Anda di halaman 1dari 2

1.

Kata hukum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan menjadi 4 :


a. Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa
atau pemerintah.
b. Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat.
c. Patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang tertentu.
d. Keputusan (pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim (di pengadilan) vonis.

Hukum Allah (Syari’at)

Hukum syari’at menurut para ulama adalah seperangkat aturan yang berasal dari pembuat
syari’at (Allah SWT) yang berhubungan dengan perbuatan manusia, yang menuntut agar
dilakukan suatu perintah atau ditinggalkan suatu larangan atau yang memberikan pilihan antara
mengerjakan atau meninggalkan.

2. Secara garis besar hukum Islam terbagi menjadi lima macam:


- Wajib, yaitu suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang, maka orang yang
mengerjakannya akan mendapat pahala dan apabila perbuatan itu ditinggalkan maka akan
mendapat siksa. Contoh : Meninggalkan Sholat Fardhu
- Sunnah (mandub), yaitu perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang mengerjakan akan
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan maka orang yang meninggalkan tersebut tidak
mendapat siksa. Contoh : Sholat Dhuha
- Haram, yaitu segala perbuatan yang apabila perbuatan itu ditinggalkan akan mendapat pahala
sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut akan mendapat siksa. Contoh : Makan
daging Babi
- Makruh, yaitu satu perbuatan disebut makruh apabila perbuatan tersebut ditinggalkan maka
orang yang meninggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan maka orang tersebut tidak
mendapat siksa. Contoh : Mengambil dan memberi dengan tangan kanan, wanita ikut
mengantar jenazah, berbincang setelah isya, shalat dengan kain sarung saja yang di atas
lehernya tidak sehelai kain pun, shalat sunah setelah subuh hingga matahari terbit, atau shalat
sunah setelah ashar sampai terbenamnya matahari.
- Mubah yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan orang yang mengerjakan tidak
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa. Contoh : Makan dan minum, jual beli,
bepergian untuk rekreasi, mencari rizeki.

3. a. Prinsip tauhid, menjelaskan bahwa seluruh manusia ada di bawah ketetapan yang sama
sebagai hamba Allah.
b. Prinsip keadilan, mengandung pengertian bahwa hukum Islam yang mengatur persoalan
manusia dari berbagai aspeknya harus dilandaskan kepada prinsip keadilan yang meliputi
hubungan antara individu dengan manusia dan masyarakat serta hubungan antara individu
dengan lingkungannya.
c. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar, merupakan konsekuensi dari prinsip pertama dan kedua.
Amar ma’ruf mengandung arti bahwa hukum Islam ditegakkan untuk menjadikan umat manusia
dapat melaksanakan hal-hal yang baik dan benar sebagaimana dikehendaki Allah SWT.
Sedangkan nahi munkar mengandung arti hokum tersebut ditegakkan untuk mencegah
terjadinya hal-hal buruk yang dapat meruntuhkan kehidupan bermasyarakat.
d. Prinsip kemerdekaan dan kebebasan, mengandung maksud bahwa hokum Islam tidak
diterapkan berdasarkan paksaan, akan tetapi penjelasan yang baik dan argumentatif yang
meyakinkan. Apakah manusia pada akhirnya menolak atau menerima sepenuhnya diserahkan
kepada masing-masing individu.
e. Prinsip persamaan, mengandung arti bahwa pada dasarnya semua manusia adalah sama
meskipun faktanya berbeda dalam lahiriyahnya. Kesamaan tersebut terletak pada nilai
kemanusiaannya. Hukum Islam memandang perbedaan secara lahiriyah tidak menjadikan
manusia berbeda dari segi kemanusiaannya.
f. Prinsip tolong-menolong, mengajarkan bahwa warga masyarakat harus saling menolong demi
tercapainya kemaslahatan bersama.
g. Prinsip toleransi, mengajarkan bahwa hukum Islam mengharuskan kepada umatnya untuk
hidup penuh dengan suasana damai dan toleran. Tolernsi ini harus menjamin tidak dilanggarnya
hukum Islam dan hak umat Islam.

4. Secara etimologis sunnah diartikan sebagai perjalanan, cara hidup atau tradisi yang baik
maupun yang buruk.
Secara istilah yang disebut dengan sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Muhammad
SAW selain al-Qur’an, baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan yang layak menjadi
sumber hukum syariat.
Terdapat tiga bentuk sunnah/hadits yaitu :
- Qouliyah (perkataan)
Segala sesuatu yang memang berupa perkataan Nabi SAW. Biasanya qouliyah ini dalam bentuk
sederhananya diungkapkan dengan kata-kata “Nabi bersabda”.
- Fi’liyah (perbuatan)
Fi’liyah adalah segala sesuatu yang dilakukan Nabi SAW yang berkaitan dengan urusan agama
kemudian para sahabat melaporkan hal tersebut.
- Taqririyah (ketetapan)
Taqririyah adalah segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat kemudian Nabi
SAW tidak melarangnya justru membenarkannya.

5. Urgensi sunnah Nabi SAW dalam hukum Islam ditegaskan dengan beberapa argument, di
antaranya adalah:
a. Iman
Salah satu konsekuensi beriman kepada Allah SWT adalah menerima segala sesuatu yang
bersumber dari para utusan-Nya (khususnya Nabi Muhammad SAW).
b. Al-Qur’an.
Di dalam al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan kewajiban taat kepada Rasulullah SAW.
c. Di antara argumen tentang posisi sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam dijelaskan
sendiri oleh Nabi Muhammad SAW dalam beberapa haditsnya.
d. Di antara argumen tentang posisi sunnah sebagai sumber hukum Islam adalah berdasarkan
konsensus umat Islam.
e. Al-Qur’an yang bersisi petunjuk dari Allah secara umum masih bersifat global, sehingga perlu
ada penjelasan. Sekiranya tidak ada Hadits Nabi SAW maka ajaran al-Qur’an tidak dapat
dilaksanakan secara baik.

Anda mungkin juga menyukai