Anda di halaman 1dari 4

Agar Tulisanmu Menjadi “Headline (HL)” di Kompasiana

Sebelumnya, saya mohon maaf telah membuat tulisan yang seakan “sok menggurui”.

Berkaca diri, saya bukanlah blogger yang telah punya jam terbang tinggi dan sering memberi
pelatihan tentang dasar penulisan blog, SEO, dan turunannya. Namun, seorang rekan sedari bulan
kemarin meminta saya secara khusus untuk memberi tips dan rahasia agar tulisan di Kompasiana
menjadi Headline (HL). Maka, saya akan membagi apa yang saya ketahui melalui tulisan ini daripada
menuliskan pada aplikasi WA.

Headline (HL) memang menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan Kompasianer dalam menuangkan
idenya. Walau bagi sebagian Kompasianer HL bukanlah pencapaian yang menjadi tujuan utama,
namun tetap saja prestise HL tidak bisa diragukan. Tulisan akan dipajang hampir sepanjang hari di
halaman depan serta berkesempatan untuk dibagikan dalam portal Kompas.com. Tanpa perlu susah-
susah untuk membagikan ke jejaring sosial, bisa dipastikan pembaca tulisan HL akan banyak.
Probabilitas untuk mendapat penghasilan lebih besar dari K-reward pun akan lebih tinggi.

Jika melihat dari T&C Kompasiana, admin K akan memberikan label HL pada sebuah tulisan yang
aktual, mendalam, menarik, unik, dan bermanfaat luas bagi pembaca. Tentu, jika dipahami lagi akan
ada unsur “subyektivitas” dalam pemilihan artikel yang HL. Belum lagi, jika yang mendapat HL orang
yang itu-itu saja. Maka, sentimen terhadap admin akan muncul. Pengalaman seperti ini pernah saya
rasakan di bulan Juli kemarin kala admin K mengganjar artikel saya hampir 20 kali berturut-turut.
Saya sempat disangka menjadi kesayangan admin. Lah, salah saya apa. Padahal, saya hanya memiliki
sedikit waktu di kala libur sehingga bisa lebih fokus menulis. Kalau sudah banyak pekerjaan begini,
alamat saya kembali jarang HL.

Kembali ke pokok persoalan, HL tidaknya sebuah artikel saya yakini ditentukan oleh rapat kecil yang
menyeleksi artikel yang sudah menjadi pilihan untuk dinaikkan statusnya menjadi HL. Dan, pada
beberapa waktu terakhir, artikel HL tidak langsung merujuk pada artikel yang ditulis hari itu juga.
Bisa sehari dua hari sebelumnya, atau bahkan seminggu sebelumnya.

Apa saja trik agar artikel bisa HL?

Pertama, tentu ide artikel harus unik, menarik, atau aktual. Untuk artikel unik dan menarik, buatlah
semenarik mungkin kupasan poin demi poin di dalam artikel tersebut. Rata-rata, artikel yang unik
dan menarik memang lebih menonjolkan sisi keunikan daripada kedalaman materi. Namun, bukan
berarti tidak memperkaya isi artikel yang bisa menambah wawasan pembaca.

Ide artikel tidak harus yang sulit dan jauh dari kehidupan sehari-hari. Di dekat kita, banyak sekali hal-
hal yang bisa kita kemukakan dengan sudut pandang berbeda. Sebagai contoh, di dalam artikel
mengenai karnaval kampung yang ada di daerah saya, admin K langsung membei label HL beberapa
menit setelah artikel tersebut saya tayangkan.

Padahal, menurut saya sendiri artikel tersebut biasa-biasa saja. Namun, saya mencoba untuk lebih
mendalami proses panjang di dalam kegiatan tersebut. Mulai dari cekcok antar tetangga, Pak RT
yang jadi bahan pesakitan, hingga sulitnya mengumpulkan dana karnaval. Mungkin, sisi itulah yang
ingin lebih disampaikan oleh admin ketika memilih artikel saya menjadi HL.

Pun demikian dengan artikel yang aktual. Artikel semacam ini butuh pemikiran yang ekstra,
terutama mengenai hal-hal yang berbau politik. Saya sendiri tidak tertalu mahir memainkan topik ini
karena berhubungan juga dengan SEO. Penulis artikel aktual yang sering mendapat HL biasanya
masuk 3 besar penerima K-reward tiap bulannya.

Peruntungan saya hanya pada artikel mengenai pengumuman pensiun menulis buku TNT oleh
Mbak Trinity dan kasus korupsi massal di DPRD Kota Malang. Mencoba mengulas kedua topik
tersebut dari seorang blogger dan warga Kota Malang, admin memberi dua artikel saya tersebut
status HL. Lagi-lagi, kedalaman isi artikel yang coba saya ketengahkan meski jujur hal itu belum
memuaskan saya lantaran ada beberapa poin yang belum bisa saya eksplorasi lebih dalam terutama
pada artikel pertama. Untunglah, ada beberapa Kompasiana yang men-counter artikel saya meski
cukup berseberangan. Walau begitu, saya cukup puas karena dengan begitu tulisan saya mendapat
perhatian dan memperkaya pengetahuan bagi saya dan para pembaca.

Kedua, untuk artikel bertema wisata cobalah keluar dari pola menulis anak SD. Maaf, bukannya saya
mencela, namun tulisan travel dengan rasa hambar tak akan dilirik oleh admin kecuali jika tempat
tersebut jarang sekali dikunjungi oleh orang Indonesia, semisal Gurun Sahara, Antartika, maupun
tempat-tempat bersejarah yang bukan tempat ajang pamer.

Tulisan anak SD yang saya maksud ya menceritakan urutan peristiwa hanya dengan pandangan
mata, semisal dari sini saya ke sini lalu saya membeli ini dan lain sebagainya. Kalau untuk tulisan
biasa tak masalah, namun karena ini adalah cara agar tulisan HL, maka hindarilah tulisan anak SD
tersebut.

Paparkan hal-hal unik yang tak biasa dilakukan pengunjung meski tempat tersebut ramai. Gali apa
yang khas dari tempat tersebut dengan bahasa yang menarik. Syukur-syukur, jika ada model cerita
lain dalam cerita perjalanan tersebut. Sekedar berbagi, saya coba untuk memberi sebuah tulisan
mengenai perjalanan wisata ke Pantai Batu Bekung. Jika melihat sekilas, sudah banyak tulisan
mengenai pantai ini dari berbagai blog. Namun, saya mencoba bercerita dalam sisi lain. Seorang
anak kecil yang bernostalgia kala dewasa. Dengan rasa Chibi Maruko Chan yang kental, admin
langsung memberi HL beberapa menit setelah artikel tersebut saya tayangkan. Dan, itu sangat
mengasyikkan dalam berkarya seni.

Ketiga, jangan lupakan aturan penulisan sesuai tata bahasa yang baik dan benar. Kapan
menggunakan tanda titik, koma, dan tanda lain. Kapan harus menggunakan awalan dan kata depan
yang seringkali saya temukan dalam beberapa kesalahan dalam artikel blog. Serta, aturan lain dalam
bahasa Indonesia. Sebagai guru, memang saya sedikit cerewet mengenai masalah ini. Dan yang
paling penting hindari pengulangan kata dalam satu kalimat. Artikel yang sering memuat
pengulangan kata dan kalimat tidak efektif sangat sulit untuk mendapat status HL. Sangat disarankan
untuk menggunakan banyak kalimat majemuk. Konektivitas yang halus dan menarik antar paragraf
juga menjadi poin penting.

Memang, saya akui masalah tata bahasa ini sangat sulit untuk mencapai kesempurnaan terutama
bagi saya sendiri yang seringkali typo. Namun, tak ada salahnya kan untuk terus memperbaiki diri?
Keempat, untuk artikel yang bermanfaat, kupas lebih dalam agar seuatu yang benar-benar
bermanfaat tersebut bisa dicerna oleh banyak pembaca. Maka, pemahaman komperhensif
mengenai apa yang akan kita berikan semisal tips akan menjadi enak dibaca dan mendalam. Sumber
yang jelas sangat disarankan untuk dimasukkan. Dengan demikian, kemungkinan artikel untuk
dijadikan HL semakin besar.

Kelima, penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Bukan pembaca medsos tentunya. Saya sendiri
punya aturan ketat dalam mengatur porsi membaca saya tiap hari. Minimal, 2 jam sehari harus saya
habiskan untuk membaca terutama mengenai topik yang akan saya tulis. Bacaan berbahasa Inggris
akan sangat membatu kita dalam menulis artikel yang ingin dijadikan HL. Bukan berati pula bacaan
berbahasa Indonesia juga tak perlu dibaca. Yang jelas, menyempatkan waktu untuk membaca adalah
“koentji”. Akan banyak informasi yang belum diketahui oleh orang lain semisal salah satu artikel saya
yang dijadikan HL dan menarik perhatian yakni mengenai profesi “Pentil Kecakot”. Apa itu? Sila
disimak di sini.

Keenam, jangan lupakan spirit Great China. Ya, kontingen Republik Rakyat Tiongkok itu menjadi
spirit saya dalam menulis. Jika mereka bisa membabat habis hingga 100 lebih medali emas mengapa
saya tidak? Kalau mengapa mereka bisa mendominasi aneka cabang olahraga kenapa saya tidak juga
bisa mendominasi tulisan HL?

Meski terdengar ambisius, namun saya mencoba mengambil sisi positifnya. Banyak berlatih menulis
dan terus fokus. Omong kosong jika ada keinginan seperti itu tapi tanpa ada usaha. Menulis,
menulis, dan terus menulis. Semakin sering menulis maka akan sering mengetahui celah-celah dan
pola-pola agar artikel bisa HL. Sama dengan para atlet China yang terus fokus berlatih hingga
menyabet 20 medali emas di cabang olahraga renang AG 2018 kemarin. Tak pernah puas dengan
suatu pencapaian hingga akhirnya mereka menjadi juara umum di berbagai tuan rumah Asian
Games.

Dan terakhir, jangan lupa sertakan Tuhan. Tetap tawakkal dan jangan kepikiran terus bagaimana
agar bisa HL. Yakinlah, usaha tak akan membohongi hasil. Kalau saya, setelah menulis sebuah artikel,
saya sudah nothing to loose. Mau di-HL ya alhamdulillah kalau tak ya tak masalah. Keputusan HL pun
kembali kepada dua kekuatan yang memiliki otoritas, Tuhan dan admin K.

Baik, itu saja yang bisa saya bagi. Sekali lagi, saya bukanlah blogger yang sudah berjam terbang
tinggi. Hanya ingin menyuguhkan apa yang bisa saya ketahui.

Sekian, salam.

Anda mungkin juga menyukai