Penakluk pertama Mount Everest, puncak tertinggi dunia di Pegunungan Himalaya, Sir Edmund
Hillary pernah ditanya oleh wartawan, apa yang paling
ditakutinya dalam menjelajah alam. Dia lalu mengaku tidak takut pada binatang buas, jurang
yang curam, bongkahan es raksasa, atau padang pasir yang luas dan gersang sekali pun! Lantas
apa? Sebutir pasir yang terselip di sela-sela jari kaki, kata Hillary. Wartawan heran, tetapi sang
penjelajah melanjutkan kata-katanya, Sebutir pasir yang masuk di
sela-sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia bisa masuk ke kulit kaki atau
menyelusup lewat kuku. Lama-lama jari kaki terkena infeksi, lalu membusuk. Tanpa sadar, kaki
pun tak bisa digerakkan. Itulah malapetaka bagi seorang penjelajah sebab hal ini bisa berakhir
dengan dimana dia harus ditandu.
Apa yang dinyatakan oleh Hillary, bisa di umpamakan dengan hal-hal kecil dalam kehidupan
sehari-hari yang seringkali kita remehkan. Kebiasaan buruk, sikap negatif ataupun karakter yang
kita pikir sepele, namun hal tersebut kemudian ternyata menjadi infeksi dan menyebabkan
kelumpuhan. Lihat saja berbagai kerikil kecil seringkali disepelekan orang yang mungkin
berakibat buruk. Misalkan saja: kebiasaan menunda, tidak disiplin, membuang sampah
sembarangan, pola makan tidak memaki, mengumpat, tidak jujur, atau kebiasaan yang sepele.
Betapa hal itu seringkali yang merampas kebesaran serta kehidupan seseorang. So, seringkali
yang besar justru ditimbulkan oleh hal yang sepele. itu, jangan remehkan kerikil-kerikil dalam
hidup Anda. Buanglah sebelum ia menghancurkan hidup Anda!
Karena itulah, lain kali kalau meminta dalam doa pikirkanlah apakah itu benar - benar yang
terbaik buat kita?
Nak, makanlah semua nasi untuk seminggu ini dalam sehari, sehingga ibu tak perlu lagi masak
selama seminggu. Jadi, ibu cuma perlu masak sehari. Akan mengurangi beban ibu.
Anak itupun tersadar dan belajar.
Kita tidak bisa memaksakan segala sesuatu secara instan, semuanya dalam waktu sekejab.
Apalagi untuk sesuatu yang membutuhkan proses.
Sayangnya, kita berada di antara generasi yang ingin serba
instan. Instan menjadi terkenal,
instan menjadi manager, instan menjadi kayA raya, instan sukses. Bukannya tidak mungkin hal
tersebut diraih. Tetapi, hasilnya menjadi tidak wajar, tidak normal, tidak sehat dan terkadang
juga tidak langgeng.
Kita menemukan banyak orang yang tidak sabar menunggu suatu proses malah berakhir dimana
ia harus membayar dengan waktu yang justru lebih panjang. Bersabarlah dan berdisiplinlah
untuk suatu proses, karena ketika waktunya tiba hasilnya juga lebih solid.