Anda di halaman 1dari 31

Alhamdulillah, Anakku Nakal

 Saya pernah bertemu dengan seorang ibu Kepala Sekokh TK yang


sangat luar biasa. Ia mempunyai kemampuan LEadenship yang tinggi
dan skill yang luar biasa untuk menangani 'anak-anak khusus' di
sekolahnya. Pertemuan tersebut tidak saya sia-siakan untuk menggali
lebih jauh tentang perjalanan hidup beliau.
 Beliau memulai ceritanya, "Alhamdulillah Ust.. Jinan, saya mempunyai
anak yang bagi orang lain mungkin menganggapnya sebagai anak yang
nakal, terlalu aktif dan sulit diatur. Ia terindikasi gejala autis dan ADHD.
Seringkali gurunya di sekolah merasa kewalahan atas perilakunya yang
kadangkala sangat agresif dan akhirnya, angkat tangan untuk
menangani anak saya. Melihat kondisi tersebut, saya yang saat itu
menjadi seorang guru di sebuah sekolah favorit akhirnya memutuskan
untuk berhenti dari pekerjaan tersebut. Dan berniat untuk' lebih fokus
terhadap pendidikan anak saya.
 Untuk itulah saya mencari sebuah sekolah di luar kota yang dapat
mengakomodasi perilaku anak saya sekaligus memberikan terapi
sebelum akhirnya ia dapat masuk kembali pada sekolahnya yang lalu.
Masa satu tahun anak saya belajar di sekolah barunya adalah masa
yang telah mengubah hidup saya. Setiap harinya saya harus mengantar
anak saya ke sekolah dan mengikuti seluruh kegiatan di sekolahnya.
Pada malam harinya saya habiskan waktu untuk membaca buku-buku
yang berkaitan dengan perilaku anak saya. Selama satu tahun tersebut
saya dipaksa belajar kembali dan hidup lebih mandiri lepas dari
ketergantungan terhadap suami.
 Akhirnya seluruh pengorbanan saya tersebut dibalas oleh Allah, anak
saya berkembang lebih baik dari sebelumnya. Ia kembali dapat belajar
di sekolahnya dahulu dengan sikap dan prestasi belajar yang lebih baik.
Bahkan tanggung jawabnya saat ini justru melampaui anak seusianya.
Dengan proses belajar yang saya jalani dan melihat setiap hari guru
anak saya menerapi beberapa anak, akhirnya saya mempunyai skill
baru untuk menangani beberapa anak yang berwasalah dan hari ini
saya diberi amanah untuk memimpin sekolah dengan kepercayaan
yang penuh dari yayasan. Sebuah hikmah dari Allah yang sangat manis
dan sama sekali tidak saya bayangkan sebelumnya."
 Ibu kepala sekolah ini telah mendapatkan barokah yang Luar biasa
besar dari Allah, justru pada saat ia menghadapi anaknya yang
bermasalah. Saya sangat memahami mengapa ia memulai cerita
dengan ucapan Alhamdulillah, walaupun cerita tersebut tentang
kesusahan atas perilaku anaknya yang orang lain bahkan guru telah
menganggapnya sebagai anak nakal. Seandainya ia tidak pernah
mempunyai putra yang 'bermasalah', niscaya ia tidak pernah belajar
menjadi lebih sabar, lebih mandiri, dan lebih berkompeten dalam
menangani anak-anak yang lain.
 Seringkali manusia mendapat barokah dan nikmah justru saat ia
mendapatkan cobaan dari Allah. Dari cobaan yang ia terima, akhirnya
mereka belajar untuk lebih sabar dan belajar untuk menyelesaikan
cobaan yang serupa. Dan mungkin salah satu nikmah itu dapat kita
peroleh disaat kita menghadapi tingkah pola putra-putri kita dengan
penuh kesabaran.
Kisah Seorang Pemuda dan Kupu-Kupu
Miftahul Jinan, Alhamdulillah Anakku
Nakal, Hal.8
Perjuangan mutlak dibutuhkan untuk
menjalani hidup ini. jika kadangkala
kita harus lebih keras dan konsentrasi
di dalam menghadapi perilaku anak
kita yang kreatif dan usil, mungkin
inilah salah satu bentuk dari
perjuangan tersebut. Apabila Allah
membiarkan kita hidup tanpa
hambatan, itu hanya akan membuat
kita lemah dan tidak sekuat saat ini.
Mengapa Anak-Anak Kita Menjadi Nakal?

 Anak Belajar Nakal dari Orang Tua

 “INGAT ANAK NAKAL TIDAK DILAHIRKAN TETAPI


DICIPTAKAN”
(Nanny 911)

Rasulullah S.A.W bersabda:


“Sesungguhnya setiap anak dilahirkan dalam kondisi
fitrah.
Kedua orang tualah yang membuat bereka menjadi
Nasrani, Yahudi, dan Majusi.”
Anak Nakal,
dari imajinasi Menuju Kenyataan
 Sedap
Enak, nyaman, senang (KBBI)
 ABC
Tiga huruf pertama pada huruf latin (KBBI)
 Sprite
Bidadari (Google Translate)
 Apakah proses di atas bisa terjadi pada konteks pendidikan anak?
Jawabannya adalah sangat mungkin bisa terjadi. Seorang anak yang
sering menerima label dan panggilan anak nakal dari orang tua dan
gurunya, pada panggilan pertama mungkin ia kurang memahami apa
makna dari nakal tersebut. Baginya kata tersebut sangatlah imajiner
(tidak dikenal) dan tidak ada hubungannya dengan dirinya. Namun
dengan semakin seringnya kata tersebut diarahkan kepada dirinya
dengan konteks yang hampir serupa, bahwa ibunya merasa jengkel
dengam sikapnya yang tidak mau nurut atau gurunya yang
mendapatinya tidak mengerjakan tugas, maka kata yang imajiner
tersebut menjadi kata yang lebih realistik dan dekat dengan dirinya.
Semakin sering ia mendengar kata-kata tersebut diarahkan kepada
dirinya, maka semakin yakin bahwa dirinya adalah anak yang nakal.
 Thomas L Madden dalam bukunya yang berjudul Fire Up
Your Learning menjelaskan sebuah teori yang ia beri nama
Siklus 21. Seseorang yang menerima suatu afirmasi atau
label dari orang lain yang tidak sesuai dengan dirinya, pada
awalnya ia akan menolak afirmasi dan label tersebut
dengan keras. Jika afirmasi dan label tersebut terus ia
dengar maka akan terjadi penurunan volume penolakan
hingga sampai pada kondisi ia tidak menolak dan juga
tidak menerima aftrmasi dan label. Pada hari yang ke 21
jika afirmasi dan label terus disampaikan kepada dirinya,
maka akhirnya ia menerima dan menyakini dirinya sesuai
pada label dan afirmasi yang ia tolak sebelumnya.
KENAKALAN = KECERDASAN
Anak Nakal
Antara Fitnah dan Barokah

 Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 28:


“ Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu
adalah fitnah dan sesungguhnya disisi Allah-lah pahala
yang besar.”
Anak-Anak Semakin Nakal atau
Orang Tua Semakin Tidak Sabar
Kesabarana dan ketidaksabaran dalam
mereaksi sikap putra-putri kita sangat
berdampak pada rendah dan tingginya
kenakalan putra-putri kita. Semakin orang
tua bersabar dan bersikap bijak terhadap
perilaku putra putri kita, maka semakin
berkurang tingkat kenakalannya. Sebaliknya,
semakin orang tua emosional dan tidak
sabar dalam menghadapi perilaku anaknya,
maka semakin tinggilah kenakalan anak
tersebut.
Nakal Ini, Cerdas Itu
 Aspek yang harus berkembang pada setiap anak ada
3, yaitu aspek kognitif, sosio-moral, dan
psikomotorik. Namun seringkali orang tua hanya
menekankan pada aspek kognitif dan jarang
memedulikan aspek yang lainnya.
 Anak yang nakal cenderung menonjol dalam
kounitasnya. Kemenonjolan ini disebabkan oleh
keberaniannya dalam mengekspresikan diri,
sehingga keberadaannya sering kali bersifat oposan
(mengoposisi diri). Karena itulah anak yang nakal
sering berseberangan sikapnya dengan kebanyakan
anak-anak yang lain.
 Sikap oposan identik degan sikap kritis dan
keberaian memprotes. Sikap ‘protes’ inilah yang
akhirnya diapresiasi oleh kebanyakan kita sebagai
bentuk kenakalan anak.
 Prestasi yang diraih oleh anak tidak hanya
ditentukan oeh kapasitas intelektual yang
memadai, tetapi kesadaran dan kemauan juga
memiliki andil yang cukup besar. Bahkan poin
kedua ini yang memiliki pengaruh dominan dalam
menentukan kesuksesan seseorang.
 Cerdas disatu sisi dan kurang cerdas disisi lain
lebih banyak disebabkan oleh lingkungan yang
membentuknya. Karena lingkunganlah yang
memiliki akses paling besar dalam memformat
stimulus (rangsangan). Hanya stimulus (baca:
lingkungan) yang bermutu yang akan melahirkan
seorang anak dengan kepribadian yang
berkualitas.
Jenis Kenakalan pada Anak

Kenakalan
Eksploratif

Kenakalan Kenakalan
Sejati Semu

Paradigma
Habitual
Kenakalan
Eksploratif

Menyobek
Merusak Corat-coret Menyiksa Naik turun
buku dan
mainan tembok binatang kursi
kertas
Gendong
Anak dari
Plus
Menuju
Minus

Anak Egois
Kenakalan Anak
Tidak mau
Semu Berbagi

Anak Suka
Menggigit
dan
Memukul
Berkata
jorok

Anak Suka
Membantah

Anak Suka Paradigma


Jajan Habitual

Anak
Kecanduan
Televisi
Anak suka
Merengek
Evolusi
Bohong pada
Anak

Mengapa
Anakku
Kenakalan Anakku
Bangga
Merokok?
Sejati dengan
Menyontek

Anak
Mencuri
Mencoret-coret Tembok
Penyebab mengapa anak-anak cenderung melakukan coret-coret di
tembok ketimbang di kertas atau buku.

a. Anak-anak dengan daya fantasi dan imajinasi yang membumbung


tinggi seolah menjadikan semua obyek yang ada didekatnya dan
dilihatnya akan disulap menjadi sosok benda atau tokoh yang ia
imajinasikan.

b. Tahapan perkembangan motorik anak, baik motorik kasar maupun


motorik halus. Anak dengan usia balita merasa kesulitan dan belum
standart untuk menuliskan simboI-simbol angka, huruf atau gambar di
kertas yang sempit dan buku yang terbatas ukurannya bila dibandingkan
dengan anak usia Sekolah Dasar. Hal ini bisa kita lihat bahwa tulisan dan
gambar anak TK tampak berukuran jauh lebih besar daripada anak-anak
SD, terlepas dari perlakuan khusus kepada anak usia balita, seperti
ananda mendapatkan les tambahan mewarnai dan belajar menulis secara
intensif, sehingga bidang dan media yang lebar menjadi 'Iahan yang
empuk' dan nyaman bagi anak untuk menumpahkan imajinasinya.
 c. Menuangkan imajinasi bagi anak tidak harus diplanning secara rapi
dan harus menunggu waktu yang tepat. Spontanitas adalah ciri anak
dalam menuangkan daya imajinasinya. Hal ini yang mendorong anak
untuk memanfaatkan apa saja yang berada di dekatnya.
 d. Ukuran gambar dan tulisan 'abstrak' yang Besar-besar, disamping
karena perkembangan motorik halus pada anak, juga (disebabkan
karena anak merasa perlu 'hasil karya'nya dilihat dan diketatahui oleh
orang lain, terutama pihak yang memilki otoritas (pengaruh). Sikap ini
dipicu oleh perilaku anak yang senang diperhatikan, dipuji dan dihargai
oleh orang lain. Untuk itu mencoret-coret tembok adalah bagian dari
perilaku mencari perhatian dari orang lain dan pengakuan sosial
(lingkungan sekitar) terhadap keberadaan dirinya.
 e. Menurut Neurolog, pada usia anak-anak, perkembangan otak emosi
jauh lebih awal dan pesat ketimbang otak rasional, sehingga tingkah
laku kreatif pada anak lebih berkembang dan tampak menonjol.
Kemampuan memanfaatkan media apapun sebagai sumber inspirasi dan
kesanggupan mencari terobosan untuk mengekspresikan idenya adalah
indikator dari pikiran kreatif. Coret-coret di sembarang tempat adalah
bagian dari bentuk tingkah laku kreatif anak. Setelah kita menyadari
bahwa ada pesan kreatif anak dibalik 'kenakalan mencoret-coret
tembok“, maka arah respon kita terhadap peri|aku khas anak ini
menjadi jelas.
Solusi

Anak dengan segala keunikannya, akan mendorong kita untuk selalu


belajar dan tergerak untuk memahami karakter mereka secara utuh. Dari
gambaran di atas tentang penyebab anak suka mencoretcoret tembok, ada
beberapa hal yang harus kita lakukan untuk memberi respon positif
terhadap 'kenakalan' anak yang satu ini. Diantaranya adalah:
 Mewadahi aksi kreatif dengan menyediakan media papan tulis (white
board) atau kertas lebar yang bisa dipasang di tembok sekitar ruang
'belajarnya' (baca : bermain) beserta spidol berwama, crayon atau alat
tulis yang lain, seperti stempel mainan.
 Mengawal anak hingga tuntas perkembangan motoriknya. Salah satunya
adalah memberikan stimulus (rangsangan) agar perkembangan motorik
anak dapat mengalami perkembangan yang optimal. Melatih berlari,
bergulung, memanjat, berenang adalah bentuk stimulus motorik kasar.
Terlebih hal ini sudah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW pada 15 abad
yang lalu melalui keterangan As-Sunnahnya ditambah lagi dengan
belajar berkuda dan memanah. Untuk yang kedua ini secara kentekstual
bisa bergeser dan berkembang sesuai (dengan kebutuhan jaman)
Menyobek Buku atau Kertas
 Jika kita cermati secara kontekstual, perilaku menyobek buku dan kertas adalah
bentuk pelampiasan kekecewaan (kemarahan). Namun, bila kita telusuri lebih
lanjut, ada keinginan anak untuk 'belajar' dengan menggunakan media buku atau
kertas itu. Bagi anak, buku atau kertas yang dibawa kakak atau ayah adalah
benda yang cukup menarik perhatiannya, sehingga muncul sikap ingin memiliki
benda tersebut. Dengan berbekal rasa penasaran dan keinginan kuat untuk
'belajar', maka buku atau kertas yang diincarnya menjadi rebutan antara si adik
dengan kakak atau ayah dengan ananda. Padahal dengan menyobek kertas atau
buku karena diperebutkan, kepentingan kedua belah pihak kandas.
 Dalam pandangan kaca mata yang berbeda, kita juga menemukan pesan implisit
dari perilaku anak yang suka menyobek buku atau kertas. Dalam kesendirian, si
anak tampak membolak-balik buku atau kertas yang berisi sederetan tulisan atau
gambar. Ia sendiri tidak tahu apa arti dari tulisan dan gambar yang terpampang di
kertas atau buku tersebut. Yang ia tahu bahwa gambar dan tulisan itu cukup
menggelitik untuk didekati dan segera diraihnya.
 'Bermain' dan 'bercengkerama' dengan gambar atau tulisan yang ada pada buku
atau kertas itu menjadi kegiatan yang cukup menyenangkan. Betapa tidak, si
anak merasa seoIah menemukan teman baru dalam petualangan imajinasinya,
dan ini yang dinamakan teman imajiner (Imajinery friend). Dalam aksinya, si anak
tampak aktif berkomunikasi dengan buku-buku atau kertas itu, sehingga tidak
jarang tangannya merasa gatal dan gemas untuk meremas dan 'menyobek' buku
atau kertas itu tanpa bermaksud untuk menyobeknya karena pelampiasan
kemarahan.
CARA MENYIKAPI ANAK AGAR KEBIASAAN
MENYOBEK BUKU ATAU KERTAS TIDAK
BERKELANJUTAN
 a. Menjelaskan kegunaan buku atau kertas bagi anak, misalnya kertas
untuk menggambar bebas, mewarnai gambar atau bisa dibentuk menjadi
pesawat terbang mainan, bentuk kodok atau bentukbentuk yang lain
seperti petunjuk dalam konsep origami. Demikian pula dengan buku, jika
buku itu bergambar, maka gambar-gambar yang terpampang didalamnya
bisa kita lihat sekaligus untuk belajar mengenal gambar secara lebih luas.
Penjelasan ini harus menggunakan bahasa yang lugas, ringan dan
sederhana dengan disertai praktek langsung sehingga anak merasa
tertarik sekaligus terta ntang untuk belajar dan berkarya. Dalam karya
anak terselip makna sebuah prestasi dan harga diri. Hal ini mendorong
anak untuk memfungsikan buku atau kertas sesuai dengan kegunaannya.
Karena dengan begitu ia dapat merakit prestasi dan meraih
'penghargaan'.
 b. Membagikan buku untuk kakak…dan adik agar adik merasa juga
memiliki buku. Karena bagi adik, bila kakak memiliki buku, maka akupun
harus memilikinya pula. Sehingga sikap iri dan keinginan untuk berebut
buku bisa diminimalisir. Meskipun pembagian buku ini hanyalah skenario
orang tua dalam membagi perhatian terhadap putra-putrinya.
 c. Melibatkan anak dalam 'belajar bersama', baik antara kakak dan adik
maupun antara ananda dan orang tua, meskipun hanya membaca
sebuah majalah. Karena rasa ingin tahu anak yang cukup tinggi, maka
butuh dukungan pengertian dari orang dewasa. Disamping itu, pada
saat-saat tertentu, kakak diminta untuk menemani adik belajar dan
bersedia 'belajar bersama'. Agar kasih sayang antara kakak dan adik
semakin berkembang.
 d. Membimbing anak agar dapat mengungkapkan keinginannya dengan
bebas dan terkendali, baik dengan ekspresi wajah maupun dengan
kata-kata. Hal ini berdampak pada pembentukan kontrol diri pada
anak, terutama saat emosi. Searah dengan ini, maka orang tua harus
membuka tabir atau sekat komunikasi antara dirinya dengan anaknya.
Misalnya anak sering ketakutan kepada ayah bila hendak
menyampaikan keluhannya karena dipicu oleh sikap Ayah yang suka
memarahinya bila tidak berkenan atas sikapnya. Kondisi ini bisa
berakibat pada endapan amarah anak, yang berimplikasi pada
terhambatnya perkembangan emosi anak.
Merusak Mainan

 Penyebab Anak Suka Merusak Mainan


 Salah satu karakteristik Anak adalah memiliki rasa
ingin tahu yang besar terhadap sesuatu yang
baru dikenalnya.
 Pola pikir anak masih perseptual dan imajinatif,
maksudnya apa yang dilakukan anak masih
berkutat pada persepsinya sendiri dan warna
imajinasinya sangat kental.
 Sebagian besar anak yang kreatif cenderung
memanfaatkan apa saja yang dilihatnya untuk
obyek eksperimen. Termasuk merusak mainan bagi
anak adalah kegiatan eksperimen.
Hal-hal Yang Mendukung Anak
'Hobby' Merusak Mainan
 Anak belum memahami arti tanggung jawab. Yang ia
Iakukan hanyalah menyalurkan hasrat rasa penasarannya
terhadap benda tertentu.
 Respon orang tua terhadap barang yang telah dirusak ananda dan
pengenalan ananda terhadap reaksi orang tuanya. Pada kondisi
seperti ini orang tua terkesan 'melindungi' ananda dan
mengalihkan tanggungjawab anak kepada dirinya, sehingga anak
tidak merasa 'bersalah' atas perilakunya dan tidak perlu berinisiatif
untuk mengganti barang itu dengan yang utuh, toh orang tuanya
cukup tanggap.
 Sebagian orang tua beranggapan bahwa sikap anak seperti ini
adatah bentuk 'kreativitas' tanpa peduli untuk mewadahi ativitas
kreatif tersebut secara konstruktif.
 Orang tua cenderung meremehkan harga mainan yang murah
dengan berdalih setiap saat bisa membeli lagijika sudah rusak atau
hilang
Tips Agar Anak Tidak Merusak Mainan
 Setiap memberi mainan baru, orang tua hendaknya menjelaskan
dengan bahasa yang sederhana tentang mainan ini secara 'detil',
diantaranya :
 Menunjukkan perbandingan antara mainan yang telah rusak dan
mainan baru. Beri kesempatan anak untuk memilih dan tanyakan
perasaan anak saat bermain dengan mainan yang baru dibeli yang
kondisinya masih baik serta bagiamana pula gambaran perasaannya
saat 'dipaksa' main dengan mainan yang telah rusak dan usang.
 Membelikan mainan terutama mobil-mobilan yang memang bisa
dibongkar pasang sebagai bentuk mewadahi aksi kreatif anak kita.
Ajarkan cara membongkarnya dan memasangnya kembali.
 Arahkan anak kita agar selalu minta ijin saat meminjam mainan milik
temannya dan mengucapkan terima kasih bila hendak
mengembalikannya. Selain itu pada saat meminjam mainan milik
teman, maka anak berkewajiban menjaganya.
 Beri falsafah sederhana bahwa saat meminjam barang teman
dalam kondisi baik, maka baik pula kondisinya saat
mengembalikannya.
 Menumbuhkan kepedulian (baca : rasa memiliki) terhadap
barangbarang pribadinya, sehingga muncul sikap perhatian dan
ingin merawatnya dengan baik.
 Biasakan agar anak mengambil dan mengembalikan mainan ke
tempat semula sebagai bentuk mengembangkan sikap disiplin.
 Membangun rasa tanggung jawab anak atas perilakunya.
Mengganti mainan yang rusak adalah bentuk tanggung jawab,
tetapl penekanannya pada tanggungjawab mandiri. Misalnya anak
haras mengambil tabungannya sendiri untuk mengganti mainan
mlhk teman yang telah dirusaknya.[]

Anda mungkin juga menyukai