Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari yang telah maju seperti sekarang ini,


membuat banyak sekali aktifitas manusia yang didukung dengan peralalatan
industri yang praktis agar dapat mempermudah aktifitas manusia. Seiring
dengan pesatnya perkembangan zaman dan teknologi yang menuntut kita
untuk terus berfikir dan berinovasi dalam peningkatan produktivitas
pemanfaatan sagu khususnya dalam proses pengolahan sagu dimana
belakangan ini khususnya untuk masyarakat pedesaan yang dalam
pemarutan sagu masih banyak menggunakan cara manual atau pemarutan
menggunakan tenaga manusia dengan alat bantu papan kayu yang disusun
dengan paku yang menancap, cara ini akan menimbulkan efek kelelahan
fisik yang tinggi dan membutuhkan waktu yang lama sehingga
mengakibatkan hasil yang diproduksi tidak sebanding dengan waktu yang
digunakan, sedang untuk mesin pencacah sagu yang sudah ada saat ini
masih dinilai kurang efektif karena untuk proses awal pemarutan sagu
terlebih dahulu dikupas kulit/lapisan bagian luar dari batang sagu.
Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan teknologi yang
menuntut kita untuk terus berfikir dan berinovasi dalam peningkatan
produktivitas pemanfaatan sagu khususnya dalam proses pengolahan sagu
dimana belakangan ini khususnya untuk masyarakat pedesaan yang dalam
pemarutan sagu masih banyak menggunakan cara manual atau pemarutan
menggunakan tenaga manusia dengan alat bantu papan kayu yang disusun
dengan paku yang menancap, cara ini akan menimbulkan efek kelelahan
fisik yang tinggi dan membutuhkan waktu yang lama sehingga
mengakibatkan hasil yang diproduksi tidak sebanding dengan waktu yang
digunakan, sedang untuk mesin pencacah sagu yang sudah ada saat ini
masih dinilai kurang efektif karena untuk proses awal pemarutan sagu
terlebih dahulu dikupas kulit/lapisan bagian luar dari batang sagu.

Pada dasarnya sagu dapat menjadi bahan makanan alternatif


pengganti beras. Dalam budaya masyarakat Indonesia, bahan makanan
utama yang paling umum dipakai adalah beras sebagai sumber karbohidrat,
meskipun ada beberapa daerah di Indonesia yang menjadikan bahan
makanan alternatif sebagai makanan utama (Sakiynah et al., 2013). Menurut
Iswahyudi (2016), Indonesia menjadi konsumen beras tertinggi di dunia,
jauh melebihi Jepang (45 kg/kap/tahun), Malaysia (80 kg/kap/tahun), dan
Thailand (90 kg/kap/tahun) tingkat konsumsi beras di Indonesia sebesar 130
kg/kap/tahun. Kebutuhan beras Indonesia yang penduduknya mencapai 212
juta adalah 30 juta ton per tahun dan akan terus meningkat sesuai dengan
pertambahan jumlah penduduk. Jika rata-rata pertumbuhan penduduk 1,8%
per tahun, maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 diperkirakan 238,4
juta dan tahun 2015 menjadi 253,6 juta. Dengan melihat kondisi potensi
produksi padi nasional, diperkirakan tahun 2015 persediaan beras akan
mengalami defisit sebesar 5,64 juta ton (Siswono et al., 2002 dalam
Iswahyudi, 2016.
Berdasarkan dari hasil survey lapangan, proses ekstraksi sagu yang
diterapkan di pabrik pengolahan sagu di Bangka Belitung masih
menggunakan cara manual yaitu empulur sagu di dalam kolam berisi air
diremas-remas menggunakan tangan dan di lakukan penyemprotan air
mengugunakan tenaga pompa air supaya untuk memisahkan ampas sagu
dan bisa menjadi endapan sagu dan disaring menggunakan kain. Pada
proses tersebut terdapat beberapa kelemahan yaitu prosesnya terlalu lama,
tenaga yang dikeluarkan terlalu banyak, karyawan yang bekerja banyak
yaitu 12 sehingga biaya untuk penggajian juga menjadi tinggi. Dari hasil
survey lapangan dan observasi kepada pelaku bisnis tepung sagu di daerah
Bangka Belitung terdapat permasalahan yaitu minimnya pasokan bahan
baku karena jarak bahan baku terlalu jauh yang mengakibatkan biaya kirim
bahan baku menjadi mahal. Selain itu karena proses bisnis masih tradisional
hanya beberapa proses yang menerapkan semi mekanis sehingga banyak
terjadi pemborosan biaya, waktu, dan pekerja. Maka salah satu alternatif
solusi adalah dengan menciptakan alat-alat pengolahan sagu yang pada tiap
tahapannya saling terintegrasi sehingga mulai dari tahap penghancuran
empulur sampai dengan tahap pengeringan pati dapat dilakukan dengan
lebih efisien dan efektif dalam hal waktu, biaya, dan tenaga untuk
meningkatkan produktivitas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat


diangkat kedalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana usulan desain mesin ekstraksi sekaligus pencacah sagu
yang efisien dan dapat diaplikasikan secara mobile?
2. Bagaimana dampak positif dari rekayasa ulang proses bisnis terhadap
bisnis pengolahan sagu

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka diperoleh tujuan dari


penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
1. Perancangan dan pengembangan alat ekstraksi sagu dan pencacah sagu.
2. Merancang Mesin pencacah sagu dan pemeras sagu.
3. Membuat mesin pencacah sagu.
4. Memperoleh hasil usulan desain mesin ekstraksi sagu yang efisien.
5. Mendapatkan dampak positif dari rekayasa ulang proses bisnis terhadap
bisnis pengolahan sagu.

1.5 Manfaat Penelitian


Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan akan mempunyai
manfaat dan kegunaan bagi semua pihak, adapun manfaat yang diharapkan
oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
a. Dapat berkontribusi dalam rekayasa ulang proses bisnis pengolahan
tepung sagu.
b. Sebagai sarana pembelajaran dan penerapan ilmu yang sudah
dipelajari di bangku kuliah.
c. Menambah wawasan dan pengalaman dalam praktik di dunia nyata.
2. Bagi Konsumen
Dapat meningkatkan produktivitas pelaku bisnis pengolahan sagu dan
memberikan pandangan baru kepada pelaku bisnis pengolahan sagu.
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Singkat Sagu

Sagu berasal dari maluku dan Irian,karena itu sagu mempunyai arti
khusus sebagai bahan pangan tradisional bagi penduduk setempat. Hingga
saat ini belum ada data yang pasti yang mengungkapkan kapan mula sagu
dikenal. Diduga budi daya sagu dikawasan Asia Tenggara dan Pasifik
Barat sama kunonya dengan pemanfaatan kurma dimesopotamia. Tetapi
menurut Ong (1977) sagu sudah dikenal sejak tahun 1200 berdasarkan
catatan-catatan dalam tulisan-tulisan cina. Misalnya Marcopolo
menemukan sagu diSumatera pada tahun 1298 dan pabrik sagu diMalaka
sudah tercatat dalam tahun 1416.

Teknologi eksploitasi dan budi daya dan pengolahan sagu yang


paling maju saat ini adalah Malaysia.Indonesia, khususnya dari daerah
Riau sudah melakukan eksport produk sagu dalam bentuk sagu kotor (Raw
) pada tahun 1879. Ekspor sagu bersih diIndonesia Dimulai pada tahun
1901 dan mulai ekspor dalam bentuk sagu mutiara pada tahun 1917.
Sejarah yang layak dicatat dalam perkembangan Industri sagu di Indonesia
didirikanya sebuah Industri pengolahan sagu oleh PT. Sagindo Sari Lestari
pada pertengahan tahun 1989 diArandai,Bintuna,Manokwari, Irian Jaya.
Pengolahan sagu ini adalah yang paling moderen pada saat itu.Hal ini
benar-benar memberikan indikasi bahwa sagu, selain sebagai bahan
pangan modern, merupakan bahan baku untuk berbagai macam industri.

\2.2 Defenisi Mesin Pencacah Sagu dan pengektraks sagu

Mesin pencacah sagu adalah sebuah mesin yang berguna untuk


mencacah sagu dengan bantuan elektromotor sebagai penggerak. Mesin
pencacah sagu bisa digunakan sebagai pembuatan pakan ternak sesuai
dengan keperluan yang dibutuhkan dan juga ekstraksi Menurut Harbone
(1987), adalah proses memisah antara zat target dan zat yang tidak berguna,
teknik pemisahan berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut antara dua
pelarut atau lebih yang saling bercampur. Pada umumnya, zat terlarut yang
diekstrak bersifat mudah larut dengan pelarut lain tetapi tidak larut atau
sedikit larut dalam suatu pelarut.
2.3 Prinsip Kerja Mesin Pencacah Sagu
Prinsip kerja mesin pencacah sagu ini adalah sagu di letakan pada
plat dudukan sagu kemudian di cacah oleh pisau pencacah dengan cara
berputar searah jarum jam dan plat dudukan sagu didorong dengan tangan
tanpa memerlukan tenaga yang lebih.
2.4

Anda mungkin juga menyukai