Anda di halaman 1dari 3

Teman Imajinasi, Metode Jessica, dan Segala Hal di Dalamnya

Secara tak sengaja, saya melihat kartun Spongebob Squarepants yang menampilkan episode
terbaru ketika menunggu racikan obat di sebuah apotek.

Di dalam cerita tersebut, Spongebob dinarasikan memiliki seorang teman hamster besar
bernama Cuddle e Hugs. Lucunya, ia hanya terlihat oleh Spongebob saja setelah memakan
patty busuk. Dilihat dari namanya, sang teman khalayan menawarkan kenyamanan yang tak
didapatkan Spongebob dari teman-teman nyatanya. Salah satunya adalah pelukan hangat
yang sangat nyaman dan membuatnya betah untuk setiap detik bersamanya. Bahkan
Patrick, sahabat sejatinya begitu saja ia tinggalkan.

Di akhir cerita, Cuddle e Hugs ternyata berwatak jahat. Ia menyuruh Spongebob agar
meminta teman-temannya memakan patty basi agar bisa melihatnya. Lantas, ketika teman-
temannya bisa melihatnya, ia akan seperti Spongebob dan mulai ketagihan dengan
kenyamanan sang hamster. Kekacauan pun terjadi karena semuanya berebut untuk
memeluk sang teman imajinasi.

Pada kehidupan sehari-hari, teman imajinasi bukanlah sesuatu yang asing lagi. Dalam islam,
ada makhluk gaib yang disebut qarin. Jin pengiring yang akan setia mendamping manusia.
Namun, ketika manusia mengalami masa kanak-kanak, ternyata teman imajinasi juga
sebuah hal yang tak bisa dilepaskan. Saya sendiri dulu memiliki sebuah teman imajinasi
bernama Tumtum. Seekor kelinci yang saya ciptakan dari sebuah boneka.

Alkisah, boneka kelinci yang saya miliki hilang ketika saya bermain di sebuah rumah saudara.
Akhirnya, dalam beberapa waktu kemudian, saya mulai berbicara dengan Tumtum sembari
bermain dengan mainan lain. Uniknya, seingat saya, ibu saya tak melarang ketika saya
merancu segala hal tentang Tumtum. Mungkin, beliau hanya mengantisipasi agar saya tak
meminta membeli mainan baru lagi. Lantas, apakah anak-anak yang memiliki teman
imajinasi itu berbahaya?

Sebelum menjawab hal tersebut, sebuah penelitian dari Universitas Oregon menyimpulkan
bahwa sekitar 37% dari anak berusia kurang dari tujuh tahun mulai bermain dan berbicara
dengan teman imajinasi mereka. Teman imajinasi ini bisa berupa sosok manusia, hewan,
tokoh rekaan seperti superhero, atau sosok lain. Mereka bisa sosok tunggal atau dalam
kelompok. Adik perempuan saya dulu bahkan pernah menyatakan dia adalah anggota
kelima dari Twinnies, kelompok boneka yang bisa bernyanyi dan menari. Keempat anggota
lain kerap mengajaknya bermain setelah acara tersebut berakhir di televisi.

Anak laki-laki cenderung memiliki teman imajinasi laki-laki sedangkan anak perempuan bisa
memiliki teman khayalan laki-laki atau perempuan. Mereka akan muncul dari bagian tubuh
atau bagian kehidupan yang benar-benar dirasakan lebih dalam. Rasa kehilangan terhadap
suatu benda kesayangan akan semakin menambah kekuatan nyata dari teman imajinasi.

Bisa saja, teman imanjinasi itu tumbuh dari sesuatu yang tampak mengerikan dari pikiran
seorang anak kecil. Semisal, kematian atau kekerasan yang pernah dirasakan atau didengar.
Ada kalanya, seorang anak kecil akan memiliki teman imajinasi berupa sosok yang tak
mampu merasakan kesakitan. Sosok yang sering muncul adalah sosok yang mampu
menembus benda di depannya. Sosok itu akan terlihat sempurna kala sebuah mobil
menabraknya. Ia akan muncul setelah seorang anak mengetahui ada orang terdekatnya
meninggal karena kecelakaan mobil. Kadangkala, sosok teman imajinasi yang diciptakan
seorang anak bisa benar-benar detail. Mereka akan tahu kehidupan pribadi sang teman.
Dengan siapa mereka tinggal, apa makanan kesukaan mereka, berapa jumlah saudara
mereka, hingga apa hobi mereka.

Dari penelitian tersebut juga dikemukakan bahwa sebagian besar dari anak-anak yang
memiliki teman imajinasi sadar teman mereka hanyalah khayalan belaka. Mereka juga sadar
teman imajinasinya bisa datang dan pergi kapan saja. Seingat saya dulu, saya juga akan
melupakan Tumtum kala teman-teman nyata saya mulai berdatangan dan kami bersiap
untuk bermain bersama. Si teman imajinasi akan muncul kembali di saat saya sendirian dan
butuh teman.

Jika dilihat sepintas, anak-anak yang memiliki teman imajinasi cenderung memiliki masalah
sosial. Namun, anak-anak seperti ini ternyata memiliki keceriaan dan mampu mengerjakan
tugas lebih baik. Menurut penelitian yang sama, anak yang memiliki teman imajinasi
bukanlah sesuatu hal yang dikhawatirkan. Bisa jadi, teman imajinasi adalah jawaban dari
rasa nyaman saat seorang anak mengalami kesulitan. Walau demikian, komunikasi dengan
anak secara nyata, terutama ketika masalah adalah cara yang paling baik. Ketimbang,
membiarkan mereka terus berimajinasi dengan teman khayalan mereka.

Anak sulung, anak tertua, dan anak yang jarang melihat televisi akan berpeluang lebih besar
untuk menciptakan sosok teman imajinasi. Sosok –sosok ini akan mulai hilang ketika usia
mereka beranjak besar. Lalu, bagaimana jika saat mereka sudah besar namun masih
memiliki teman imajinasi?

Inilah yang perlu menjadi perhatian. Di sebuah blog ruqyah, saya pernah membaca seorang
gadis remaja yang harus di-ruqyah karena memiliki teman imajinasi. Berupa sosok anime
manga yang sangat tampan. Kumpulan sosok ini yang membuat sang gadis sangat
bersemangat dalam melakukan aktivitasnya, namun ia lebih suka menyendiri di dalam
kamar. Setelah di-ruqyah, sosok imajinasi ini kemudian berubah dari sosok yang tampan
menjadi sosok yang menyeramkan.

Walau hal ini masih menjadi misteri dan sering diperdebatkan, nyatanya ada sebuah
metode khusus bagi orang dewasa yang ingin memiliki teman imajinasi. Metode bernama
Metode Jessica ini bahkan telah banyak dibuat ebook maupun pelatihannya. Tak sekedar
membuat rekaan teman imajinasi, dengan Metode Jessica sesorang bahkan bisa
membuatnya sebagai asisten pribadi. Yang mampu membantu permasalahan pribadi dan
memberikan efek positif di dalam kehidupan.

Dibantu dengan efek audio yang membawa sesorang lebih jauh ke alam bawah sadarnya,
keberhasilan metode ini tergantung dari pribadi yang melakukannya. Ketika seseorang
masuk dalam kondisi yang sempurna, maka tubuhnya untuk mempercepat proses
penyembuhan serta mengurangi bahkan menghilangkan semua rasa lelah serta nyeri. Entah
bagaimana nantinya sosok teman imajinasi yang mampu mengatasi masalah tersebut.
Pastinya, jika melihat sekilas, sosoknya akan muncul sama dengan apa yang dibuat oleh
anak-anak. Jawaban dari segala masalah yang tak mampu dipecahkan di dunia nyata.

Saya sendiri belum dan tidak tertarik mendalami metode ini. Berbicara dan berbagi dengan
teman-teman nyata adalah pilihan yang tepat. Masa kecil saya bolehlah memiliki teman
imajinasi. Selepas dewasa, teman imajinasi itu haruslah dilepas. Ada yang jauh lebih
mengerti mengenai masalah saya. Siapa lagi kalau bukan Tuhan Yang Maha Esa.
Sekian. Mohon maaf jika ada kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai