Anda di halaman 1dari 46

 

 
BAB II
 
TINJAUAN PUSTAKA
 

 
2.1 Pemeliharaan
  Menurut Corder (1996) pemeliharaan (maintenance) merupakan suatu
  kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam
atau  untuk memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima. Dari
pengertian diatas disimpulkan pemeliharaan merupakan suatu kegiatan atau
 
aktifitas yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi aset agar dapat bekerja
 
sebagaimana mestinya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan BMN/D Bab VII Pengamanan dan Pemeliharaan Bagian kedua Pasal
46: pemeliharaan adalah suatu rangkaian kegiatan untuk menjaga kondisi dan
memperbaiki semua barang milik negara/daerah agar selalu dalam keadaan baik
dan layak serta siap digunakan secara bedaya guna dan berhasil guna.
Pemeliharaan merupakan kombinasi berbagai aktivitas untuk
mempertahankan suatu peralatan atau sistem yang bekerja sesuai dengan
fungsinya (Duffuaa, 1999).
Menurut Assauri (2004), pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara
dan menjaga fasilitas/peralatan dan mengadakan perbaikan atau
penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan
operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan adalah
sebuah kegiatan atau aktivitas yang harus dilakukan secara berkelanjutan dengan
tujuan untuk menjaga dan mengurangi kerusakan dengan sumber daya yang ada
agar aset berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
Fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis
dari mesin dan peralattan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan
peralatan produksi tersebut selalu dalam kondisi optimal dan siap pakai saat
pelaksanaan proses produksi.

8
 
 

 
2.2 Jenis Pemeliharaan
 
Menurut Corder (1996) pemeliharaan secara umum terdiri dari
 
pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tak terencana. Berikut ini adalah
penjelasannya:
 

  1. Pemeliharaan tidak terencana (unplanned maintenance)


Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang tidak
 
berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya atau pemeliharaan
 
darurat (emergency/breakdown maintenance), pemeliharaan harus segera
  dilaksanakan untuk mencegah akibat yang fatal.

  2. Pemeliharaan yang terencana (planned maintenance)


Pemeliharaan yang terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang diorganisir
dan dilaksnakan berdasarkan orientasi ke masa depan, dengan pengendalian
yang mengacu pada rencana yang telah disusun sebelumnya. Jenis
pemeliharaan ini dapat dikelompokkan menjadi :
a. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)
Pemeliharaan pencegahan adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
pada selang waktu yang telah ditentukan/direncanakan sebelumnya, dan
dimaksudkan untuk mencegah menurunnya fungsi fasilitas produksi
secara keseluruhan. Kegiatan ini dapat merupakan kegiatan :
- Inspeksi : kegiatan periodik untuk memeriksa kondisi fasilitas
- Pemeliharaan berjalan: kegiatan pemeliharaan yang dilakukan tanpa
menghentikan kerja/operasi suatu fasilitas.
- Penggantian komponen minor: kegiatan penggantian sebagian
komponen kecil.
- Pemeliharaan berhenti: kegiatan pemeliharaan yang hanya dapat
dilaksanakan pada saat suatu fasilitas tidak bekerja.
b. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance)
Pemeliharaan korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang berupa
penggantian bagian dari suatu fasilitas yang sudah tidak berfungsi. Yang
termasuk dalam kategori pemeliharaan korektif ini adalah :

9
 
 

 
- Reparasi minor : merupakan aktivitas perbaikan kecil yang bukan
 
ditemukan saat inspeksi.
 
- Overhaul terencana
 
2.3 Perancangan
 
Menurut Ladjamudin (2005), perancagan adalah suatu kegiatan yang
 
memiliki tujuan untuk mendesign hal baru yang dapat menyelesaikan masalah-
masalah
  yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif yang
terbaik.
 
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian rancangan adalah
 
sesuatu yang sudah dirancang; hasil merancang; rencana; program; desain.
Sedangkan arti kata perancangan adalah proses, cara, perbuatan merancang.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perancangan merupakan
suatu pola yang dibuat untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh suatu
organisasi.

2.4 Elemen-elemen Pemeliharaan


Menurut Campbell (2011) pemeliharaan excellence adalah kumpulan
aktivitas untuk mengetahui level terbaik dari kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan. Untuk mencapai pemeliharaan yang unggul menurut Campbell (2011)
terdapat elemen-elemen pemeliharaan yaitu:
a. Leadership & People
Di dalam elemen leadership & people menjelaskan mengenai strategy &
business planning, organizations & numbers, training, skills, knowledge&
ability, motivation & change readiness, dan autonomy,teamwork
b. Methods & Processes
Di dalam elemen methods & Processes menjelaskan mengenai work
management, major shutdown management, materials management,
measures & performance, reliability management, dan purchasing/
contracting/ outsourcing.

10
 
 

 
c. Systems & Technology
 
Di dalam elemen systems & technology menjelaskan mengenai inventory
 
& stores, computerized maintenance management system (CMMS),
  Preventive maintenance, equipment condition monitoring, decision suppor
  & expert systems.
d. Materials & Physical Plant
 
Di dalam elemen materials & physical plant menjelaskan mengenai asset
 
condition/wellness, tooling/shops/cribs, stores & spares,housekeeping dan
  capital planning.
 

11
 
 

Sumber : Campbell (2011)

Gambar 2.1 Element of Maintenance Excellence

12

 
 

 
2.4.1 Leadership and People
 
Leadership and people merupakan elemen penting untuk mencapai keunggulan
 
dalam pemeliharaan. Dalam suatu organisasi peranan dari karyawan banyak
diandalkan
  serta dengan kepercayaan terhadap kekuatan karyawan perusahaan
  membuat suatu perubahan. Indikator dari leadership and people yaitu:

 
1. Strategy and Business Planning
  Tingkat keunggulan strategi and business planning perusahaan dapat
dilihat
  dari lima tingkat kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
 
Strategy and Business Planning dinyatakan excellence apabila strategi
berhubungan dengan misi, visi, jangka panjang, dan tujuan. Tujuan bersifat
spesifik, terukur, dapat dicapai dan realistis dan tepat waktu. Tindakan yang
dilakukan sesuai dengan perkataan. Strategi yang dibuat berkaitan dengan
tujuan perusahaan.
b. Competence
Strategy and Business Planning dinyatakan competence apabila strategi tidak
berhubungan dengan tujuan perusahaan serta tindakan yang dilakukan tidak
sesuai dengan perkataan yang diucapkan.
c. Understanding
Strategy and Business Planning dinyatakan understanding apabila perusahaan
menetapkan beberapa tujuan untuk jangka panjang serta rencana tahunan yang
digunakan oleh perusahaan.
d. Awareness
Strategy and Business Planning dinyatakan awareness apabila terdapat
program preventive maintenance (PM) yang dilakukan pada saat kegiatan
pemeliharaan serta manfaat dari PM diakui.
e. Innocence
Strategy and Business Planning dinyatakan innocence yaitu pemeliharaan
dilakukan apabila terjadi breakdown serta tidak dinyatakannya suatu tujuan.

13
 
 

 
Menurut Solihin (2012) di dalam buku Manajemen Strategis, strategi
 
merupakan berbagai cara untuk mencapai tujuan. Tujuan yang baik menurut
 
Solihin (2012) adalah :
 a. Dapat diukur

  Tujuan harus dapat diukur, sekurang kurangnya terdapat satu indikator


yang dapat dijadikan sebagai rujukan kemajuan dalam pencapaian tujuan.
 
b. Spesifik
 
Tujuan secara spesifik dapat menjelaskan apa yang ingin dicapai oleh
  perusahaan.
  c. Sesuai
Tujuan yang ingin dicapai perusahaan harus sesuai dengan visi dan misi
yang dimiliki oleh perusahaan.
d. Realistis
Tujuan yang dibuat oleh perusahaan harus dapat dicapai dengan
menggunakan sumber daya organisasi yang dimiliki perusahaan.
e. Tepat Waktu
Perusahaan harus menetapkan secara spesifik berapa lama jangka waktu
yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Organization and Numbers


Tingkat keunggulan organization and Numbers perusahaan dapat dilihat dari lima
tingkat kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
Tim khusus melakukan pemeliharaan secara independen untuk mengontrol
kegiatan keseharian dalam pemeliharaan dan membuat laporan untuk
produksi. Banyak melakukan interaksi dengan pihak produksi. Tim
mendukung pemeliharaan.
b. Competence
Tim khusus mengontrol kegiatan pemeliharaan serta banyak melakukan
interaksi dengan anggota produksi.

14
 
 

 
c. Understanding
 
Dinyatakan dengan understanding apabila ada pelaporan dari tim khusus
 
untuk pemeliharaan dan struktur pusat dari perusahaan.
d.  Awarness
  Sentralisasi organisasi/struktur terbentuk berdasarkan adanya kerusakan.
Pengontrolan dilakukan melalui supervisor pemeliharaan/pemimpin dalam
 
menanggapi tuntutan produksi.
 
e. Innocence
 Sentralisasi organisasi/struktur terbentuk berdasarkan adanya kerusakan.

  Tindakan dilakukan melalui arahan dari supervisor operasi.


Organisasi menurut Wijayanto (2012) adalah sekumpulan yang bekerja secara
bersama-samadalam suatu divisi untuk mencapai tujuan bersama. Sifat
organisasi terbagi menjadi 2 (dua) yaitu organisasi desentralisasi dan
organisasi sentralisasi.

Menurut Siagian (2001), organisasi adalah setiap bentuk persekutuan


antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama
dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki dimana selalu terdapat
hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan
seorang atau sekelompok yang disebut bawahan. Menurut Hasibuan (2000),
organisasi adalah suatu sistem perseriktan formal, berstruktur dan terkoordinasi
dari sekelompok yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.
Didalam buku Dasar-Dasar Organisasi, Henry Fayol mengemukakan
bahwa terdapat beberapa prinsip organisasi, diantaranya: pembagian kerja,
wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan langkah,
ketertiban dan kesamarataan. Menurut Mitchell (2006), organisasi mempunyai
dua sifat, yaitu desentralisasi dan sentralisasi. Keuntungan dan kerugian dari
organisasi sentralisasi dan desentralisasi, adalah sebagai berikut:

15
 
 

 
Tabel 2.1
 
Keuntungan dan Keuntungan Organisasi
 
Sentralisasi Desentralisasi
 Keuntungan Kerugian Kekurangan Kerugian
1. Berfokus pada 1. Respon lebih 1. Sangat 1. Sulit untuk
  sasaran lambat responsive melakukan
2. Pengendalian 2. Ownership terhadap prioritas
  personil dan individu lebih kebutuhan 2. Sulit
kualitasnya rendah setiap area mempertahan
  lebih mudah 2. Ownership kan
3. Penggunaan kuat keterampilan
 
alat bantu 3. Penggunaan
 
lebih efisien peralatan
bantu kurang
Sumber : Mitchell (2006)

Menurut Robbins (1994), struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas


akan dibagi, siapa yang melapor kepada siapa, serta mekanisme yang formal dan
pola interaksi yang akan diikuti. Menurut Handoko struktur organisasi adalah
suatu kerangka yang menunjukan seluruh kegiatan untuk pencapaian tujuan
organisasi, hubungan antar fungsi serta wewenang dan tanggung jawabnya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan peyusunan struktur
organisasi terdiri dari pembagian tugas, hubungan dalam pelaporan, dan
pengelompokan berdasarkan fungsi untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Training, skills, knowledge & ability


Tingkat keunggulan training, skills, knowledge & ability perusahaan dapat dilihat
dari lima tingkat kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
Sebagaian besar pekerja memiliki bebagai macam keterampilan yang
berkualitas dan secara teratur pekerja menggunakan keahlian yang dimiliki.
Staff produksi melakukan tugas pemeliharaan minor. Waktu pelatihan
minimal dua minggu per pekerja dalam setahun.

16
 
 

 
b. Competence
 
Sebagian besar pekerja memiliki beragam keterampilan dan secara teratur
 
menggunakan keterampilan yang dimiliki. Staf produksi melakukan beberapa
 tugas pemeliharaan. Waktu pelatihan 1-2 minggu per pekerja dalam setahun.

  c. Understanding
Pekerja memiliki beragam keterampilan dan sering menggunakan
 
keterampilan yang dimiliki. Minimal staf produksi melakukan tugas
 
pemeliharaan minor. Waktu pelatihan kurang dari satu minggu per pekerja
 dalam setahun. Dilakukannya analisis kebutuhan untuk setiap pelatihan

  pekerja.
d. Awareness
Di dalam tingkat ini tidak ada ragam kemampuan yang digunakan. Staf
produksi tidak melakukan pemeliharaan peralatan. Waktu untuk pelatihan
dilakukan kurang dari satu minggu per pekerja dalam setahun. Beberapa
pelatihan membutuhkan analisis kebutuhan.
e. Innocence
Tidak ada keterampilan yang digunakan. Staf produksi tidak melakukan
pemeliharaan peralatan. Pelatihan hanya dilakukan ketika dibutuhkan saja.

Pelatihan dan pengembangan SDM menurut Wexley dan Latham di dalam


Marwansyah (2010), adalah upaya terencana oleh sebuah organisasi untuk
memfasilitasi karyawannya dalam mempelajari perilaku yang terkait dengan
pekerjaan. Istilah perilaku digunakan dalam arti luas yang meliputi setiap
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh karyawan melalui praktik dan
pengalaman langsung.
Menurut Mitchell (2006), terdapat beberapa unsur mendasar yang harus
mempertimbangkan dalam pengembangan dan pengelolaan skill karyawan:
a. Kecepatan dalam mencapai kinerja “best practice” adalah faktor yang sangat
tergantung pada kualitas dan kuantitas pelatihan
b. Organisasi terbaik, menggunakan sekitar 80 jam per tahun per karyawan untuk
pelatihan keterampilan

17
 
 

 
c. Pelatihan harus terintegrasi dengan standar operasi prosedur
 
d. Harus ada kesempatan untuk melakukan pelatihan On Job Training
 
e. Evaluasi teratur setelah pelatihan diperlukan untuk menilai kecakapan dan
 kelancaran bekerja

  f. Penerapan kompensasi berdasarkan kinerja.

 
Menurut Mitchell (2006), program pelatihan memiliki beberapa ciri
sebagai
  berikut :
a.  Pelatihan teratur dalam cara kerja yang aman, identifikasi bahaya, dan
pencegahannya
 
b. Fokus dalam menyediakan semua yang diperlukan dalam mencapai target
perusahaan
c. Sistem untuk memastikan pengembangan skill dan knowledge karyawan
berlangsung terus menerus
d. Pelatihan dibuat sesuai dengan kebutuhan skill
e. Sebagai cara untuk mencapai kepuasan karyawan, penghargaan untuk
kontribusi nyata
f. Re- training dan Re-sertifikasi untuk memastikan skill serta kualitas kerja
tetap terjaga

4. Motivation & change readiness


Tingkat keunggulan motivation dan change readiness perusahaan dapat dilihat
dari lima tingkat kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
Adanya kompensasi untuk pekerja berupa hadiah yang berkaitan dengan hasil
bisnis. Kekuatan kompetitif diterima sebagai pendorong kebutuhan untuk
perubahan yang bermanfaat. Perubahan dimulai dari manajemen dan tenaga
kerja. Perubahan yang dilakukan biasanya sukses dan manfaat dapat tercapai
dan terukur.
b. Competence
Adanya kerjasama yang berlaku di perusahaan, terdapat tingkat kepercayaan
yang tinggi antara manajemen dan tenaga kerja. Perubahan selalu dimulai oleh

18
 
 

 
manajemen dan kebutuhan untuk perubahan dijelaskan diawal dan diterima
 
secara luas. Perubahan yang dilakukan biasanya sukses.
 
c. Understanding
 Beberapa pekerjaan dilakukan dengan cara kerjasama antara manajemen dan

  tenaga kerja, ada tingkat kepercayaan yang moderat. Alasan untuk perubahan
biasanya dijelaskan diawal, namun perubahan yang dilakukan terkadang
 
gagal.
 
d. Awareness
 Manajemen menjelaskan motivasi ketika ada pertanyaan. Beberapa muncul

  ketidakpercayaan tetapi keinginan untuk meningkatkan ada. Sering terjadi


kegagalan pada saat perubahan.
e. Innocence
Adanya perlawanan/pertentangan yang kuat pada saat ada keputusan untuk
perubahan, tenaga kerja tidak mempercayai motif manajemen dalam
melakukan perubahan. Tidak ada kegiatan untuk menjadi lebih baik. Inisiatif
perubahan biasanya gagal.

Menurut M. Manullang (2001), motivasi merupakan pekerjaan yang


dilakukan oleh seorang manajer untuk memberikan inspirasi, semangat dan
dorongan kepada orang lain. Hal ini bertujuan untuk menggiatkan orang-orang
atau karyawan ata pegawai supaya mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil
sebagaimana dikehendaki dari orang-orang tersebut. Menurut Siagian (2001),
motivasi adalah daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang
sebesar mungkin demi keberhasilann organisasi dalm mencapai tujuannya.
Terdapat 5 (lima) faktor untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan:
a. Motivasi karyawan dengan membangun kepuasan
b. Motivasi karyawan melalui apresiasi
c. Motivasi karyawan melalui pengakuan
d. Motivasi karyawan melalui inspirasi
e. Motivasi karyawan melalui kompensasi

19
 
 

 
Menurut Mitchell (2006), menyebutkan bahwa kepuasan karyawan dapat
 
didasarkan atas pengakuan atas kesuksesan/hasil, perlakuan jujur, terbuka dan
 
adil, rasa ownership, kompensasi, dorongan inisiatif, dan pengontrolan yang
cukup
  untuk semua kondisi. Mitchell mengemukakan bahwa nilai dari
  kompensasi yang diterima oleh sesorang harus berkaitan dengan keberhasilan
yang dicapai. Risiko yang diterima saat hasil tidak sesuai dengan target yaitu
 
kompensasi yang diterima tidak akan sebesar yang diharapkan.
 

5.  Autonomy, teamwork
Tingkat keunggulan autonomy, teamwork perusahaan dapat dilihat dari lima
 
tingkat kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
Tim khusus merupakan pembuat keputusan yang mandiri dan berdasarkan
kebutuhan bisnis. Adanya kerjasama yang sangat baik antar bagian
pemeliharaan dan produksi di semua tingkat. Kerja tim merupakan ciri yang
terlihat dari seluruh organisasi.
b. Competence
Beberapa pekerja ada yang bekerja secara mandiri dan tim. Kerjasama yang
baik antar bagian produksi dan pemeliharaan di semua tingkatan. Tim kerja
mungkin fitur pada seluruh organisasi.
c. Understanding
Tenaga kerja diarahkan dengan beberapa kerjasama tim namun tidak ada
pelatihan untuk tim. Beberapa pekerjaan dilakukan kerjasama antara
pemeliharaan dan produksi pada tingkat kerja.
d. Awareness
Tenaga kerja tidak berupaya untuk bekerja sama dengan tim diluar struktur.
Kerjasama yang baik antara kepemimpinan bagian produksi dan
pemeliharaan.
e. Innocence
Tenaga kerja tidak berupaya untuk bekerja sama dengan tim di luar struktur.
Hubungan antara pemeliharaan dan produksi bersifat tegang.

20
 
 

 
Menurut Wijayanto (2012), tim adalah sekumpulan orang yang saling
 
berinteraksi, memiliki tujuan yang sama dan bersinergi untuk mencapai sasaran
 
bersama. Tracy (2006) menyatakan bahwa teamwork merupakan kegiatan yang
dikelola
  dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi.
  Teamwork dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara
bagian - bagian perusahaan. Menurut Johnson-Johnson (dalam Smither, Houston
 
and Mclntire, 1996), terdapat 9 (sembilan) dimensi dalam model efektifitas tim.
 
Dengan menggunakan dimensi ini, maka dapat melakukan evaluasi anggota tim
dan  mengidentifikasi kekuatan serta kelemahan yang ada di dalam tim, yaitu:
  a. Pemahaman, relevansi dan komitmen pada tujuan
Setiap anggota harus memahami tujuan tim secara jelas, sehingga
mendorong terwujudnya kerjasama dalam tim yang pada akhirya tim akan
mampu meningkatkan prestasi, produktivitas dan menciptakan hubungan
kerja yang positif.
b. Komunikasi mengenai ide dan perasaan
Komunikasi di antara anggota tim harus melibatkan penyampaian dan
penerimaan informasi tentang ide-ide dan perasaan
c. Kepemimpinan yang berpartisipasi
d. Fleksibel dalam menggunakan prosedur pembuatan keputusan
e. Manajemen konflik yang konstruktif
f. Kekuasaan berdasarkan keahlian dan kemampuan
g. Strategi pemecahan masalah
h. Efektivitas interpersonal

2.4.2 Methods & Processes


Menurut Campbell (2011) Metode dan proses menjadi bagian penting
untuk menjelaskan bagaimana cara mengelola pemeliharaan. Metode dan proses
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh orang di suatu organisasi. Ketika proses
berjalan efektif maka pekerja akan lebih produktif.

21
 
 

 
1. Work management
 
Tingkat keunggulan work management perusahaan dapat dilihat dari lima tingkat
 
kedewasaan dibawah ini:
a.  Excellence
  Perencanaan dan penjadwalan tersusun dengan baik. Pekerjaan yang
dikerjakan paling utama pada instruksi kerja harus dilaksanakan dengan baik.
 
Pekerjaan biasanya dijadwalkan paling lambat satu minggu sebelum pekerjaan
 
dilakukan. Kekurangan material adalah penyebab sedikitnya pekerjaan yang
 diselesaikan. Waktu kerja lapangan sangat tinggi, sedangkan waktu darurat

  sangat sedikit. Suasana tertib dan terkendali. Jeda pekerjaan ditentukan 2-4
minggu pada waktu kerja. Pekerjaan jangka panjang untuk proyek besar juga
harus ditentukan.
b. Competence
Bahan dan sumberdaya sudah direncanakan sebelum dilakukan pekerjaan.
Supervisor dapat melakukan beberapa perencanaan tetapi pekerja berfokus
pada alat. Program PM dan inspeksi diubah dengan lebih menekankan pada
pemeriksaan. Perencana terlibat dalam sumber daya material tetapi tidak untuk
pembelian. Kapasitas bersih digunakan dalam penjadwalan. Prioritas perintah
kerja (work order) umumnya dapat dihormati. Rapat perencanaan harian
hanya menangani beberapa penyesuaian untuk perencanaan.
c. Understanding
Planner atau kelompok perencanaan berada pada tempat yang sama.
Tersedianya dukungan teknis apabila diperlukan tetapi sebagian besar masih
berfokus pada proyek. Penjadwalan dilakukan secara mingguan dan harian.
Pertemuan yang diadakan mingguan dan harian untuk membahas tentang
“perencanaan” yang banyak disesuaikan dengan sehari-hari. Prioritas kerja
sering berubah atau diabaikan. Sedikitnya pementasan sumberdaya sebelum
pekerjaan dimulai. Perencanaan sumber daya yang tersisa untuk supervisor
dan pekerja.

22
 
 

 
d. Awareness
 
Adanya usaha untuk penjadwalan harian, tetapi sangat ditentukan oleh
 
tingginya tingkat permintaan pemeliharaan. Terdapat beberapa bantuan teknis
 dalam pemecahan masalah. Pekerjaan inspeksi dan PM dijadwalkan.

  e. Innocence
Tidak ada upaya serius pada penjadwalan atau perencanaan pekerjaan sehari-
 
hari.
 

  Menurut Duffua (1999), perencanaan adalah proses dimana semua elemen


yang dibutuhkan untuk melakukan tugas yang ditentukan dan dipersiapkan
 
sebelum memulai pekerjaan.
Menurut Duffua (1999:161) penjadwalan adalah proses dimana pekerjaan
yang cocok dengan sumberdaya dan urutan yang akan dieksekusi dalam waktu
tertentu. Penjadwalan harus mempertimbangkan hal-hal dibawah ini:
a. Peringkat pekerjaan yang bersifat prioritas
b. Bahan apa yang dibutuhkan untuk area kerja
c. Adanya koordinasi yang baik
d. Fleksibilitas dalam jadwal
Menurut Hasting (2010:265), kegiatan manajemen kerja diuraikan sebagai
berikut:
Tabel 2.2
Kegiatan Manajemen Kerja
No Kegiatan Tugas
a. Pembuatan work request Siapapun yang berwenang
b. Persetujuan work request Supervisor operasi
c. Pembuatan work order Perencana
d. Persetujuan work order Supervisor pemeliharaan
e. Menerbitkan work order Perencana (sumberdaya yang
dibutuhkan sudah tersedia)
f. Pembuatan jadwal pemeliharaan Pembuat Jadwal
g. Pelaksanaan pemeliharaan Tim pemeliharaan
h. Penutupan pekerjaan pemeliharaan perencana
Sumber : Hastinng (2010)

23
 
 

 
Menurut Ngadiyono (2010), dalam melakukan kegiatan berdasarkan
 
jadwal pekerjaan perlu memperhatikan :
 
a. Prioritas kegiatan harus berdasarkan kategori kerusakan
b.  Penjadwalan harian, mingguan dan seterusnya berdasarkan petunjuk manual
  c. Pemeliharaan harus dilakukan oleh orang yang kompeten
Menurut Duffuaa (1991:162), penjadwalan adalah proses dimana
 
pekerjaan yang cocok dengan sumber daya dan urutan untuk dieksekusi pada titik-
 
titik tertentu dalam waktu. Jadwal pemeliharaan dapat disiapkan pada tiga
 
tingkatan yaitu:
  a. Jadwal jangka panjang mencakup periode 3 bulan sampai 1 tahun;
Jadwal jangka panjang didasarkan pada perintah kerja perawatan yang ada,
termasuk backlog, pemeliharaan preventif dan perawatan darurat yang
diantisipasi. Jadwal ini harus menyeimbangakan permintaan untuk pekerjaan
pemeliharaan dengan sumber daya yang tersedia. Jadwal jangka panjang
biasanya tunduk pada revisi dan memperbaharui untuk mencerminkan
perubahan dalam rencana dan menyadari pekerjaan pemeliharaan.
b. Jadwal mingguan meliputi 1 minggu
Jadwal perawatan mingguan dihasilkan dari jadwal jangka panjang dan
memperhitungkan jadwal operasi saat ini dan mempertimbangkan ekonomi.
Jadwal mingguan harus memungkinkan untuk sekitar 10% sampai 15% dari
tenaga kerja akan tersedia kembali diurutkan berdasarkan prioritas
c. Jadwal harian yang meliputi pekerjaan yang harus diselesaikan setiap hari.
Jadwal harian yang dihasilkan dari jadwal mingguan dan biasanya
dipersiapkan sehari sebelumnya, jadwal ini sering terganggu untuk melakukan
perawatan darurat. Prioritas didirikan untuk menjadwalkan pekerjaan. Pada
beberapa organisasi, jadwal diserahkan kepada pengawas yang memberikan
pekerjaan sesuai dengan prioritas yang didirikan.

2. Major Shutdown Management


Tingkat keunggulan major shutdown management perusahaan dapat dilihat dari
lima tingkat kedewasaan adalah sebagai berikut:

24
 
 

 
a. Excellence
 
Shutdown (penghentian) direncanakan selama enam bulan dengan menutup
 
lingkup pekerjaan agar dapat menyediakan waktu yang cukup untuk
 melakukan pembelian. Dilakukannya perencanaan penghentian dan proses

  manajemen pada area tersebut. Keterlibatan dari bagain produksi, teknisi dan
pemeliharaan sangat besar pada proses tersebut. Hanya pekerjaan darurat yang
 
harus dilakukan selama diadakanya penghentian. Apabila penghentian dapat
 
selesai dari waktu yang dijadwalkan dan dapat mencapai pekerjaan penuh
 berarti lingkup pekerjaan telah terpenuhi.

  b. Competence
Bagian produksi dan gudang terlibat dalam proses perencanaan penghentian.
Penjadwalan produksi berada di bawah pengawasan, adanya kepastian dalam
penetapan waktu penghentian. Penghentian biasanya diselesaikan pada jadwal
downtime tetapi tidak semua pekerjaan dapat selesai dengan sukses. Pekerjaan
yang bersifat minimal ditambahkan pada menit terakhir, tetapi beberapa
ditambahkan selama dilakukan penghentian. Apabila pekerjaan kru telah
selesai biasanya digunakan untuk mendapatkan pekerjaan ekstra
memperpanjang durasi resiko pada penghentian.
c. Understanding
Pekerjaan penghentian timbul dari (PM) dan inspeksi yang ditambahkan ke
pekerjaan penghentian. Beberapa pekerjaan PM dan pekerjaan inspeksi
ditambahkan ke pekerjaan penghentian. Bagian perencanaan mendukung
supervisor dalam perencanaan sumber daya dan pemebelian untuk pekerjaan
penghentian. Tahap pemeliharaan material penghentian sebelum dilakukan
pekerjaan penghentian. Tahap perencanaan mungkin dilakukan satu sampai
dua bulan sebelumnya.
d. Awareness
Adanya jadwal penghentian rutin tahunan atau yang lainnya untuk menangani
penggantian peralatan, pemeriksaan umum dan proyek modal yang
berhubungan. Perencanaan minimal dilakukan oleh supervisor pemeliharaan
dengan beberapa masukan dari bagian produksi. Kegiatan peghentian biasanya

25
 
 

 
dimulai atau selesai tidak tepat waktu dan tidak semua dikerjakan. Namun
 
terdapat beberapa konsekuensi pada saat penghentian dilakukan.
 
e. Innocence
 Kegiatan penghentian tahunan dengan lingkup pekerjaan yang sama setiap

  tahun. Kebanyakan pekerjaan overhaul. Perencanaan dilakukan seminimal


mungkin dan dilakukan oleh supervisor pemeliharaan. Di detik –detik terakhir
 
pekerjaaan, diberikan beberapa pengecualian untuk menghilangkan jeda
 
pekerjaan (terlepas dari kebutuhan untuk jeda yang lain) dan selama
 penghentian.

 
Menurut Duffua (1999) shutdown adalah pemeliharaan periodik dimana
mesin berada pada kondisi berhenti untuk dilakukannya inspeksi, perbaikan,
penggantian dan pemeriksaan yang dapat dilakukan hanya saat aset sedang tidak
memberikan layanan.
Penjadwalan shutdown menurut Duffua (1999) terdiri dari:
a. Legal atau kontrak
b. Jadwal operasi
c. Sifat proses
d. Memliki cukup lead time untuk mempersiapkan rencana keseluruhan,
permintaan dan memastikan staf memadai
e. Jadwal pengoperasian peralatan.
Laporan kegiatan shutdown menurut Duffua (1999), terdiri dari :
a. Laporan kemajuan pada kegiatan monitoring dan kontrol
b. Laporan pemeliharaan shutdown secara rinci mengenai semua pekerjaan
yang dilakukan
c. Laporan biaya

3. Materials Management
Tingkat keunggulan material management perusahaan dapat dilihat dari lima
tingkat kedewasaan dibawah ini:

26
 
 

 
a. Excellence
 
Inventory control secara otomatis dan analisis digunakan dalam sistem yang
 
terintegrasi. Tingkat persediaan ditetapkan berdasarkan analisis berhemat
 dengan masukan dari bagian pemeliharaan. Fitur manajemen secara otomatis

  digunakan untuk menata ulang persediaan yang ada, mengelompokkan


persediaan berdasarkan vendor, memilih daftar generasi, barcode, atau
 
pengeluaran otomatis lainnya dan kembali pada proses. Personil mengelola
 
persediaan sepenuhnya dengan jumlah besar.
b.  Competence
  Catatan yang ada di komputer terintegrasi dengan sistem pemeliharaan.
Memilih daftar secara otomatis dari perencanaan perintah kerja. Material
digunakan untuk perintah kerja/ penghentian/ proyek untuk kegiatan
pemeliharaan. Layanan dan tingkat inventori, stok diketahui, dipantau dan
ditingkatkan. Semua item persediaan termasuk persediaan suku cadang,
rongsokan dari suku cadang dan lokasi dilihat melalui katalog. Tingkat
persediaan merupakan satu kumpulan dengan masukan dari pemeliharaan.
Perencanaan pemeliharaan terlibat dengan pengadaan material atau suku
cadang.
c. Understanding
Sebagian catatan ada di komputer. Tingkat kelengkapan persediaan, tidak ada
masukan dari bagian pemeliharaan, bergantung pada rekomendasi penjual.
Tingkat lead times dan safety stock ditetapkan, tetapi jarang berubah.
Beberapa katalog dari suku cadang berada di area kerja. Beberapa dapat
digunakan sebelum dikeluarkan atau siap untuk digunakan di tempat yang
dikelola. Menetapkan item persediaan merupakan pekerjaan yang sulit.
Keterlibatan pengawasan pemeliharaan dalam mengelola suku cadang dan
persediaan sukuu cadang merupakan pekerjaan yang sukar.
d. Awareness
Sebagian catatan disimpan secara manual. Tingkat persediaan jarang terjadi
perubahan yang tinggi atau rendah. Persediaan kosong pada saaat di cek di

27
 
 

 
tempat penyimpanan. Sangat sulit untuk menambahkan item ke persediaan.
 
Pengelola mulai menerima tunjangan persediaan.
 
e. Innocence
 Pada tingkat ini berhemat sesedikit mungkin. Terdapat banyak barang yang

  sudah usang atau barang tidak terpakai. Sebagian merupakan barang simpanan
yang bisa digunakan. Barang rongsokan yang tidak tertata disatukan dengan
 
barang yang tidak terdaftar dari proyek sebelumnya. Sebagian barang yang
 
tidak ada tempat penyimpanan ditangani oleh pengurus. Pengurus mengurusi
 barang tersebut tanpa katalog.

  Menurut Campbell (2011) keberhasilan dalam manajemen material adalah


adanya spesifikasi bahan, sejarah penggunaan, terintegrasinya jumlah persediaan,
jumlah pesanan, dan biaya logistik .
Manajemen material dijalankan untuk mendukung pengiriman jasa dan
lainnya. Bagian perencanaan memastikan part dan ketersediaan material sebelum
dilakukannya suatu pekerjaan. Untuk meminimalkan kekacauan saat operasi,
maka dibutuhkan sparepart untuk kegiatan pemeliharaan. Manajemen material
yang efektif yaitu memastikan ketersediaan part dengan jumlah yang sesuai
dengan waktu dan biaya distribusi yang efektif untuk tempat.
Menurut Hasting, manajemen material dimulai dengan memahami
permintaan bahan yang dibutuhkan untuk periode perencanaan. Setelah
spesifikasi, kuantitas dan waktu diketahui, maka dilanjutkan dengan proses
pengadaan untuk menemukan pemasok terbaik berdasarkan faktor yang meliputi
pelayanan, kualitas dan total biaya.

4. Measures and Performance


Tingkat keunggulan measurement and performance management perusahaan
dapat dilihat dari lima tingkat kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
Pengukuran kinerja merupakan bagian dari keseharian kehidupan pabrik.
Semua biaya yang dikeluarkan untuk area, peralatan, perintah kerja.
Perusahaan, pabrik, departemen dan kinerja tim diukur, diketahui dan

28
 
 

 
digunakan dengan target perbaikan. Langkah – langkah proses pengukuran
 
yang efektif dapat mendorong suatu perilaku. Standar yang digunakan untuk
 
mengukur eksternal digunakan untuk mendorong adanya target perbaikan.
b.  Competence
  Adanya gambaran pengukuran kinerja manajemen yang ditempelkan pada
papan pengumuman untuk dibaca oleh semua pengelola. Pengukurannya
 
meliputi biaya, hasil, dan proses. Biaya dipecah berdasarkan tenaga kerja,
 
material dan kontrak. Beberapa digunakan untuk membuat pengukuran untuk
 mendorong inisiatif perbaikan.

  c. Understanding
Biaya ditaksir oleh tenaga kerja, material dan kontrak jasa tetapi tidak
dianalisis. Downtime diukur secara keseluruhan berdasarkan area dan
penyebab downtime. Perseturuan terjadi antara produksi dan pemeliharaan
tentang “ siapa yang harus disalahkan “ untuk downtime. Kinerja proses tidak
diukur tetapi dinilai secara kualitatif.
d. Awareness
Beberapa catatan downtime terdapat pada peralatan yang kritis. Biaya
diketahui tapi tidak dilakukan pengontrolan. Anggaran yang dikeluarkan
biasanya membengkak.
e. Innocence
Pada tingkat ini tidak ada pengukuran kinerja. Anggaran pemeliharaan yang
berlebih merupakan hal yang wajar.

Menurut Campbell (2011), pengukuran kinerja pemeliharaan terbagi menjadi 5


(lima) aspek, yaitu:
a. Produktivitas
Indeks pemeliharaan produktivitas dilakukan untuk mengukur penggunaan
pemeliharaan terhadap sumberdaya, meliputi tenaga kerja, material, dan
peralatan.

29
 
 

 
b. Organisasi
 
Indikator pengukuran kinerja pemeliharaan ini digunakan untuk mengukur
 
keefektifan suatu organisasi dan ativitas perencanaan pemeliharaan.
 c. Efisiensi Pemeliharaan

  Pengukuran ini dilakukan untuk melacak kemampuan pemeliharaan untuk


bersaing dengan beban kerja.
 
d. Biaya
 
Banyak faktor yang mempengaruhi biaya dalam memberikan pelayanan.
  Di banyak perusahaan, mengurangi biaya pemeliharaan menjadi sebuah
  pilihan dalam beberapa kasus. Namun, dengan mengurangi biaya sendiri,
tentu tidak akan mencapai tujuan organisasi. Baik misi dan tujuan
perusahaan maupun pemeliharaan harus diperhitungkan. Salah satu
caranya adalah menghubungkan biaya pemeliharaan dengan keseluruhan
biaya produksi atau, lini produk yang diproduksi dengan jumlah unit yang
diproduksi.
e. Kualitas
Penilaian kualitas untuk melihat seberapa sering masalah terjadi secara
berulang dan seberapa sering pihak pemeliharaan memperbaiki masalah.
Bagian pemeliharaan dapat mengumpulkan dan mengukur data tersebut
dengan beberapa cara, salah satunya penggunaan CMMS.

5. Reliability Management
Tingkat keunggulan reliability management perusahaan dapat dilihat dari lima
tingkat kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
Kehandalan dari pabrik tinggi. CMMS digunakan sebagai alat yang efektif
untuk mengidentifikasi masalah untuk mendapatkan resolusi. Data yang
digunakan dari CMMS dan sistem dukungan ahli/keputusan untuk
mengoptimalkan keputusan dalam pemeliharaan. Sistem ini digunakan oleh
insinyur, perencana dan tim pemantauan kondisi. Adanya analisis penuh yang
dilakukan untuk memantau kondisi dan tugas PM dapat diselesaikan ke

30
 
 

 
seluruh area pabrik. Frekuensi tugas dan tugas yang disempurnakan melalui
 
umpan balik dari perintah kerja. Root Cause Failure Analysis (RCFA)
 
digunakan pada semua kegagalan.
b.  Competence
  Kehandalan dapat menjadi lebih baik dengan beberapa keuntungan utama
yang diketahui dan mungkin didokumentasikan. Target program perbaikan
 
umumnya dianggap sebagai kesuksesan dalam mencapai tujuan. Beberapa tren
 
peningkatan keandalan muncul. CMMS digunakan untuk membantu
 mengidentifikasi masalah. Analisis yang digunakan untuk target pemantauan

  kondisi dan tugas PM di area pabrik yang kritis. Beberapa RCFA yang
diterapkan berhasil.
c. Understanding
Kehandalan pada tingkat ini dikatakan rendah. Target program perbaikan
didorong oleh data yang dikumpulkan dalam database yang gagal oleh
pengelola.
d. Awareness
Pada tahap ini tingkat kehandalan rendah. Sedikitnya penggunaan catatan
downtime dalam menargetkan pemecahan masalah. Setiap pencatatan
diangggap bukan sebagai nilai tambah.
e. Innocence
Tidak ada yang dilakukan untuk meningkatkan kehandalan.

Menurut Hastings (2010), terdapat beberapa teknik yang digunakan untuk


membantu proses kehandalan, yaitu:
a. Operator records and incident repor
Catatan operator berfungsi untuk membentuk sumber informasi yang berguna
tentang kinerja peralatan dan kondisi peralatan. Frekuensi dan tingkat
keterlambatan, serta kesalahan dapat ditentukan secara langsung dan tepat
waktu dari catatan operator. Tindak lanjut dari catatan operator dapat
mengarahkan pada penentuan penyebab masalah dan tindakan untuk
menghilangkan atau mengurangi masalah.

31
 
 

 
b. Failure reporting and corrective action system (FRACAS)
 
Sistem ini merupakan sistem formal dimana berbagai parameter yang
 
ditentukan dilaporkan ketika terjadi kegagalan dan pendekatan sistematis
 tertentu untuk pengambilan tindakan korektif.

  c. Pareto Analysis
Analisis pareto diterapkan pada kegagalan peralatan dengan cara membuat
 
peringkat pada kegagalan melalui frekuensi dan biaya. Frekuensi kegagalan
 
yang paling sering dan biaya tertinggi dapat diatasi.
d.  Failure Mode and Effects Analysis
  Teknik ini melakukan penilaian terhadap semua cara dimana produk mungkin
megalami kegagalan, menilai penyebab dan dampak dari kegagalan, dan
melaksanakan peringkat resiko berdasarkan numerik. Rekomendasi untuk
memperbaiki kegagalan atau mengurangi dampak tersebut dibuat dan
ditindaklanjuti
e. Root Cause Analysis
Merupakan pendekatan formal untuk menentukan akar penyebab kegagalan,
dengan maksud mencegah kegagalan di masa depan, dengan melibatkan
penyebab langsung dan penyebab tindakan atau kondisi yang berhubungan
dengan kondisi sebelumnya.
f. Condition Monitoring
Pemantauan kondisi melibatkan pengecekan terus menerus atau berskala
terhadap kondisi mesin.

2.4.3 Systems & Technology


Menurut Campbell (2011) Sistem dan teknologi merupakan alat yang digunakan
oleh orang-orang dalam organisasi untuk menerapkan proses dan metode yang
dipilih. Indikator dari systems dan technology, adalah sebagai berikut:
1. Inventory and Stores
Kegiatan inventory dan stores dilakukan untuk membantu meningkatkan
produktivitas laboratorium. Tingkat keunggulan inventory and stores perusahaan
dapat dilihat dari lima tingkat kedewasaan dibawah ini:

32
 
 

 
a. Excellence
 
Pada tingkat ini persediaan terintegrasi dengan kegiatan pemeliharaan,
 
pembelian, keuangan dan sistem perusahaan lainnya. Eksploitasi penuh atau
 fitur otomatis untuk menghapus upaya manual.

  b. Competence
Pada tingkat ini persediaan dihubungkan dengan sistem pemeliharaan dan
 
pembelian. Beberapa fitur dan analisis statistik yang digunakan.
 
c. Understanding
 Rekaman atau catatan persediaan menggunakan sistem komputerisasi. Sistem

  persediaan dapat dihubungkan dengan pembelian, namun tidak dengan


kegiatan pemeliharaan.
d. Awareness
Pada tingkat ini inventory control bersifat resmi, tetapi hanya menggunakan
sistem manual.
e. Innocence
Pada tingkat ini inventory control bersifat tidak resmi, sistem persediaan yang
digunakan tetap.

Inventory atau persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan da


n bahan-bahan dalam proses yag terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi
serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi
permintaan (Rangkuti, 2007). Fungsi persediaan yaitu:
a. Persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
pelanggan tanpa tergantung pada pihak manapun
b. Dapat mempertimbangkan penghematan pada pembelian dan biaya
pengangkutan
c. Dapat meramalkan kebutuhan material berdasarkan data masa lalu atau
pengalaman.
Inventory control atau pengendalian persediaan adalah aktivitas
mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki (Sumayang,
2003). Tujuan melakukan kegiatan inventory control, yaitu:

33
 
 

 
a. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian
 
b. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian
 
c. Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan kebutuhan.
 
2. Computerized Maintenance Management Systems
 
Computerized Maintenance Management Systems (CMMS) digunakan untuk
 
melakukan pengukuran, analisa dan mengelola seluruh siklus pemeliharaan
(Mitchell,
  2006, hal 254). Tingkat keunggulan CMMS perusahaan dapat dilihat
dari  lima tingkat kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
 
Pemeliharaan sepenuhnya terintegrasi dengan persediaan, pembelian, dan
sistem lainnya. Informasi yang didapat dikelola dan digunakan sebagai aset
oleh pemeliharaan dan teknik dan produksi.
b. Competence
Pada tingkat ini CMMS berkaitan dengan persediaan, pembelian, dan
terintegrasi dengan sistem lainnya yang direncanakan untuk akses yang luas
terhadap sistem dengan pengelola di gudang. Apabila pelatihan yang
dilakukan telah selesai, maka para pengguna mampu mengaplikasikan hasil
pelatihannya.
c. Understanding
Pada tingkat ini CMMS dilaksanakan dengan bantuan dari luar yang bersifat
professional. Sistem pemeliharaan tidak terkait dengan persediaan atau
pembelian, meskipun hal ini dapat direncanakan.
d. Awareness
Pada dasarnya kegiatan penjadwalan dan pelacakan dilaksanakan berdasarkan
perintah kerja. Tidak terdapat kemampuan untuk memeriksa persediaan suku
cadang atau kebutuhan sumber lainnya. CMMS
e. Innocence
Pada tingkat ini tidak terdapat sistem sama sekali. Sebagian besar pekerjaan
dilakukan atas dasar permintaan. Jeda pekerjaan dikelola dalam memori
supervisor atau dalam spreadsheet dan catatan-catatan di buku.

34
 
 

 
CMMS adalah sistem yang digunakan untuk melakukan pengukuran,
 
analisa, dan mengelola seluruh siklus pemeliharaan. Fungsi dari CMMS itu
 
sendiri adalah mengelola proses kerja, memfasilitasi aliran informasi, melacak
biaya
  dan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan (Mitchell, 2006).

  Menurut Duffua, CMMS adalah suatu sistem informasi yang disesuaikan


untuk melayani pemeliharaan. CMMS digunakan dalam proses pengumpulan
 
data, pencatatan, penyimpanan, memperbaharui, pengolahan dan peramalan.
 
CMMS penting untuk melakukan perencanaan, penjadwalan, dan mengendalikan
 
kegiatan pemeliharaan melalui pelaporan yang efektif.
  Fasilitas yang terdapat di dalam suatu CMMS, yaitu:
a. Data mengenai aset
b. Adanya work request dan work order
c. Perencanaan dan penjadwalan kerja
d. Pengelolaan sumber daya, termasuk skill, personil
e. Penjadwalan kegiatan preventive maintenance
f. Manajemen dan pengendalian proses pembelian serta penyimpanan
sparepart

3. Preventive maintenance
Tingkat keunggulan preventive maintenance, perusahaan dapat dilihat dari lima
tingkat kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
Pada tingkat ini PM hanya digunakan dimana ada perintah untuk menganalisis
kegiatan PM yang ditargetkan untuk pencegahan kegagalan yang memakan
waktu atau penggunaan terkait.
b. Competence
Beberapa kegiatan PM dibuat untuk mendukung pemantauan kondisi.
Overhaul jarang terjadi
c. Understanding
Pengalaman digunakan untuk memodifikasi rekomendasi untuk frekuensi PM.

35
 
 

 
d. Awareness
 
Adanya ketergantungan pada peralatan yang direkomendasikan untuk PM.
 
e. Innocence
 Overhaul digunakan secara luas. Kegiatan tahunan hanya untuk melakukan

  inspeksi dan pemeriksaan.


Menurut Mitchell (2006) Preventive maintenance (PM) adalah berbagai
 
pemeliharaan, termasuk inspeksi, perbaikan ringan (service) dan atau penggantian
 
suku cadang, yang dilakukan secara teratur dengan interval waktu (sesuai tanggal
atau  lama operasi), yang diilakukan untuk menghindari kerusakan berdasarkan
  data statistic rata-rata.
Menurut Corder (1996) PM adalah pemeliharaan yang dilakukan pada
selang waktu yang ditentukan sebelumnya atau terhadap kriteria lain yang telah
diuraikan dan dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan bagian-bagian lain
tidak memenuhi kondisi yang bisa diterima.Kegiatan PM umumnya meliputi
semua pemeriksaan, penyetelan, pelumasan, pengisian kembali dan pemeriksaan
dari suatu mesin. Kegiatan PM akan optimal jika perusahaan memiliki
perencanaan pemeliharaan yang baik, berikut ini adalah tipe-tipe perencanaan
perawatan,:
a. Rencana pemeliharaan tahunan
b. Rencana pemeliharaan bulanan
c. Rencana pemeliharaan mingguan
d. Rencana pemeliharaan harian

4. Equipment Conditioning Monitoring


Tingkat keunggulan equipment conditioning monitoring perusahaan dapat dilihat
dari lima tingkat kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
Semua area peralatan dianalisis untuk dipantau kondisnyai dan kebutuhan PM.
Pemantauan kondisi dilakukan secara luas, kemungkinan dilakukan oleh kru
khusus. Kebanyakan kegiatan korektif muncul dari pemeriksaan kondisi
peralatan.

36
 
 

 
b. Competence
 
Daerah kritis peralatan dianalisis untuk menentukan kebutuhan terkait
 
pemantauan kondisi peralatan. PM lebih digunakan untuk pemantauan
 kondisi. Kegiatan inspeksi berguna dalam mengungkapkan masalah pada

  suatu sector atau bagian untuk dikoreksi.


c. Understanding
 
Waktu dan penggunaan berbasis pada kegiatan inspeksi. Beberapa
 
pemantauan kondisi (getaran, analisis minyak, termografi) berdasarkan
 rekomendasi dari pabrik, dan pemantauan peralatan berdasarkan vendor atau

  pengalaman.
d. Awareness
Kegiatan inspeksi peralatan berdasarkan waktu diluar kerusakan.
e. Innocence
Tidak ada yang dilakukan.

5. Decision Support and Expert System


Tingkat keunggulan decision support and expert system perusahaan dapat dilihat
dari lima tingkat kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
Alat analisis/pendukung keputusan untuk data perencanaan modal. Data
pemantauan kondisi dan data CMMS berkaitan dengan pengambilan
keputusan optimum/penggantian keputusan.
b. Competence
Sistem ahli/analisis digunakan untuk membantu dalam membaca atau
menafsirkan data pemantauan kondisi peralatan.
c. Understanding
Adanya kontrak jasa dalam menafsirkan beberapa data pemantauan kondisi
(getaran, analisis minyak, atau termografi). Interpretasi hasil dilakukan secara
manual untuk digunakan.

37
 
 

 
d. Awareness
 
Pada tingkat ini pengalaman digunakan untuk menentukan tindakan
 
berdasarkan inspeksi yang berbasiskan pada waktu.
e.  Innocence
  Tidak ada yang dilakukan.

 
Pengambilan keputusan adalah bentuk pemilihan dari berbagai alternative
yang
  mungkin dipilih yang prosesnya melalui mekanisme tertentu denga harapan

akan  mendapatkan keputusan terbaik.


Aktivitas pemeliharaan menurut Kurniawan (2013), terdapat 3 (tiga) alternatif
 
yang dapat dipilih jika suatu peralatan mengalami kerusakan, yaitu:
a. Repair
Repair adalah aktivitas untuk memperbaiki bagian peralatan mesin yang
megalami kerusakan jika kerusakan pada alat tersebut tidak terlalu serius.
b. Overhaul
Overhaul adalah aktivitas yang dilakukan untuk memperbaiki peralatan secara
total jika kerusakan pada peralatann cukup parah
c. Replacement
Replacement adalah aktivitas untuk mengganti peralatan dengan peralatan
yang baru jika kerusakan pada peralatan sangat parah dan tidak mungkin
untuk diperbaiki.
Dampak positif dan dampak negatif akan muncul pada saat suatu
keputusan telah diambil oleh perusahaan. Informasi yang tepat sangat
dibutuhkan, karena informasi tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan peralatan, pengadaan suku cadang,
dan penggantian dan kebijakan pemeliharaan peralatan serta penghapusan aset.

2.4.4 Materials & Physical Plant


Material dan fisik peralatan yang dimiliki dapat dipertahankan dengan adanya
pengelolaan pada proses dan metode, sistem dan teknologi, serta orang- orang

38
 
 

 
yang bersangkutan (Campbell, 2011). Indikator dari materials and physical plant
 
adalah sebagai berikut:
 
1. Asset Condition and Wellness
Tingkat
  keunggulan asset condition and wellness perusahaan dapat dilihat dari
  lima tingkat kedewasaan sebagai berikut::
a. Excellence
 
Pada tingkat ini peralatan dianggap dapat diandalkan, kondisi peralatan
 
terlihat baru meskipun peralatan tersebut sudah tua. Teknologi telah
 ditingkatkan. Kebersihan peralatan produksi mengungkapkan rasa
  kepemilikan dari diri pekerja.
b. Competence
Perbaikan tetap diminta meskipun kehandalan peralatan yang baik. Peralatan
pabrik tampaknya berada dalam kondisi operasi yang baik. Untuk
penggantian aset perlu melihat satu tahun ke dapan pada kondisi peralatan
sebagai input untuk mengambil suatu keputusan.
c. Understanding
Kehandalan peralatan membaik dengan cepat di pabrik. Peralatan pabrik
terlihat sedikit menurun tetapi masih digunakan/beroperasi. Penggantian aset
dianggap hanya jika dirasa perlu dan dipicu oleh adanya siklus anggaran
tahunan. Perbaikan dilakukan untuk standar “seperti baru”
d. Awareness
Pada tingkat ini kehandalan peralatan rendah. Penggantian aset dilakukan
ketika aset tidak ekonomis untuk diperbaiki lagi. Perbaikan dilakukan untuk
aset menjadi lebih baik seperti sebelumnya sesuai dengan standar bukan
menjadikan aset seperti dalam kondisi baru. Peralatan pabrik menurun.
Adanya pertanyaan dari staf “ mengapa peralatan ini tetap digunakan?”.
Adanya kebocoran memungkinkan bertambahnya pencemaran dan dapat
membuat masalah peralatan lainnya.
e. Innocence
Pada tingkat ini kehandalan peralatan rendah. Peralatan rusak. Banyak
tambalan. Teknologi sudah lewat dari tanggalnya. Penjaga keamanan mungkin

39
 
 

 
telah keluar dari tempat tersebut. Peralatan yang bocor diabaikan atau lambat
 
untuk diperbaiki.
 

  Menurut Hariyono (2007), suatu aset harus dapat digunakan secara aman
dan efektif. Hal ini berarti bahwa aset perlu dipelihara agar berada dalam kondisi
 
yang memadai untuk digunakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
 
memenuhi standar kesehatan dan keamanan yang relevan. Apabila aset tersebut
tidak
  mengalami masalah, maka kemampuan aset untuk memberikan pelayanan

akan  sesuai dengan standar yang disyaratkan. Dalam mengetahui kondisi fisik
suatu aset perlu diperhatikan aspek yang mempengaruhi.
 
Penilaian kondisi fisik ini dijelaskan pada SNI ISO/IEC 17025:2008
bahwa peralatan dan piranti lunak yang digunakan untuk pengujian, kalibrasi dan
pengambilan contoh (sample) harus mampu menghasilkan akurasi yang
diperlukan dan harus sesuai dengan spesifikasi yang relevan dengan pengujian
dan/atau kalibrasi yang dimaksud. Peralatan tersebut harus dicek dan/atau
dikalibrasi sebelum digunakan. Hasil penilaian kondisi fisik aset dapat
dikategorikan dalam kondisi baik, layak pakai secara teknis, rusak ringan, rusak
berat dapat diperbaiki dan rusak berat tidak dapat diperbaiki.

2. Tooling, Shops, and Cribs


Peralatan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan sebaiknya disimpan pada
tempat penyimpanan. Tingkat keunggulan tooling, shops and cribs perusahaan
dapat dilihat dari lima tingkat kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
Gudang dibangun di area pusat. Penyimpanan peralatan dilakukan oleh
petugas peralatan. Pekerjaan perbaikan dilakukan oleh kru khusus. Adanya
pemisahan peralatan untuk proses pekerjaan, penerimaan material, dan
pekerjaan lapangan.
b. Competence
Area gudang digunakan. Gudang berdekatan dengan tempat produksi.
Gudang mendukung tim di tempat yang pekerjaannya terlalu besar untuk
ditangani ditempat tersebut. Gudang digunakan sebagai tujuan akhir akses

40
 
 

 
online ke sistem manajemen pemeliharaan. Terdapat tempat penyimpanan
 
yang bersifat khusus dan terdapat sistem untuk keluarnya suatu alat.
 
c. Understanding
 Pada tingkat ini, tata cara penyimpanan barang dengan tempat penyimpanan

  barang harus dilakukan sesuai dengan mekanisme, tertib dan terkontrol pada
setiap perpindahannya. Barang yang tertera sebagai barang yang disimpan.
 
Gudang diperuntukkan untuk area produksi atau transaksi untuk area masing-
 
masing. Tata letak gudang harus mengikuti arah keluarnya material. Gudang
 harus memiliki tata letak dan sirkulasi yang baik. Gudang mempunyai sedikit

  ruang kosong agar memudahkan untuk mengelola pemeliharaanya.


d. Awareness
Gudang tidak diawasi oleh supervisor pemeliharaan dan semua pegawai.
Perlakuan yang tidak sesuai dengan mekanisme pada saat pertukaran barang.
Barang harus disimpan pada tempatnya. Alat pengujian untuk peralatan
instrument disimpan pada tempatnya. Gudang pusat harus berdekatan dengan
gudang-gudang lainnya dan tata letak departemen organisasi tidak sesuai
dengan alur kerja. Gudang cenderung berantakan dan sempit sehingga sulit
untuk kegiatan pemindahan dan pemeliharaan peralatan.
e. Innocence
Pekerja memiliki alat sendiri. Tidak ada spesifikasi atau standar untuk alat.
Tidak adanya tempat penyimpanan peralatan. Peralatan tidak disimpan
ditempat yang seharusnya sesuai dengan petunjuk. Gudang umumnya
berantakan. Adanya gudang penyimpanan yang tidak resmi. Ventilasi,
pencahayaan, alat di dalam gudang tidak memadai.

Menurut Sudradjat (2011) terdapat beberapa metode penyimpanan


peralatan, yaitu:
a. Menggunakan rak atau wadah untuk menyimpan berbagai jenis alat
maupun lembar instruksi operator yang berkaitan dengan mesin, peralatan,
dan proses pemeliharaan
b. Penyimpanan alat dekat dengan daerah operasi atau penggunaan

41
 
 

 
c. Menggantungkan alat-alat yang sering digunakan di tempat yang mudah
 
dijangkau
 
d. Menentukan tempat penyimpanan barang persediaan.
 
3. Stores and Spares
 
Tingkat keunggulan stores and spares perusahaan dapat dilihat dari lima tingkat
 
kedewasaan dibawah ini:
a.  Excellence
 Akses ke gudang dikendalikan tetapi tetap terbuka untuk pengelola. Ada
bagian yang mengatur persediaan untuk perintah kerja yang bersifat spesifik
 
atau proyek yang diprioritaskan untuk dikirim ke perusahaan atau pengelola.
Modal terbesar dari suku cadang berlokasi dekat dengan titik penggunaan atau
tempat penyimpanan khusus.
b. Competence
Akses ke gudang dikendalikan tetapi tetap terbuka untuk pengelola. Gudang
sebagai tempat pemisahan alat dari keseluruhan yang dipesan untuk pekerjaan
tertentu atau proyek tertentu. Adanya kotoran menunjukkan beberapa barang
telah using. Gudang hanya digunakan untuk peralatan yang besar dan barang
yang tahan cuaca.
c. Understanding
Barang persediaan yang siap digunakan atau siap dikeluarkan dan sering
dipakai dengan harga murah disimpan di dalam gudang. Perdagangan
persediaan turun dan akses dikendalikan dengan baik. Gudang dalam keadaan
rapi sehingga suku cadang dapat ditemukan dengan cepat. Gudang, tempat
pengiriman, dan penerimaan barang berguna untuk keperluan gudang sendiri.
Tempat yang terpisah untuk item yang sedang dikarantina, barang garansi,
penerimaan, dan pengiriman dan perbaikan untuk menunggu pekerjaan.
Tempat berangkal menggunakan katalog dan tertata dengan rapi.
d. Awareness
Gudang tampak teratur, namun sebagian material atau alat tidak dapat
ditemukan tanpa adanya bantuan. Terdapat sistem di lokasi gedung. Akses

42
 
 

 
dikendalikan tetapi dapat diakses secara bebas. Banyaknya pemeliharaan yang
 
“diperdagangkan” di perusahaan. Gudang berdekatan dengan gudang yang
 
menghubungkan bagian pemeliharaan dan memungkinkan menerima
 pengiriman dan penerimaan. Bahan berbahaya dipisahkan. Beberapa bagian

  kemasan rusak. Tempat berangkal berantakan.


e. Innocence
 
Gudang dalam keadaan berantakan. Sistem lokasi hanya diketahui oleh
 
penjaga. Akses yang tidak terkendali, pengelola dapat menemukan dan
 mengambil apa yang mereka inginkan. Bahan-bahan berbahaya tidak

  dipisahkan. Bagian tidak dikemas dengan baik atau kemasan yang buruk.
Pencahayaan sedikit. Lokasi terpisah dari penerimaan, pengiriman, dan temapt
usaha yang melakukan pemeliharaan. Tempat berangkal berantakan.

Menurut Mitchell (2006), kegiatan pemeliharaan membutuhkan adanya


sparepart dan material, maka dari itu harus ada penyediaan dan pengawasan
terhadap sparepart dan material tersebut. Pengendalian gudang dilakukan agar
persediaan dapat diatur sehingga tidak sembarang orang dapat mengambil atau
menggunakan persediaan tanpa izin dari pihak gudang.

4. Housekeeping
Tingkat keunggulan housekeeping perusahaan dapat dilihat dari lima tingkat
kedewasaan dibawah ini:
a. Excellence
Pemeliharaan peralatan produksi dan gudang terjaga dengan baik dan bersih.
Tim area bangga dengan peralatan yang dipelihara. Kegiatan pembersihan
dipandang sebagai alat yang efektif dalam menjaga perlataan dalam kondisi
baik.
b. Competence
Area produksi dan pemeliharaan menerima pembersihan setiap hari.
Pembersihan merupakan tugas dan dilakukan sesuai dengan standar.
Kompensasi untuk pekerja yang membersihkan mungkin ada. Rutinitas

43
 
 

 
kegiatan pembersihan khusu dilakukan secara mingguan atau bulanan untuk
 
membawa area kembali ke kondisi baik.
 
c. Understanding
 Pembersihan area produksi dan pemeliharaan yang digunakan dilakukan setiap

  minggu. Standar kebersihan baik tetapi dilakukan hanya dalam siklus


membersihkan saja.
 
d. Awareness
 
Pemeliharaan peralatan produksi dan pemeliaraan area umumnya jarang dan
 terlantar. Peralatan menjadi berantakan. Setiap pembersihan dilakukan hanya

  bila ada perbaikan atau perawatan lainnya dilakukan.


e. Innocence
Kotor, berantakan, mungkin membahayakan keamanan. Kegiatan
pemebersihan dilakukan sebelum atau setelah pekerjaan perbaikan.

Housekeeping bagian dari departemen yang bertanggung jawab mengatur


atau menata peralatan, menjaga kebersihan dan kenyamanan, memperbaiki
kerusakan dan dekorasi dengan tujuan agar tampak rapi, bersih, menarik dan
menyenangkan bagi penghuninya.
Menurut Jannadi, ketika pembersihan dilakukan dengan baik, maka akan
menghasilkan:
a. Biaya operasi berkurang, waktu yang diterapkan untuk manjaga kebersihan
akan menjadi lebih sedikit karena kebersihan selalu terjaga
b. Menghemat waktu produksi, karena tidak ada orang yang mencari peralatan
dan bahan
c. Memaksimalkan ruang lantai, memungkinkan kemudahan akses menuju
peralatan atau mesin untuk melakukan kegiatan pemeliharaan
d. Meningkatkan semangat kerja para pegawai, karena lingkungan yang bersih.
e. Mengurangi terjadinya bahaya karena tidak teraturnya letak peralatan
f. Menghindari tabrakan dan mempermudah arus lalu lintas di dalam ruangan
laboratorium.

44
 
 

 
5. Capital Planning
 
Perencanaan modal mencakup penganggaran mesin baru dan penggantian mesin.
 
Tingkat keunggulan capital planning perusahaan dapat dilihat dari lima tingkat
kedewasaan
  dibawah ini:
  a. Excellence
Jangka panjang dari strategi penggantian aset digunakan untuk perencanaan
 
modal. Proses anggaran tahunan menyaring perencanaan jangka panjang.
 
b. Competence
 Kebutuhan anggaran modal direncanakan dengan melihat satu tahun ke depan

  dan didukung oleh penilaian kondisi peralatan. Sejarah dari belanja modal
digunakan untuk meramalkan dan pengganti untuk memperbaharui peralatan.
Proyek perbaikan diperlakukan sebagai proyek yang dapat berdiri sendiri.
c. Understanding
Penggantian aset diidentifikasi hanya ketika siklus perkiraan anggaran.
d. Awareness
Tidak ada penganggaran modal untuk penggantian aset. Saat muncul kasus
pada peralatan baru ditangani.
e. Innocence
Tidak ada penganggaran modal untuk penggantian aset. Saat muncul kasus
pada peralatan baru ditangani. Penggantian dilakukan dengan alternatif
termurah dan tersedia.

2.5 Peralatan Laboratorium


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, alat adalah benda yang dipakai
untuk mengerjakan sesuatu: perkakas, perabot yang dipakai untuk mencapai
maksud. Dari pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan peralatan adalah
berbagai jenis benda atau alat atau perkakas yang dipakai untuk mengerjakan
sesuatu.
Menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi No. 03 Tahun 2010 laboratorium adalah unit penunjang
akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka,

45
 
 

 
bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan
 
pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan
 
menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam
rangka
  pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada
  masyarakat.
Berdasarkan pengertian di atas, maka peralatan laboratorium merupakan
 
berbagai jenis benda atau alat yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu di
 
ruangan tertutup atau terbuka untuk kegiatan pengujian, kalibrasi dan/atau
 
produksi berdasarkan metode keilmuan tertentu.
 
2.6 Akreditasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, akreditasi adalah pengakuan terrhadap
suatu lembaga yang diberikan oleh badan yang berwenang setelah dinilai bahwa
lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau kriteria tertentu. Untuk melakukan
pengajuan akreditasi laboratorium pengujian, maka laboratorium harus
menerapkan sistem mutu berdasarkan pedoman SNI ISO/IEC 17025:2008.
Pedoman ini merupakan persyaratan umum kompetensi laboratorium penguji dan
laboatorium kalibrasi. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh laboratorium
berdasarkan SNI ISO/IEC 17025:2008, adalah sebagai berikut:
a. Persyaratan Manajemen
Persyaratan manajemen yang harus dipenuhi adalah :
1. Organisasi
2. Sistem mutu
3. Pengendalian dokumen
4. Kaji ulang permintaan, tender dan kontrak,
5. Subkontrak pengujian dan kalibrasi,
6. Pembelian jasa dan perbekalan,
7. Pelayanan kepada pelanggan,
8. Pengaduan
9. Pengendalian pekerjaan pengujian dan atau kalibrasi yang tidak sesuai

46
 
 

 
10. Tindakan perbaikan tindakan pencegahan
 
11. Pengendalian rekaman, audit internal dan kaji ulang manajemen.
 
b. Persyaratan Teknis
 Persyaratan teknis yang harus dipenuhi adalah

  1. Bagian umum,
2. Personil,
 
3. Kondisi akomodasi dan lingkungan,
 
4. Metode pengujian, metode kalibrasi, dan validasi metode
 5. Peralatan

  6. Ketelusuran pengukuran,
7. Pengambilan sampel, penanganan barang yang diuji dan dikalibrasi
8. Jaminan mutu hasil pengujian dan kalibrasi
9. Pelaporan hasil.

2.7 Landasan Normatif


Landasan normatif yang menjadi sumber atau dasar hukum dalam
penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan BMN/D
Bab VII Pengamanan dan Pemeliharaan Bagian kedua Pasal 46 bahwa
pemeliharaan adalah suatu rangkaian kegitan untuk menjaga kondisi dan
memperbaiki semua barang milik negara/daerah agar selalu dalam keadaan
baik dan layak serta siap digunakan secara bedaya guna dan berhasil guna.
2. SNI ISO/IEC 17025:2008 tentang Persyaratan Umum Kompetensi
Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi.
a. Klausul Peralatan
Peralatan harus dioperasikann oleh personel yang berwenang. Instruksi
yang mutakhir untuk menggunakan dan memelihara peralatan harus siap
tersedia untuk digunakan oleh personel laboratorium yang sesuai.
Rekaman mengenai peralatan harus tersedia sekurang-kurangnya adalah
identitas peralatan, cek kesesuaian peralatan dengan spesifikasi, lokasi
terkini, instruksi kerja, rencana kalibrasi, dokumen kalibrasi, rencana

47
 
 

 
pemeliharaan, rekaman kerusakan, kegagalan pemakaian, modifikasi dan
 
perbaikan pada peralatan.
 
b. Klausul Kondisi Akomodasi dan kondisi lingkungan
  Laboratorium harus memastikan kondisi lingkungan tidak menyebabkan
  ketidakabsahan hasil yang berpengaruh buruk pada mutu setiap
pengukuran yang disesuaikan.
 

 
2.8 Penelitian Sebelumnya
 
Berikut ini penelitian sebelumnya yang telah dilakukan mengenai pemeliharaan,
 
dapat dilihat pada tabel II.1.

48
 
 

 
Tabel 2.3
Penelitian Sebelumnya
 

No Judul Penulis
  Hasil Metode
1. Perencanaan dan Yazmendra Rosa,
 
Peningkatan penggunaan peralatan laboratorium terlaksana dengan baik Menggunakan
penerapan (2005) dengan jalan menerapkan preventive maintenance secara total. PM dapat metode penelitian
preventive   meningkatkan efisiensi peralatan yang ada karena dapat menanggulangi kuantitatif.
maiantenance   kerusakan secara dini. Preventive maintenance yang direncanakan akan
peralatan menghasilkan inventaris semua komponen alat yang digunakan di
laboratorium laboratorium dengan jadwal tahunan, semesteran, bulanan dan harian.

2. Penerapan Sistem Supandi (2008) Dalam penelitian ini disebutkan bahwa dengan pelaksanaan perawatan Penelitian ini
Perawatan peralatan workshop dan laboratorium dapat mengurangi kerugian. menggunakan
Terpadu Dalam Dengan diterapkannya program Total Productive Maintenance ini, akan metode penelitian
Upaya dapat dicapai tingkat efektivitas kerja perawatan yang ekonomis (Total deskriptif.
Meningkatkan Effectiveness ), pencegahan kerusakan alat yang merugikan dan
Kondisi membahayakan ( Total Preventive Maintenance), dan adanya partisipasi
Operasional dari seluruh fungsi yang terkait dalam kegiatan perawatan mandiri yang
Peralatan menguntungkan.
Workshop dan
Laboratorium
3 Effective Hasnida Ab- Implementasi dari preventive maintenance telah membuktikan bahwa Analisis yang
Preventive Samat, Livendran tigkat kegagalan mesin atau perlaatan dapat dikurangi dan dapat digunakan adalah
maintenance Nair Jeikumar, dipastikan produksi tidak terganggu. Dalam penelitian ini hasil analisis root cause analysis.
Schedulling – A Ernnie Illyani data downtime menunjukan daftar mesin yang dalam kondisi kritis dan
Case Study Basri, Nurul Aida ketidakpastian dari jadwal pemeliharaan yag ada tidak spesifik antara
Harun dan Shahrul mesin yang kritis dan tidak kritis.
Kamarudin (2012)
Sumber :data olah peneliti (2015)

49

 
 

50

 
 

51

 
 

52

 
 

53

Anda mungkin juga menyukai