Anda di halaman 1dari 5

Program Kerja Pemberantasan Korupsi Skala Kecil Capres-

Cawapres yang Layak Dinanti

Konstelasi Pilpres 2019 hampir mencapai puncaknya beberapa waktu terakhir ini. Debat
capres dan cawapres RI sudah berlangsung beberapa kali. Salah satu isu debat yang cukup
menarik perhatian adalah isu korupsi. Isu dan masalah bangsa Indonesia yang entah kapan
bisa diselesaikan.

Memang, pada laporan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia, telah terjadi peningkatan
poin IPK selama kurun waktu 17 tahun terakhir. Artinya, sudah terjadi peningkatan usaha
untuk mencegah dan mengadili kasus korupsi di Indonesia. Dibandingkan pada awal
reformasi, tentu banyak sekali kasus-kasus korupsi yang berhasil digagalkan atau diungkap
oleh para penegak hukum, terutama oleh KPK.

Namun, jika dilihat lebih saksama lagi, masih banyak pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan. Masih banyak kasus korupsi yang belum terungkap, peraturan yang membuat
para koruptor longgar, hingga sederet masalah lain. Masalah ini tentu harus menjadi salah
satu titik fokus program kerja capres dan cawapres RI 2019-2024.

Kedua capres, baik Joko Widodo- KH Amin Ma'ruf dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno
telah memaparkan visi dan misinya masing-masing. Keduanya juga telah memasukkan
program antikorupsi ke dalam salah satu target rencana kerja jika menjabat sebagai Presiden
dan Wakil Presiden kelak. Sayangnya, dari penuturan beberapa pakar hukum, keduanya
masih memiliki kelemahan dalam program antikorupsi yang termuat dalam visi dan misinya.

Pasangan capres dan cawapres nomor urut 02, Prabowo dan Sandiaga Uno memasukkan
program antikorupsi yang termuat dalam 7 pilar politik, hukum dan HAM. Pencegahan
korupsi dengan melakukan pemerintahan yang akuntabel dan didasarkan pada smart
government juga menjadi salah satu aksi nyata yang akan dikerjakan oleh paslon nomor 02.

Pasangan capres nomor 2 juga kerap mempertanyakan upaya pemberantasan korupsi selama
lima tahun pemerintahan Presiden Jokowi. Ferdinand Hutahaean, juru bicara tim pemenangan
paslon 02 menyatakan bahwa selama ini, kasus korupsi tidak diberantas dengan baik. Sekitar
lima belas ribu temuan BPK belum ditindaklanjuti oleh pemerintah.

Sayang, menurut Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM Oce Madril, visi-misi paslon
nomor 2 tersebut masih terlalu minimalis. Penjabaran mengenai bagaimana langkah nyata
dan program berkesinambungan mengenai pencegahan korupsi masih belum tampak. Walau
demikian, tak lantas paslon lawan, Jokowi-Amin memiliki visi-misi antikorupsi yang lebih
baik. Menurut Oce, selama pemerintahan Jokowi, masih banyak dipenuhi hutang mengenai
penyelesaian kasus korupsi yang belum dituntaskan.

Belum lagi, teror kepada KPK sebagai lembaga anti rasuah juga masih kerap terjadi. Upaya
untuk menggembosi KPK juga sering berulang dilakukan oleh para politisi. Meskipun,
program antikorupsi yang diusung paslon nomor 01 dirasa lebih spesifik. Pasangan Jokowi-
Amin setidaknya memiliki lima kebijakan untuk pencegahan korupsi.

Salah satu fokus dari pencegahan korupsi tersebut berada pada tujuh sektor, yakni industri
ekstraktif/pertambangan, infrastruktur, sektor privat, penerimaan negara, tata niaga, BUMN,
dan pengadaan barang dan jasa. Ada pula pemberiah hadiah bagi masyarakat yang ikut serta
dalam upaya pemberantasan korupsi.

Pemberantasan korupsi seharusnya menjadi titik utama program kerja presiden yang terpilih
kelak. Selain penuntasan kasus korupsi besar, penuntasan kasus korupsi skala kecil yang
banyak terjadi di daerah juga harus menjadi acuan. Upaya untuk mencegah dan memberi
pendidikan antikorupsi hingga ke seluruh masyarakat bawah juga harus terus dilakukan.

Walau tak sebesar korupsi mega proyek yang menyeret beberapa petinggi negara, korupsi
skala kecil juga tak bisa dianggap remeh. Beberapa diantaranya adalah korupsi dana desa,
penyelewengan dana Bantuan Operasional Sekolah, maladministrasi pelayanan publik,
korupsi yang dilakukan oleh PNS, dan lain sebagainya. Korupsi-korupsi tersebut boleh jadi
memiliki nilai kerugian yang tak terlalu besar. Namun, jangan sampai dengan tak adanya
peraturan dan tindakan tegas dari pihak yang terkait, korupsi semacam itu bisa dibiarkan
begitu saja.
KPK memang kerap teruji dalam menangani korupsi skala besar. Sebelum tindak pidana
terjadi, KPK juga sering melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap para koruptor.
Hasil korupsi pun juga dipaparkan secara gamblang oleh berbagai media.

Pun ketika koruptor mengenakan baju tahanan khas KPK, rompi oranye, ditampilkan di muka
umum. Masyarakat juga sangat antusias. Mereka sangat berharap dengan tajamnya KPK
mengurai berbagai kasus korupsi tersebut, bisa memberi efek jera kepada koruptor.

Lantas, bagaimana dengan kasus korupsi kecil yang tersebar di penjuru negeri? Bagaimana
dengan para oknum kepala desa atau perangkatnya yang menyelewengkan dana desa?
Bagaimana dengan oknum kepala sekolah yang bermain dengan penggunaan Dana BOS?
Bagaimana pula dengan ribuan PNS yang terindikasi melakukan korupsi di berbagai daerah
namun masih aman-aman saja?

Tentu, pertanyaan itu menjadi salah satu hal yang dinantikan oleh masyarakat Indonesia.
Walau berada pada tingkat pemerintahan terbawah, tetap saja namanya korupsi adalah
korupsi. Negara dan masyarakat juga dirugikan atas tindakan oknum-oknum tersebut.

Dari data ICW, sejak 2015 hingga Semester I 2018, ada sekitar 181 kasus korupsi dana desa
yang merugikan negara sekitar 40,6 milyar rupiah. Minimnya kompetensi aparat pemerintah
desa, tidak adanya transparansi perangkat desa, dan kurangnya pengawasan menjadi beberapa
faktor besarnya penyelewengan dana desa dari berbagai daerah.

Dari ribuan PNS yang terlibat korupsi, masih banyak yang aktif sebagai PNS. Mereka masih
bisa melenggang dengan nyaman meski telah merugikan negara. Proses peradilan yang
panjang menjadi salah satu alasan utama belum terselesaikannya masalah korupsi yang
menjerat para PNS.

Hasil temuan BPK terhadap penggunaan Dana BOS di beberapa daerah juga menujukkan
hasil mencengangkan. Salah satunya di Buleleng Bali. Dari hasil audit BPK, terjadi kerugian
negara sebanyak sekitar 1,15 milyar rupiah akibat penyimpangan penggunaan dana BOS,
baik bersifat administratif maupun pada realisasi belanja. Itu hanya di satu daerah saja.
Bagaimana dengan daerah lain?

Adanya korupsi dana desa menyebabkan banyak kerugian semisal program pengentasan
pengangguran di desa yang tidak berjalan semestinya. PNS yang korupsi juga akan
merugikan masyarakat terutama dalam hal pelayanan publik. Negara juga dirugikan akibat
tidak terselenggaranya pemerintahan yang efektif. Dana BOS yang diselewengkan juga
membuat sebuah sekolah tak bisa berjalan dengan baik. Sekecil apapun korupsi, dampak
buruk bagi masyarakat secara langsung akan terjadi.

Kedua paslon yang akan maju dalam pilpres kali ini akan sangat ditunggu programnya dalam
mengurangi kasus korupsi kecil semacam ini. Tidak lantas mengesampingkan kasus korupsi
besar, bagaimanapun juga oknum yang bermain dalam kasus semacam ini juga menjadi
tanggung jawab para pimpinan di tingkat pusat.

Dalam kampanye yang dilakukan oleh cawapres Sandiaga Uno, paslon nomor 02 akan
berjanji untuk mengawal dana dari pemerintah pusat yang dikucurkan kepada daerah agar tak
terjadi kebocoran. Sandiaga sebenarnya mengapresiasi adanya bantuan dana ini, seperti dana
desa namun sangat rentan dengan kebocoran.

Sementara, dari paslon nomor 01 akan menjanjikan pemberantasan korupsi hingga pada
lapisan terbawah. Salah satunya adalah materi antikorupsi yang akan masuk dalam kurikulum
sekolah. Dengan masuknya materi ini, diharapkan budaya korupsi tidak lagi menjadi budaya
yang mengakar.

Upaya kedua paslon dalam memberantas korupsi hingga ke lapisan masyarakat bawah
memang layak diapresiasi. Walau begitu, sinergi antara pemerintah pusat dan daerah serta
lembaga yang berkepentingan dalam hal ini sangat dinanti. Program-program seperti dana
desa dan Bantuan Operasional Sekolah memang sangat membantu masyarakat. Namun, jika
dana-dana tersebut dikorupsi dan pemerintah pusat tak mampu berbuat banyak, maka sia-sia
saja dana sebanyak itu digelontorkan.
Iklan Capres
http://www.iklancapres.id/iklan/socmed/read/3/1/1802/lima-kebijakan-pak-jokowi-untuk-
pencegahan-korupsi

http://www.iklancapres.id/iklan/socmed/read/3/2/179/hampir-15rb-kasus-korupsi-temuan-
bpk-belum-ditindak-lanjuti-oleh-pemerintah

http://www.iklancapres.id/iklan/socmed/read/3/1/1123/mulai-tahun-depan-materi-
antikorupsi-masuk-kurikulum-pendidikan

http://www.iklancapres.id/iklan/socmed/read/3/2/2060/kebocoran-dana-bantuan-dari-
pemerintah

Kompas.com

https://nasional.kompas.com/read/2018/11/21/19000481/icw-ada-181-kasus-korupsi-dana-
desa-rugikan-negara-rp-406-miliar

https://nasional.kompas.com/read/2018/12/04/10400111/ketua-kpk-pertumbuhan-indeks-
persepsi-korupsi-indonesia-tertinggi-di-dunia

BBC Indonesia

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45432000

Detik News

https://news.detik.com/berita/4314588/icw-temukan-181-kasus-korupsi-dana-desa-jk-itu-
sangat-kecil

https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4336517/pukat-ugm-visi-misi-prabowo-soal-
antikorupsi-sangat-minimalis

https://news.detik.com/jawatengah/4336231/pukat-ugm-rilis-4-catatan-buruk-pemberantasan-
korupsi-era-jokowi

https://news.detik.com/berita/4227724/jokowi-vs-prabowo-di-bidang-hukum-dan-
pemberantasan-korupsi

Jawa Pos

https://baliexpress.jawapos.com/read/2018/11/21/104609/audit-dana-bos-bpk-temukan-9-
pelanggaran-kerugian-negara-rp-115-m

Anda mungkin juga menyukai