti atau sereal tinggi serat , sayuran dan buah-buahan.


36

7. Hindari stress yang berlebih. Karena dapat menaikan tekanan darah dan

denyut jantug yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh

darah.

2.5.8 Kematian Akibat Stroke

Sel yang mati dan hematom saat setelah terjadi stroke akan diganti oleh

kista yang mengandung cairan serebrospinalis. Proses alami ini selesai dalam

waktu 3 bulan. Sekitar 2 dari 10 orang yang mengalami stroke akut akan

meninggal dalam satu bulan pertama, 3 dari 10 orang meninggal dalam 1 tahun, 5

dari 10 orang meninggal dalam 5 tahun, dan 7 dari 10 orang meninggal dalam 10

tahun. Risiko kematian penderita stroke pada tiga hari pertama sekitar 12%

(Feigin, V, 2006).

Orang yang mengalami perdarahan subaraknoid, risiko kematian dalam

dua hari pertama sekitar 35%, tetapi setelah itu turun pesat. Risikonya menjadi

sekitar 30% pada minggu pertama dan sekitar 10% pada minggu kedua (Mulyani,

S. dan Besral 2007).

Salah satu penyebab utama kematian setelah perdarahan subaraknoid

pertama adalah perdarahan ulang. Risiko meninggal paling tinggi bagi yang

mengalami kehilangan kesadaran pada hari pertama, yang mengalami koma atau

mengalami paralisis berat (hilangnya sama sekali gerakan di lengan atau tungkai

yang terkena). Risiko ini lebih tinggi pada orang berusia lanjut dibandingkan

orang yang berusia muda dan yang mengalami inkontinensia (tidak dapat

mengendalikan buang air) akibat stroke (Lumbantobing, S. 2001).


37

Berdasarkan penelitian Andersen di Denmark tahun 2009, pasien yang

mengalami stroke hemoragik mempunyai persentase kematian yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pasien yang mengalami stroke iskemik.

Komplikasi yang paling sering menyebabkan kematian setelah stroke

antara lain pembengkakan otak diikuti oleh dislokasi yang menyebabkan

tertekannya pusat-pusat vital di otak yang mengendalikan pernapasan dan denyut

jantung, pneumonia aspirasi (infeksi dada) akibat masuknya cairan atau makanan

ke dalam paru, septikemia (akibat ulkus dekubitus atau infeksi saluran kemih),

bekuan darah di arteri jantung (infark miokardium) dan trombosis vena dalam

(DVT)(Andersen, K.K, et al.2009).

2.5.9 Pertolongan Pertama pada serangan Stroke

Demi mengantisipasi tingkat kecacatan yang berat akibat stroke dan

menghindari kematian, perlu ada penanganan awal yang tepat yaitu dengan

memanfaatkan betul golden period pendertia. Golden period adalah waktu yang

sangat berharga bagi seseorang ketika terjadi serangan stroke awal untuk

mendapatkan pertolongan oleh Rumah Sakit terdekat dan mempunyai fasilitas

penanganan stroke. Karena stroke merupaka kegawatan medis, semakin cepat

ditangani akan semakin sedikit kerusakan yang berakibat fatal.

Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan

menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit atau completed stroke.

Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam hingga 1-2 hari

akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati atau stroke in evolution.

Sehingga penanganan stroke harus dilakukan sesegera mungkin dengan

memanfaatkan fase goleden period. Waktu yang dimiliki oleh seseorang ketika
38

terjadi serangan stroke adalah 3 sampai 6 jam untuk segera mendapat pertolongan

yang tepat di Rumah Sakit. Lebih dari jam tersebut pasien yang terkena stroke

dapat mengalami kecacatan yang berat. Oleh karena itu, seseorang yang

menunjukkan gejala stroke harus segera dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit

terdekat. Jika dalam kurun waktu itu penderita mendapat pemeriksaan dan

penanganan yang tepat, maka ia akan terhindar dari komplikasi, atau kecacatan

bahkan kematian (Rizaldi, 2010 dalam Putra, 2011).

Sementara menunggu dokter atau ambulans, lakukan pertolongan

pertama untuk keadaan darurat ini, dengan urutan sebagai berikut :

1. Jika orang itu sadar, tenangkan dia. Baringkan dengan hati-hati, taruh

bantal di bawah kepalanya gingga kepala membentuk sudut elevasi 30

derajat dan selimuti. Ini memberikan kesempatan agar aliran darah balik

kearah bawah tubuh.

2. Penderita jangan didudukkan atau digerakkan bagian tubuh lainnya,

sebab bila itu dilakukan maka pasien akan mengalami kekurangan

oksigen, karena tiap gerakan membutuhkan oksigen. Sedangkan pada

serangan stroke tubuh sedang kekurangan oksigen.

3. Jangan diberi makan dan minum, termasuk air gula walaupun bisa,

minuman dikhawatirkan merusak organ tubuh lain, dan jika masuk

keparu-paru malah bisa berakibat infeksi.

4. Jika orang itu tidak sadar, periksalah pernapasannya. Bila masih bernapas

miringkan badannya dan biarkan kepalanya di atas lantai, kemudian

selimuti. Tunggu datangnya dokter atau para medis untuk melakukan

tindakan penyelamatan lebih lanjut.


39

5. Jika pernapasannya berhenti, kalua bisa segera berikan pernapasan

buatan dari mulut ke mulut atau resusitasi. Prioritas utama adalah

mengusahakan penderita bernapas kembali, ingat bahwa bila pernapasan

terhenti dalam 2-3 menit akan terjadi kerusakan otak, dam bila sampai 4-

6 menit akan terjadi kematian.

6. Bila penderita tersebut sebelummya terjatu, periksa apakah terjadi

perdarah hebat. Hentikan perdarah dengan melakukan penekanan selama

5 menit diatas luka. (Putra,2011)

Anda mungkin juga menyukai