Anda di halaman 1dari 4

Jatuh cinta itu adalah fitrah

Obatnya adalah menikah

Bukan membuat fitnah

Cinta yang salah

Cinta adalah fitrah manusia, siapun pernah merasakan cinta. Ada banyak
aspek cinta, cinta pada Allah dan rosulnya, pada manusia, pada lingkungan, namun
hanya cinta pada Allah dan Rosul-Nyalah cinta yang hakiki. Cinta yang sering salah
untuk dijalani adalah cinta pada sesama manusia, terutama pada lawan jenis. Tak
ada larangan untuk jatuh cinta, karena :

“belum sempurna iman seorang hamba sebelum ia mencintai saudaranya seperti


ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari)

Namun kita manusia sering salah dalam menanggapi cinta, jika kita masih
beranggapan bahwa cinta adalah pacaran atau hubungan diluar pernikahan, maka
sesungguhnya kita telah diperbudak oleh cinta. Cinta yang salah berawal dari
temunya zina mata, muncul ketertarikan, mulai chat-chatan, telpon-telponan,
mengumbar janji ini itu, hingga berakhir dengan ikatan pacaran, sering bertemu,
pegang-pegangan, pandang-pandangan, duniapun terasa milik berdua, kalo sudah
begini maksiatpun dekat dengan diri. Dalam islam berdua-duaan dengan lawan
jenis saja tidak boleh, saling memandang dengan hawa nafsu dilarang, bersentuhan
dengan lawan jenis akan dihadiahi neraka, apalagi semua itu dalam status pacaran
dilakukan dalam satu paket. Kalo sudah begini fitnahpun bertebaran dimana-mana,
fitnah untuk diri sendiri, fitnah untuk keluarganya bahkan fitnah untuk agama,
karena islam tidak pernah mengajarakan laki-laki untuk memiliki hubungan special
selain pernikahan.

“dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah perbuatan keji.
Dan suatu jalan yang buruk”

(Qs. Al-Isra’ : 32)

Mari tanyakan pada diri kita, apa yang membuat kita mau terjebak dalam
cinta yang salah?, beberapa jawaban yang sering saya dengar dari beberapa orang
yang telah diperbudak oleh cinta adalah:

Karena butuh penyemangat, apakah tidak cukup Allah yang menjadi penyemangat
bagi kita? Allah yang senantiasa Bersama kita, dalam apapun keadaan kita, Allah
yang telah memberikan penghidupan bagi kita, maka tidakkah cukup itu semua
menjadi penyemangat bagi kita untuk senantiasa taat padanya. Apakah tidak cukup
orang tua menjadi penyemangat, manusia yang penuh kasih sayang, merawat kita
dari kecil hingga dewasa, tanpa meminta balasan apapun, jasa ibu yang telah
melahirkan kita, ayah yang telah menacari penghidupan untuk anak-anaknya, maka
sungguh dunia dan seisinyapun tidak akan mampu membalas jasa mereka, maka
tidakkah itu semua cukup menjadi penyemangat untuk senantiasa menjadi anak
yang membanggakan mereka.

Karena takut kehilangan, banyak yang beralasan karena takut kehilangan orang
baik seperti dia, karena takut nggak dapat yang lebih tampan dari dia, karena takut
nggak dapat orang sekeren dia. Orang yang beralasan seperti ini adalah orang yang
tidak percaya dengan janji allah :
“wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk
wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik,
dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula”

(QS. An-Nur : 26)

Jikalau kita percaya dengan janji Allah diatas, maka tidak akan ada lagi rasa
takut kehilanagn manusia, maka kita akan disibukkan dengan berbenah diri, dan
memantaskan diri. Jika kita lihat fenomena yang ada, banyak yang
pacaranabertahun-tahun bahkan hampir setengah dari umur mereka lamanya,
namun pada akhirnya hanya menjadi tamu undangan, namun ada yang baru
bertemu sekali atau bahkan belum bertemu sebelumnya namun keimanan yang
membuat mereka menyatu dalam ikatan pernikahan, karena mereka percaya pada
janji Allah.

“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui”

(QS. Al Baqarah: 216)

Karena merasa kesepian, kesepian adalah sebuah rasa yang muncul karena kita
lupa bahwa Allah bersama kita. Jadikanlah Allah sebagai pengobat sepi, dengan
seanantiasa bermunajat padanya, keluarga sebagai penghibur lara, dan carilah
teman sebanyak mungkin, bentuk relasi sebanyak mungkin.

Apapun yang menjadi alasan kita dalam pacaran, tentu semuanya tidak
dapat dibenarkan. Jadilah wanita yang tidak menebarkan fitnah bagi para lelaki,
jadilah laki-laki yang tidak termakan fitnah wanita, jadilah laki-laki yang berprinsip
halalkan atau tinggalkan. Jangan mau berprinsip kita jalan terus entah apa nanti,
tanpa kejelasan seperti tidak punya tujuan hidup, kalau bertemu jalan buntu
banyak memilih bunuh diri, bahkan berzina.

“laki-laki yang baik bukan yang memberi mawar, tetapi yang memberi mahar. Laki-
laki yang baik bukan yang memberi coklat, tapi memberi seperangkat alat solat”

(ust Abdul Somad)

Wanita itu ibaratkan ibarat berlian, ia mahal, berharga dan tidak semua
orang bisa memilikinya. Wanita ibarat kaca, jika sering disentuh ia lebih rentan
pecah, dan bila pecah akan sulit menyusunnya kembali, maka sebagai wanita
jagalah diri, jagalah kemulianmu. Alangkah miris bila membayangkan bila suami
kita mendapatkan kita sebagai bekas, suami kita bukan lali-laki pertama yang
menyentuh tangan kita, setiap tempat kita memiliki kenangan pada laki-laki yang
berbeda-beda dan itu bukan suami kita, bukan suami kita laki-laki pertama yang
kita suapi, dan bukan suami kita laki-laki pertama yang kita ucapkan kata cinta.

Persiapkan diri, dan menikahlah bila jatuh cinta karena:

“cinta adalah fitrah, obatnya adalah menikah, bukan membuat fitnah”

(Amalia Husna)

Sekuat apapun kita sendiri, kita akan lebih kuat bila kita berjuang Bersama.

Anda mungkin juga menyukai