Anda di halaman 1dari 18

HEALTH BELIEF MODEL (HBM)

DAN
PROTECTION MOTIVATION
PADA PENDERITA PENYAKIT
SKIZOFRENIA

Diajukam Untuk Memenuhi Tugas Mata


Kuliah Psikologi Kesehatan

Disusun Oleh : Kelompok 2


ANGGOTA KELOMPOK :
Ajeng Merlydia A
M Rizki Putra Pamungkas
Riset Nurmala
Yulianti

KEPERAWATAN TINGKAT 1

SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN INDONESIA MAJU
2019
BAB I

IDENTITAS

1.1 Identitas Subjek

Nama : Tn. U

Jenis Kelamin : Laki-Laki

TTL : Cianjur, 28 Juli 1974

Usia : 45 thn

Agama : Islam

Pendidikan : -

Pekerjaan : -

Suku : Sunda

Alamat : Kp. Tajurhalang

Diagnosa : Skizofrenia SejakLahir

1.2 Identitas Peneliti

Nama : Ajeng Merlydia Alvionita

Nim : 09180000082

Nama : M Rizky Putra Pamungkas

Nim : 09180000093
Nama : Riset Nurmala

Nim : 0980000095

Nama : Yulianti

Nim : 09180000081

1.3 Riwayat Hidup Subjek.

A. Riwayat Penyakit

Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa

dengan orang tua pasien pada bulan Juni

2019, orang tua pasien mengatakan

bahwa pasien menderita gangguan jiwa

dari sejak lahir. Sejak waktu bayi, orang

tua pasien belum mengetahui keadaannya

namun saat usianya 8 tahun akan sekolah

dasar, orang tua pasien sadar bahwa

anaknya berbeda dengan orang lain dan

kemudian diberhentikan dari sekolahnya.

B. Aspek Keluarga

Orang tua pasien mengatakan bahwa

tidak ada keturunan dan tidak ada

keluarga pasien yang terdiagnosa

skizofrenia.
C. Hubungan Antar Keluarga

Orang tua pasien mengatakan bahwa

pasien berhubungan baik dengan

keluarga dan mendengarkan apa yang

dikatakan.

D. Pendidikan

Orang tua pasien mengatakan bahwa

pasien tidak lanjut sekolah dasar.

E. Aspek Emosi

Orang tua pasien mengatakan bahwa

pasien mengalami emosi meningkat saat

keinginannya tidak dituruti dan dilarang.

F. Aspek Pekerjaan

Orang tua pasien mengatakan bahwa

pasien dari sejak lahir tidak bekerja.

G. Aspek Relasi Sosial

Orang tua pasien mengatakan bahwa

pasien berperan baik atau mengenal

orang lain dalam lingkungan dan tidak

mengganggu orang lain.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Skizofrenia


Skizofrenia adalah penyakit mental
kronis yang menyebabkan gangguan
proses berpikir. Orang dengan
skizofrenia tidak bisa membedakan mana
khayalan dan kenyataan. Itu sebabnya
masyarakat Indonesia sering menyebut
skizofrenia dengan “gila”. Penyakit ini
juga menyebabkan pengidapnya tidak
memiliki kemampuan untuk berpikir,
mengingat, ataupun memahami masalah
tertentu.
Skizofrenia paranoid merupakan
jenis skizofrenia yang paling sering
ditemukan di tengah masyarakat. Gejala
paling khas dari skizofrenia paranoid
adalah delusi (waham) dan halusinasi.
Itulah sebabnya, orang dengan
skizofrenia paranoid cenderung
mendengar suara-suara di dalam pikiran
mereka dan melihat sesuatu yang tidak
nyata.
Tidak hanya itu, orang yang
memiliki skizofrenia paranoid juga sering
menunjukkan perilaku kacau yang
menyebabkan diri mereka tidak dapat
mengendalikan perilakunya. Akibatnya,
pengidap skizofrenia paranoid sering
berperilaku tidak pantas, sulit
mengendalikan emosi, hasrat, serta
keinginannya.
Secara umum, skizofrenia adalah
gangguan kejiwaan kronis yang
membutuhkan pengobatan
berkepanjangan untuk meringankan
gejalanya.
2.2 Tanda dan Gejala Skizofrenia
Gejala skizofrenia pada dasarnya
bervariasi berdasarkan jenis dan tingkat
keparahannya. Meski begitu, ada beberapa
gejala yang paling khas di antaranya:
 Halusinasi. Orang yang terkena skizofrenia
paranoid sering mendengar, melihat,
mencium, atau merasakan hal-hal yang
tidak nyata. Paling sering mereka
mendengar suara yang jelas dari orang yang
dikenal ataupun orang yang tidak dikenal.
Suara ini mungkin akan memberi tahu
penderita untuk melakukan sesuatu yang
membuatnya tidak nyaman, seperti bunuh
diri atau membunuh orang lain.
 Delusi. Orang dengan skizofrenia paranoid
juga mungkin memiliki keyakinan kuat
akan suatu hal yang salah, misalnya merasa
orang lain ingin mencelakakan atau
membunuh dirinya. Gejala skizofrenia yang
satu ini akan berdampak langsung pada
perilaku pengidapnya.
 Pikiran kacau dan ucapan membingungkan.
Orang dengan kondisi ini sering kesulitan
untuk mengatur pikiran mereka. Mereka
mungkin tidak memahami apa yang Anda
bicarakan saat Anda mengajaknya
berbicara. Tidak hanya itu, ketika mereka
berbicara, mereka sering mengeluarkan
ucapan yang tidak masuk akan dan
terdengar membingkungkan.
 Sulit konsentrasi. Pikiran yang carut marut
membuat orang dengan kondisi ini
kesulitan untuk berkonsetrasi atau fokus
pada satu hal.
 Gerakan berbeda. Beberapa orang dengan
kondisi ini sering nampak gelisah. Sering
kali mereka melakukan gerakan yang sama
berulang kali. Meski begitu, terkadang
mereka dapat juga diam selama berjam-jam
(katatonik).
Gejala skizofrenia lainnya juga dapat
meliputi:
 Kurangnya minat pada hal-hal yang
dulunya sangat disukai.
 Tidak peduli terhadap kebersihan dan
penampilan diri.
 Penarikan diri dari lingkungan sosial,
seperti teman dan keluarga.
 Kesulitan tidur atau pola tidur yang
berubah.
 Sangat sensitif dan memiliki suasana hati
yang tertekan.
 Tidak responsif terhadap lingkungan sekitar
 Kurang motivasi dalam menjalani hidup,
termasuk untuk menjalin hubungan dengan
orang lain.
 Konflik pada pikiran, sulit membuat
keputusan
 Kesulitan untuk mengekspresikan dan
memperlihatkan emosi
 Ketakutan akan tempat umum yang ramai
 Paranoia, seperti kecemasan berlebihan,
percaya dirinya mempunyai kemampuan
khusus atau mengidap penyakit tertentu
yang sebenarnya tidak ada pada dirinya.
Gejala di atas terkadang sulit dikenali
karena biasanya umum terjadi pada remaja.
Akibatnya, banyak orang menganggap jika
gejala tersebut adalah hal yang lumrah
sebagai fase remaja. Pada pria, gejala
penyakit ini biasanya dimulai pada awal
puberitas hingga pertengah usia 20-an.
Sementara pada wanita, gejala biasanya
dimulai pada akhir usia 20-an. Anak-anak
dan lansia di atas 45 tahun jarang memiliki
kondisi ini.
2.3 Penyebab Skizofrenia
Sampai saat ini para ahli belum
mengetahui apa yang menyebabkan
seseorang mengalami penyakit kejiwaan.
Meski begitu, para peneliti percaya bahwa
ada beberapa hal yang dapat memicu
penyakit ini. Beberapa hal yang dapat
menjadi penyebab penyakit skizofrenia
adalah:
 Senyawa kimia di otak. Kadar seratonin dan
dopamine di dalam otak yang tidak
seimbang diyakini apara hli bisa
menyebabkan penyakit ini.
 Perbedaan struktur otak. Studi pemindai
saraf otak menunjukkan perbedaan dalam
struktur otak dan sistem saraf pusat orang
dengan penyakit ini Para peneliti tidak
yakin mengapa hal tersebut bisa terjadi,
namun mereka menyebutkan bahwa
gangguan kejiwaan ini terkait dengan
penyakit otak.
 Genetik. Penyakit ini mungkin diwariskan
di dalam keluarga. Jadi, jika salah satu
keluarga inti Anda terkena penyakit ini,
Anda berisiko tinggi mengalami hal yang
serupa.
 Faktor lingkungan. Terkena infeksi virus
dan kekurangan beberapa nutrisi ketika
masih dalam kandungan.
 Obat-obatan tertentu. Penyalahgunaan
obat-obatan terlarang seperti narkotika.
2.4 Faktor-Faktor Resiko
Beberapa hal yang dapat
meningkatkan risiko Anda terkena penyakit
skizofrenia adalah:
 Memiliki keluarga yang terkena penyakit
ini. Apabila Anda memiliki keluarga,
khususnya orangtua atau saudara kandung
yang terkena penyakit ini, risiko Anda 10
kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan
orang lain.
 Infeksi virus, keracunan, dan kekurangan
gizi saat masih di dalam kandungan
khususnya pada usia kandungan 6 bulan
pertama.
 Memiliki ayah yang sudah tua saat Anda
dilahirkan.
 Menggunakan inhibitor atau stimulasi saraf
pada usia dini.
 Memiliki penyakit autoimun.
Selain beberapa hal yang disebutkan
di atas, ternyata stres juga berpotensi
sebagai penyebab seseorang mengalami
penyakit skizofrenia. Banyak hal yang
dapat menyebabkan seseorang terkena
stres, misalnya masalah keuangan, rumah
tangga, pekerjaan, dan lain sebagainya.
2.5 Obat dan Pengobatan Skizofrenia
Skizofrenia adalah penyakit yang
tidak dapat disembuhkan secara total. Akan
tetapi, beberapa gejalanya dapat ditangani
dengan pengobatan dan terapi perilaku
kognitif, sehingga penderitanya dapat lebih
mudah untuk menjalani aktivitas.
Orang dengan kondisi ini bisanya
dirawat oleh seorang psikiater dan psikolog
berpengalaman. Dalam banyak kasus,
perawatan di rumah sakit jiwa diperlukan
agar kebersihan, nutrisi, serta keamanan
pasien terjamin. Secara umum, beberapa
pilihan pengobatan untuk penyakit
skizofrenia adalah:

Obat-obatan memegang peranan


penting untuk membantu mengendalikan
gejala sikozofrenia. Obat skizofrenia yang
biasa diresepkan adalah antipsikotik. Obat
antipsikotik bekerja dengan memengaruhi
neurotransmitter dopamin dan serotonin di
dalam otak, sehingga obat ini dapat
membantu meringankan gejala skizofrenia.
Obat skizofrenia ini dapat digunakan
lewat oral atau suntikan. Jika pasien
mengembangkan gejala yang tergolong
ringan sehingga masih mudah diatur, dokter
akan memberikan obat skizofrenia oral.
Sementara jika pasien mengembaangkan
gejala yang tergolong berat sehingga sulit
untuk diatur, dokter terpaksa akan
memberikan obat skizofrenia suntik.
Antipsikotik dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu antipsikotik generasi
pertama dan generasi kedua. Antipsikotik
generasi kedua umumnya lebih sering
diresepkan dokter karena memiliki risiko
efek samping yang lebih rendah daripadai
antipsikotik generasi pertama. Obat
skizofrenia antipsikotik generasi kedua
meliputi:
 Aripiprazole (Abilify)
 Asenapine (Saphris)
 Brexpiprazole (Rexulti)
 Cariprazine (Vraylar)
 Clozapine (Clozaril)
 Iloperidone (Fanapt)
 Lurasidone (Latuda)
 Olanzapine (Zyprexa)
 Paliperidone (Invega)
 Quetiapine (Seroquel)
 Risperidone (Risperdal)
 Ziprasidone (Geodon)
Obat antipsikotik generasi pertama
memiliki efek samping yang memengaruhi
saraf (neurologis), seperti kejang otot,
kedutan, serta gemetar. Meski obat
antipsikotik kedua sering diresepkan karena
minim efek samping, antipsikotik generasi
pertama umumnya lebih murah. Terutama
pada versi generik, yang dapat menjadi
pertimbangan penting untuk pengobatan
jangka panjang. Beberapa obat skizofrenia
antipsikotik generasi pertama meliputi:
 Chlorpromazine
 Fluphenazine
 Haloperidol
 Perphenazine
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil Analisa Health Belief Model

Model Kepercayaan Kesehatan (HBM)

pada penderita skizofrenia yang kami

lakukan terhadap pasien dan orang tua

pasien diterima baik dan kami mendapat

respon yang baik.

3.2 Hasil Analisa Protection Motivation

Theory
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dengan demikian, kami mengetahui

bahwa Skizofrenia adalah penyakit

mental kronis yang menyebabkan

gangguan proses berpikir orang dengan

skizofrenia tidak bisa membedakan mana

khayalan dan kenyataan.

4.2 Saran

Marilah kita mengenali lebih lanjut apa

penyebab penyebab terjadinya skizofren

supaya kita dapat mencegah terjadinya

skizofren pada orang orang yang kita

sayangi, selain itu juga agar kita dapat

mengetahui lebih jelasnya bagaimana

cirri ciri orang yang mengalami

skizofren. Agar dapat diproses dengan

cepat.
DAFTAR PUSTAKA

dr. Tania Savitri - Dokter Umum


DAFTAR WEB

https://hellosehat.com/penyakit/skizofr

enia/
LAMPIRAN

Daftar Pertanyaan Interview :

1. Dari sejak kapan terdiagnosa skizofrenia

2. Bagaimana tanggapan orang tua pasien

saat mengetahui anaknya terdiagnosa

skizofrenia ?

3. Bagaimana kondisi fisik orang tua pasien

saat mengetahui anaknya terdiagnosa

skizofrenia?

4. Bagaimana kondisi mental orang tua

pasien saat mengetahui anaknya

terdiagnosa skizofrenia ?

Data Penunjang Pasien :

Nadi : 83 x/menit

Suhu : 36,8 C

Respirasi : 17 x/menit

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Anda mungkin juga menyukai