Anda di halaman 1dari 7

Directors: Bryan Howard, Rich Moore, Jared Bush

Cast: Ginnifer Goodwin, Jason Bateman, Idris Elba, Jenny Slate


Durasi: 108 menit
Studio: Walt Disney Animation Studio (2016)

Suatu malam di Carrot Days Talent Show. Seekor kelinci bercerita ihwal sejarah predator yang
suka memakan mangsa ratusan tahun lampau. Katanya, dorongan biologis membuat pemangsa
tidak segan melukai dan menghabisi korbannya. Tapi, lanjut si kelinci, kedua makhluk tadi
berevolusi sehingga bisa hidup harmonis. Hal tersebut menciptakan kondisi kondusif bagi semua
mamalia muda untuk meraih kesempatan seluas-luasnya saat ini. Ia sendiri, yang bernama Judy
Hopps, bercita-cita sebagai polisi dengan maksud membuat dunia lebih baik. Hopps lalu berkata
kalau impian itu bisa terwujud di Zootopia, sebuah kota besar dimana leluhur mereka tinggal
dengan damai.
Cerita di atas merupakan cuplikan adegan film Zootopia produksi Walt Disney Animation. Film
animasi ini mengisahkan Hopps, polisi kelinci asal Desa Bunnyburrow, yang berusaha
menuntaskan kasus hilang belasan warga kota Zootopia. Dibantu oleh Nick Wilde, Hopps pun
mendapati dirinya berhadapan dengan kenyataan-kenyataan lain: Wilde yang pernah dirundung
lantaran ia seekor rubah, oknum pemerintah yang ingin menciptakan dunia “damai”, dan akibat
fatal dari stereotip juga prasangka dalam kehidupan warga Zootopia.
Dari awal hingga akhir, film animasi ini menyajikan banyak oksimoron seperti halnya adegan
Carrot Days Talent Show. Sebut saja kejadian saat Hopps lolos akademi polisi dan waktu ia
berinteraksi dengan Benjamin Clawhauser, macan tutul penyuka donat yang bertugas di front
office kepolisian. Belum lagi jika menyinggung adegan Hopps serta Nick Wilde bertemu dengan
si tikus “Mr. Big” yang berlagak ala bos di God Father juga tingkah lambat kungkang si petugas
Department of Mammal Vehicle. Hal ini masuk akal mengingat Hopps pernah mengutarakan
bahwa antara predator dan mangsanya sanggup hidup berdampingan. Peluang untuk melakukan
lebih banyak hal kemudian terbuka. Para mamalia tidak lagi hanya hidup berburu dan diburu.

Akan tetapi, sejarah masa lalu tetap membawa pengaruh pada pola pikir masyarakat Zootopia.
Meski para leluhur hingga keturunannya hidup harmonis di kota tersebut, mereka masih
menyimpan stereotip pada hewan lain. Stereotip yang termanifestasi dalam perasaan atau afeksi
kemudian menciptakan prasangka. Stereotip dan prasangka yang terjadi berulang kali pun
ditampilkan lewat pengalaman Hopps dan Wilde di Zootopia. Beberapa di antaranya yakni saat
Hopps berhadapan dengan Gideon Grey untuk membela tiga kawanan hewan. Gideon berkata,”I
want you remember this moment the next time you think you will ever be anything more than just
a stupid, carrot-farming, dumb bunny.” Stereotip macam ini tidak hanya didengar Hopps dari
lawan melainkan juga dari orang tuanya. Sementara Wilde sempat merasakan pengalaman pahit
saat dirinya ingin bergabung ke Junior Ranger Scouts. Temannya berkata,”If you thought we
would ever trust a fox without a muzzle, you’re even dumb than you look!” sambil memasang
berangus pada mulutnya. Wilde kecil pun lari ketakutan lalu menangis sendirian.

Dan stereotip tadi dengan mudah digunakan untuk membangkitkan ketakutan masyarakat
Zootopia guna mencapai tujuan tertentu. Tentu usaha ini tidak asing mengingat hal yang sama juga
terjadi di negara di dunia. Amerika, tempat dimana Zootopia diproduksi, memiliki sejarah pahit
soal streotip juga diskriminasi bangsa kulit putih dan hitam. Kini, stereotip lain muncul menyusul
maraknya serangan yang dilakukan imigran muslim dari Timur Tengah di sana. Bahkan Donald
Trump, calon presiden Amerika dari Partai Republikan, sempat ingin melarang orang Islam masuk
Amerika apabila ia terpilih menjadi presiden.
Dengan sejarah peristiwa seperti di atas, Zootopia berusaha memberikan alternatif berpikir atas
masalah yang terjadi. Respon Hopps atas omongan orang tuanya saat ia berangkat bertugas ke
Zootopia memperlihatkan hal itu. Setelah mendengar penjelasan orang tuanya tentang kelakuan
para predator yang menyusahkan, Hopps menjawab dengan berkata,”Gideon Grey was a jerk who
happened to be a fox. I know plenty of bunnies who are jerks.” Dengan kata lain, baik buruknya
seseorang tidak ditentukan oleh penampilan fisik dan latar belakang tertentu.

Dengan kehadiran karakter-karakter yang memikat layaknya film animasi keluarga, Zootopia
mampu secara subtil menginjeksikan pesan-pesan politis bagi penonton ciliknya. Diskriminasi
berdasar prasangka tentu topik yang kelewat berat untuk disosialisasikan di usia dini. Namun,
dengan penceritaan yang ringan, Zootopia adalah pengenalan sekaligus sarana tepat guna untuk
memasyarakatkan bahaya memendam prasangka dalam menilai suatu individu serta betapa
ruginya membatasi diri hanya karena dianggap tidak mampu oleh sekitar. Rich Moore yang sukses
menarasikan topik serupa dalam Wreck-It Ralph tahun 2012 lalu kembali memancarkan pesan
tersebut. Agaknya, film inipun menjadi layak dinikmati dan tak lupa dicerna dalam-dalam oleh
semua umur, sebagai sesuatu yang bernilai lebih dari sekadar kartun kekanak-kanakan sekali
lewat.
Sumber: warningmagz.com dan stunningmotivation.com
Quotes:

Life’s a little bit messy. We all make mistakes. No matter what type of
animal you are, change starts with you.

Never let them see that they get to you.

“Success is the ability to go from failure to failure without losing your


enthusiasm”

“If you can’t fly then run, if you can’t run then walk, if you can’t walk
then crawl, but whatever you do you have to keep moving forward.” –
Martin Luther King

“If somebody offers you an amazing opportunity but you are not sure
you can do it, say yes – then learn how to do it later!”

I came here to make the world a better place, but I think I broke it.
Chief Bogo: The world has always been broken. That’s why we need
good cops.

Are you saying that because he’s a sloth he can’t be fast? I thought in
Zootopia, anyone could be anything.
Life isn’t some cartoon musical where you sing a little song and all your
insipid dreams magically come true. So let it go.

Anda mungkin juga menyukai