Anda di halaman 1dari 6

Asal-usul Atlantis, Pulau yang Mengemuka

dalam Aquaman
Poster Film Aquaman. FOTO/DC

Oleh: Fadrik Aziz Firdausi - 26 Desember 2018


Dibaca Normal 3 menit

https://tirto.id/asal-usul-atlantis-pulau-yang-mengemuka-dalam-aquaman-dcxW

Kisah peradaban unggul Atlantis pertama kali ditulis oleh filsuf Plato. Ia dianggap tak
sahih.
tirto.id - Dalam film Aquaman yang tayang baru-baru ini, penonton diajak mengikuti
Arthur Curry “mudik” ke negeri asal leluhurnya, Atlantis. Negeri bawah laut itu adalah
daya tarik kuat bagi penonton selain jajaran karakter, petualangan, dan adegan-adegan
tarung yang heroik. James Wan, sang sutradara, benar-benar total membangun
Atlantis.

Misi Wan adalah menciptakan dunia fantasi yang mampu mengangkat karakter
superhero yang tak seberapa terkenal itu. Karena itulah ia membangun sebuah
peradaban bawah laut yang elok secara visual tapi tetap menunjukkan bahwa itu
adalah bumi, bukan planet atau dimensi lain.

“Konsepnya adalah ketika Atlantis kuno tenggelam, mereka 'menumbuhkan' Atlantis


baru di atasnya. Mereka membangunnya dengan memanfaatkan karang. Jadi,
bangunan tumbuh seperti karang," kata sutradara kelahiran Malaysia itu sebagaimana
dikutip DC Comics.

Wan juga menampilkan Atlantis yang bercita rasa baru dan kuna sekaligus. Meskipun
Atlantis adalah peradaban di bawah laut yang telah ada sejak ratusan tahun silam,
teknologi mereka sangat maju. Begitupun budaya mereka.

Masyarakat Atlantis dalam Aquaman digambarkan tidak bersahabat. Mereka tak


menyukai manusia daratan dan hampir tak pernah bersentuhan dengan budaya darat.
Teknologi persenjataan yang kuat juga menjadikan mereka arogan dan invasif.

Wan mengaku mengambil banyak referensi dari mitologi dan menguliknya. Hasilnya
adalah sebuah dunia fantasi yang megah dan spektakuler. Lalu, bagaimana
sebenarnya Atlantis bermula? Apakah ia kisah faktual atau hanya kisah dongeng?

Baca juga: Film Aquaman: Cara Ekstra James Wan Menyuguhkan Fantasi

Bermula dari Plato


Kisah tentang Atlantis pertama kali tertuang dalam dua catatan dialog
Plato, Timaeus dan Critias, yang ditulis sekitar 360 SM. Plato mencatat bahwa Atlantis
adalah sebuah pulau Atlantis yang terletak di sebelah barat Selat Gibraltar. Ia
mengandaikan luas Atlantis lebih besar dari Libya dan Asia Minor.

Konon, leluhur monarki Atlantis adalah Dewa Poseidon. Pada suatu masa yang sangat
lampau, Poseidon menikahi seorang gadis penghuni Atlantis bernama Cleito. Lalu
lahirlah lima pasangan anak kembar.

Poseidon lantas membangun sebuah istana-istana megah untuk Cleito dan anak-
anaknya. Atlas, si anak tertua, lalu diangkat menjadi raja dan dari namanyalah sebutan
Atlantis berasal.

Atlantis menjadi negara pulau yang subur, kaya, dan kuat secara militer berkat anugrah
Poseidon. Seiring waktu, keturunan Atlas menjadi arogan dan haus kekuasaan. Untuk
memuaskan hasrat berkuasanya, raja-raja Atlantis menaklukkan negeri-negeri di
sekeliling Laut Mediterania.

Perkembangan demikian membuat Zeus, raja para dewa, murka. Atlantis lalu
dikutuknya kalah melawan aliansi negara-negara yang dipimpin Athena. Sebagai
pelengkap azab, usai kekalahan itu Pulau Atlantis dibenamkan ke dasar laut.

Peristiwa kekalahan dan tenggelamnya peradaban Atlantis menurut Ronald H. Fritze


dalam Invented Knowledge: False History, Fake Science and Pseudo-Religions (2009,
hlm. 24) diperkirakan terjadi sekira 9400 sebelum masehi.

Plato mengatakan bahwa kisah itu didapat leluhurnya yang bernama Critias dari
cendekiawan dan ahli hukum bernama Solon. Sementara Solon mendapat kisah
Atlantis dari pendeta penjaga kuil Dewi Neith di Mesir.

Pendeta Mesir itu mengatakan kepada Solon bahwa orang-orang Yunani di masanya
tak lagi mengenal Atlantis karena hilangnya catatan sejarah akibat bencana. Untungnya
Masyarakat Mesir yang berhubungan dengan orang-orang Yunani masih menyimpan
kisah itu.
“Karena bebas dari jangkauan bencana, orang Mesir berhasil menyimpan catatan-
catatan dari zaman paling kuno dan karenanya memiliki akses ke rentang sejarah yang
telah hilang. Pada suatu kolom di kuil Neith di Saïs, kisah Atlantis ditulis dan para imam
di sana membagikannya dengan Solon yang lalu membawanya kembali ke Yunani,”
terang Fritze (hlm. 27).

Pencarian Atlantis
Karya Plato itu adalah satu-satunya sumber dari zaman Yunani kuna yang menyebut
tentang Atlantis. Beberapa cendekia Yunani kuno lain seperti Strabo, Diodorus, Siculus
dan Plutarch juga pernah menyebutnya, tetapi semuanya merujuk kembali kepada
Plato. Sementara itu, Plato menuliskan bahwa Atlantis adalah kisah turun-temurun
dalam keluarganya.

Karenanya, kesahihan Atlantis sebagai negara atau pulau nyata pun jadi meragukan.
Ahli dan komentator mengaku hal itu kisah karangan Plato. Atlantis dihadirkan Plato
sebagai antitesis masyarakat Athena yang ideal.

Selain pijakan sejarahnya sumir, keunggulan peradaban Atlantis bukanlah sesuatu


benar-benar fantastis. Sebagaimana yang dikisahkan Plato dan dikisahkan dalam film
Aquaman, Atlantis adalah negeri kaya dan kuat yang invasif.

“Legenda Atlantis lebih cenderung tentang saingan heroik kota Athena daripada
peradaban yang tenggelam. Jika Atlantis benar-benar ada hari ini penduduknya
mungkin akan mencoba membunuh dan memperbudak kita semua,” tulis Benjamin
Radford di laman Live Science.

Namun, ketiadaan sumber sejarah yang kuat toh tak bisa membendung hasrat orang
untuk mengungkap keberadaan Atlantis. Meski Plato secara gamblang telah menyebut
letak dan waktu raibnya Atlantis, sejumlah teori lain pun tetap diajukan. Biang dari
semaraknya pencarian Atlantis adalah sejarawan amatir dan anggota kongres Amerika
Serikat Ignatius Donnelly.

Pada 1882, Donelly menerbitkan monografnya tentang Atlantis yang berkepala The
Antediluevian World. Ia sungguh meyakini cerita Plato adalah kebenaran sejarah.
Donelly juga menambahkan bahwa semua peradaban besar di bumi bermula dari
Atlantis.

“Donnelly lebih dari sekadar mempopulerkan cerita Plato. Dia menambahkan beberapa
‘fakta’ dan gagasannya sendiri yang lalu jadi bagian dari mitos Atlantis. Donnelly
mempromosikan apa yang sekarang disebut ‘teori difusi’, gagasan bahwa semua
peradaban besar dapat dilacak kembali ke satu sumber tunggal,” tulis Redford yang
punya spesialisasi dalam pseudosains.
Serbaneka teori kemudian mengemuka usai Donelly mempublikasikan teorinya. Laman
media sejarah History mencatat setidaknya ada tiga teori lainnya yang sama
populernya. Charles Berlitz, misalnya, yang pada 1970 mengatakan bahwa Atlantis
adalah pulau yang terletak lepas pantai Bahama dan tenggelam oleh gaya tarik Segitiga
Bermuda.

Lalu ada Charles Hapgood yang dalam bukunya Earth’s Shifting Crust (1958) menyebut
bahwa Atlantis sebenarnya adalah Antartika. Menurut perkiraannya Atlantis tenggelam
sekira 12.000 tahun lampau akibat pergeseran kerak bumi. Atlantis yang berbudaya
maju bergeser hingga ke kutub selatan bumi yang dingin dan kemudian membeku.
Teori ini terbantahkan kala pengetahuan tentang lempeng tektonik mulai berkembang.

Teori yang juga terkenal adalah menghubungkan tenggelamnya Atlantis dengan


terbentuk Laut Hitam. Teori ini menganggap Atlantis sebenarnya adalah kisah dongeng
yang terilhami dari peristiwa geologis sekira 5600 tahun sebelum Kristus lahir. Pada
masa itu tanah genting—yang kini jadi Selat Bosporus—jebol dan menggenangi danau
Laut Hitam. Orang-orang yang selamat dari bencana ini lantas menyebarkan dongeng
tentang peristiwa ini hingga sampai pada Plato.

Dongeng Atlantis sebagai folklor tentang kejadian bencana geologi agaknya lebih
masuk akal. Fritze dalam bukunya (hlm. 19-21) pun menyebut bahwa kemungkinan
besar Atlantis merujuk pada letusan pulau gunung api Thera di Laut Aegea pada 1525
sebelum masehi.

Letusan gunung api Thera itu diperkirakan 10 kali lebih kuat dari pada letusan Krakatau
pada 1883. Sama pula dengan Krakatau yang menghilang dari muka laut, sebagian
tubuh gunung api Thera juga lenyap. Erupsi itu pun tak ayal memicu tsunami yang
menerjang Pulau Kreta yang terletak 70 kilometer di selatannya dan memusnahkan
peradaban bangsa Minoan.

Atlantis cocok dengan peradaban Minoan yang memang merupakan peradaban besar
pertama di Eropa paling maju di masanya.

“Selama seratus tahun terakhir para sejarawan dan arkeolog terkemuka telah
mengemukakan bahwa kisah-kisah kehancuran Thera memberi Plato inspirasi untuk
menggubah kisah tentang Atlantis,” tulis Fritze (hlm. 21).

Baca juga artikel terkait AQUAMAN atau tulisan menarik lainnya Fadrik Aziz Firdausi
(tirto.id - Humaniora)

Penulis: Fadrik Aziz Firdausi


Editor: Maulida Sri Handayani

Anda mungkin juga menyukai