Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sedimentasi merupakan proses pembentukan sedimen atau endapan, atau
batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan atau akumulasi dari material
pembentuk atau asalnya pada suatu tempat. Proses sedimentasi umumnya terjadi
pada daerah pantai yang mengalami erosi karena material pembentuk pantai
terbawa arus ke tempat lain dan tidak kembali ke lokasi semula. (Firmansyah dkk,
2014).
Sedimen laut berasal dari daratan dan hasil aktivitas (proses) biologi,
fisika dan kimia baik yang terjadi didaratan maupun di laut itu sendiri, meskipun
ada sedikit masukan dari sumber vulkanogenik dan kosmik. Sedimen laut terdiri
atas materi-materi berbagai sumber. Faktor yang mempengaruhi tipe sedimen
yang terakumulasi antara lain adalah topografi bawah laut dan pola iklim.
Distribusi laut saat ini merupakan refleksi iklim dan pola arus. Tipe sedimen dasar
laut berubah terhadap waktu karena perubahan cekungan laut, arus dan iklim.
Urutan dan karakteristik sedimen baik struktur maupun tekstur yang tergambar
dalam lapisan sedimen menunjukkan sebagian perubahan yang terjadi di atasnya.
Struktur biogenik terbentuk oleh organisme pada saat sedimennya
diendapkan. Karena struktur kimia terbentuk setelah pengendapan dan karena
umumnya tidak berkaitan dengan proses-proses sedimentasi.Struktur ini dapat
menunjukkan lingkungan pengendapan, tingkat dan proses sedimentasi Binatang
dapat meninggalkan jejak dengan cara menyentuh, menapak, bergerak melintasi,
makan pada permukaan sedimen, member/melubangi endapan sedimen untuk
mencari makanan, menggali lubang untuk hidup dan membentuk suatu bentukan
setelah keluar dari lubang sedimen

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan struktur biogenik ?
2. Apa saja penggolongan fosil ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi struktur biogenik
2. Untuk mengetahui jenis-jenis penggolongan fosil
BAB II
TINJAUAN TEORI

ahli sedimentologi hendaknya selalu waspada karena dia mungkin


menemukan struktur sedimen yang terbentuk akibat aktivitas organisme,
misalnya track, trail, dan lubang galian (burrow). Struktur biogenik (biogenic
structures) sering ditemukan dalam beberapa tipe sedimen. Struktur itu muncul
pada bidang perlapisan, baik bidang perlapisan atas maupun bidang perlapisan
bawah, serta dapat terlihat pada bidang yang tegak lurus terhadap bidang
perlapisan.Meskipun telah diketahui keberadaannya sejak lama, namun
pemelajaran yang sistematis terhadap struktur biogenik masih relatif baru.
Sebagaimana stromatolit, para peneliti di masa lalu menganggap struktur biogenik
sebagai fosil dan kemudian memberikan nama-nama generik dan nama-nama
khusus untuk struktur tersebut. Sebagian struktur biogenik bahkan telah keliru
disalahtafsirkan sebagai fosil tumbuhan. Berbagai penelitian yang dilakukan
akhir-akhir ini berhasil menyingkapkan khuluk yang sebenarnya dari struktur itu
serta memperlihatkan bahwa struktur itu, baik geometri maupun ornamentasi
mendetilnya, merupa-kan rekaman aktvitias organisme. Beberapa organisme dapat
menghasilkan struktur yang sama, padahal organisme-organisme itu tidak
memiliki kaitan biologi sama sekali. Pengetahuan yang kita miliki mengenai
struktur biogenik banyak diperoleh dari hasil-hasil penelitian terhadap struktur
biogenik masa kini sejalan dengan dilakukannya penelitian-penelitian terhadap
lingkung-an sedimentasi masa kini. Penelitian-penelitian pionir penting yang
berkaitan dengan struktur biogenik dilakukan oleh J. Walther pada suatu stasiun
penelitian bahari di Teluk Naples serta oleh Rudolph Richter pada stasiun
pengamatan Senckenberg-am-Meer di Laut Utara.Dalam tulisan ini hanya akan
disajikan sebuah ikhtisar yang sangat ringkas mengenai struktur biogenik.
Penjelasan yang lebih mendetil mengenai iknofosil (ichnofossil) dapat diperoleh
dari karya tulis Abel (1935), Krejci-Graf (1932), Lessertisseur (1955), Häntzschel
(1962), Seilacher (1953, 1964a, 1964b), serta Crimes & Harper (1970).Struktur
biogenik berbeda dari fosil tubuh (body fossil) karena tidak akan terombakkan dan
terendapkan-ulang. Meskipun struktur biogenik merekam aktivitas tertentu dari
suatu binatang, misalnya kebiasaan membuat lubang galian atau cara makan,
namun fosil itu terutama sangat bermanfaat untuk menentukan lingkungan dimana
organisme itu hidup. Kumpulan “fosil jejak” (“trace fossil”) terbukti merupakan
indeks yang sangat baik dari fasies sedimen dan kedalaman (gambar 4-15).Fosil
jejak juga memberikan informasi tentang laju sedimentasi dan merupakan
penunjuk kadar racun di dasar suatu wilayah perairan. Fosil jejak juga terbukti
sangat membantu dalam menentukan posisi stratigrafi pada lapisan-lapisan yang
miring curam atau lapisan-lapisan yang telah terbalik.
2.1 Penggolongan
Fosil jejak dapat digolongkan dengan beberapa cara. Seilacher (1964a),
misalnya saja, mengenal adanya lima kelas fungsional dari fosil jejak
berdasarkan tingkah laku organisme pembuatnya. Kelima kelas itu adalah:

1. Jejak istirahat (resting mark; Ruhrspuren; Cubichnia), yakni jejak


dangkal yang dibuat oleh organisme mobil ketika ber-istirahat di
dasar perairan.
2. Jejak rangkakan (crawling trail; Kreichspuren; Repichnia), yakni
jejak yang dibuat oleh organisme mobil ketika bergerak secara
merangkak di atas massa sedimen.

3. Jejak perlindungan (residence structure; shelter structure;


Wohnbauten; Domichnia), yang pada dasarnya merupakan struktur
permanen, biasanya berupa lubang galian yang dibuat oleh
organisme mobil atau organisme yang hidupnya agak melekat pada
sedimen. Lubang itu dibuat untuk melindungi organisme
pembuatnya dari predator atau dari proses pengeruk-an sedimen.

4. Struktur pencarian makan (feeding structure; Fressbauten;


Fodinchnia), yakni lubang galian yang dibuat oleh organisme sesil
pemakan sedimen. Struktur itu umumnya memiliki pola radial.

5. Jejak rayapan (grazing trail; Weidespuren; Pasichnia), umumnya


berupa jejak sinusoidal atau lubang galian organisme pemakan
lumpur pada atau di bawah bidang batas sedimen-air.
Seseorang juga dapat menggolongkan struktur biogenik
berdasarkan hubungannya dengan bidang perlapisan, geometrinya, atau
berdasarkan ornamentasi atau struktur internalnya. Sebagian struktur
biogenik hanya terbatas pada bidang perlapisan. Hal itu terutama berlaku
untuk track dan trail. Bentuk dan pola struktur itu bervariasi, mulai dari
jejak istirahat berukuran kecil, yang dibuat oleh organisme yang dapat
berenang secara bebas, hingga jejak kaki dinosaurus. Struktur itu juga
mencakup lekukan-lekukan menerus dan berkelok-kelok yang dibuat oleh
organisme yang merayap di atas sedimen. Banyak jejak istirahat mem-
perlihatkan simetri bilateral. Banyak trail juga memperlihatkan sifat
bilateral karena binatang yang menghasilkannya memiliki simetri bilateral.
Sebagian struktur biogenik bersifat kompleks sebagai hasil pergerakan
anggota badan dan ekor.Jejak rayapan juga merupakan struktur bidang
perlapisan yang dengan pola yang beragam. Sebagian diantaranya berupa
jejak sinusoidal; sebagian memperlihatkan keteraturan yang
mengagumkan; sebagian berbentuk spiral; sebagian memperlihat-kan
sinusoitas yang sistematis dan teratur dan sebagian lain memperlihatkan
jaringan poligonal (Paleodycton). Secara umum, jejak rayapan hanya
terbentuk pada permukaan lumpur dan, oleh karena itu, hanya terawetkan
sebagai cast pada bidang perlapisan bawah batulanau atau batupasir
halus.Struktur biogenik lain lebih jelas terlihat pada bidang yang lebih
kurang tegak lurus terhadap bidang perlapisan. Sebagian struktur itu
berbentuk tabung sederhana, misalnya Skolithus, sedangkan sebagian lain
memiliki pola yang lebih kompleks. Banyak diantaranya berupa tabung
berbentuk U. Lubang galian dapat tunggal maupun bercabang. Material
pengisi lubang galian umumnya memiliki tekstur yang berbeda dengan
batuan setempat dan dalam beberapa kasus proses pengisian ber-langsung
secara berangsur dan menerus, namun dapat pula tidak berkesinambungan.
Lubang galian sudah barang tentu dapat mencapai bidang batas sedimen-
fluida. Pada struktur pencarian makanan, jejak-jejak pada bidang
perlapisan dapat bersambung dengan lubang galian, biasanya menyebar
dari lubang itu. Karenanya, struktur tersebut memiliki komponen lateral
maupun komponen vertikal.Sebagian besar lubang galian juga dapat
terletak horizontal pada bidang perlapisan, bahkan dalam tubuh lapisan.
Sebagian lubang galian melebar ke dalam hingga jarak sekitar 20 cm atau
lebih, dari permukaan. Sebagian lain merupakan lubang galian
dangkal.Lubang galian dapat dikenal pada bidang yang memotong bidang
perlapisan oleh perbedaan tekstur material pengisinya serta oleh batuan
sampingnya, terutama oleh penghancuran perlapisan yang ditembusnya.
Jika lubang galian cukup melimpah, hanya jejak-jejak samar dari bidang
perlapisan asli saja yang masih dapat terlihat (Moore & Scrutton, 1957).
Batuan itu mungkin “terjungkirbalikkan” atau “terbajak” oleh orgenisme.
Bioturbasi (bioturbation) adalah istilah yang dipakai untuk menamakan
aksi tersebut, sedangkan istilah bioturbit (bioturbite) digunakan untuk
menamakan batuan yang dikenai oleh aksi itu .

2.2 Kebenaran Geologi

Struktur biogenik sangat bermanfaat untuk menentukan urut-urutan


stratigrafi dalam paket batuan vertikal atau paket batuan yang telah
mengalami pembalikan (Shrock, 1948). Banyak struktur biogenik
terawetkan sebagai cast pada bidang perlapisan bawah batupasir.
Struktur biogenik juga dapat memberi petunjuk mengenai laju
sedimentasi. Seilacher (1962) memperlihatkan bahwa lapisan-lapisan
batupasir dalam sekuen flysch pada dasarnya merupakan endapan
seketika. Jika tidak demikian, lubang-lubang galian akan dapat dimulai
pada level yang berbeda-beda dari lapisan itu; bukan hanya dimulai dari
puncak lapisan. Batupasir pada beberapa “Portege” sequence Devon di
Pennsylvania memiliki laminasi yang demikian halus; lapisan lain yang
berasosiasi dengannya terbioturbasi. Pasir berlaminasi yang tidak
terganggu diendapkan dengan sangat cepat (paling lama hanya beberapa
hari), sedangkan lumpur yang banyak dikenai aksi pembuatan lubang
diendapkan bertahun-tahun, bahkan mungkin berabad-
abad.Ketidakhadiran lubang galian dan preservasi laminasi tidak selalu
mengimplikasikan sedimentasi yang cepat. Hal itu mungkin
mengimplikasikan penghambatan kehidupan bentos karena kondisi
beracun akibat hadirnya H2S bebas atau akibat tidak adanya oksigen.
Kumpulan fosil jejak juga dapat berkorelasi dengan salinitas (Seilacher,
1963).Aspek paling bermanfaat dari kumpulan fosil jejak adalah sebagai
dasar penunjuk fasies. Seilacher (1964), misalnya saja, mendefinisikan
empat fasies yang masing-masing dicirikan oleh kumpulan iknofosil
tersendiri. Fasies Nereites, mencirikan cekungan flysch atau cekungan
turbidit. Fasies Zoophycus mencirikan lingkungan perairan-dangkal,
namun tenang. Fasies Cruziana menempati paparan dangkal.
Fasies Skolithus pada dasarnya merupakan fasies pesisir berenergi tinggi.
Lingkungan turbidit perairan-dalam (fasies Nereites) terutama dicirikan
oleh jejak rayapan. Hal itu berbeda dengan lingkungan pesisir turbulen
yang didominasi oleh lubang galian yang dibuat sebagai tempat
perlindungan atau lubang galian yang dibuat dalam rangka mencari
makanan. Morfologi fosil jejak sudah barang tentu mencerminkan
organisme yang bertanggungjawab terhadap pembentukannya serta
adaptasi organisme itu terhadap kondisi lingkungan.Pendeknya, fosil jejak
merupakan sebuah alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para ahli
sedimentologi. Sebagaimana aspek-aspek batuan sedimen yang lain, fosil
jejak dapat dipetakan dan digunakan untuk mendefinisikan sabuk-sabuk
fasies utama (Farrow, 1966) serta untuk membantu dalam menafsirkan
perubahan-perubahan kedalaman (Seilacher, 1967)
2.3.jenis jenis fosil jejek
1. Tracks (jejak berupa tapak organisme)
2. Trails ( jejak berupa seretan bagian tubuh organisme)
3. Burrows (lubang atau bahan galian hasil aktivitas organisme )
4. Mold (cetakan bagian tubuh organisme )
5. Cast (cetakan dari mold)
6. Resting, crawlimg and grazing traces dwelling,feeding and burrows
1. Track : jejak kaki, terbentuk karena penjejekan organisme di permukaan
sedimen

2. Trail: seretan, terbentuk karena seretan suatu organisme di permuakaan


bumi

3. Burrow: galian terbentuk karena adanya lubang-lubang galian oleh


organisme
4. Ichnofasies: merupakan paleontologi pada analisia kumpulan fosil jejek
untuk menafsirkan lingkungan pengendapan dan fasies sedimentasi .
5. Stromatalit, merupakan hasil aktivitas alga biru-hijau yang berbentuk
lembaran,dijumpai di dasar laut dan pelarutan kalsium karbonat serta pada
prekambrian proterozoik

.
BAB 3
PEMBAHASAN

Sedimentasi merupakan proses pembentukan sedimen atau endapan, atau


batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan atau akumulasi dari material
pembentuk atau asalnya pada suatu tempat. Proses sedimentasi umumnya terjadi
pada daerah pantai yang mengalami erosi karena material pembentuk pantai
terbawa arus ke tempat lain dan tidak kembali ke lokasi semula.
Struktur biogenik terbentuk oleh organisme pada saat sedimennya diendapkan.
Karena struktur kimia terbentuk setelah pengendapan dan karena umumnya tidak
berkaitan dengan proses-proses sedimentasi.Struktur ini dapat menunjukkan
lingkungan pengendapan, tingkat dan proses sedimentasi Binatang dapat
meninggalkan jejak dengan cara menyentuh, menapak, bergerak melintasi, makan
pada permukaan sedimen, member/melubangi endapan sedimen untuk mencari
makanan, menggali lubang untuk hidup dan membentuk suatu bentukan setelah
keluar dari lubang sedimen
Struktur biogenik sangat bermanfaat untuk menentukan urut urutan stratigrafi
dalam paket batuan vertikal atau paket batuan yang telah mengalami pembalikan
(Shrock, 1948). Banyak struktur biogenik terawetkan sebagai cast pada bidang
perlapisan bawah batupasir.
Struktur biogenik juga dapat memberi petunjuk mengenai laju sedimentasi.
Seilacher (1962) memperlihatkan bahwa lapisan-lapisan batupasir dalam sekuen
flysch pada dasarnya merupakan endapan seketika. Jika tidak demikian, lubang-
lubang galian akan dapat dimulai pada level yang berbeda-beda dari lapisan itu;
bukan hanya dimulai dari puncak lapisan. Batupasir pada beberapa “Portege”
sequence Devon di Pennsylvania memiliki laminasi yang demikian halus; lapisan
lain yang berasosiasi dengannya terbioturbasi. Pasir berlaminasi yang tidak
terganggu diendapkan dengan sangat cepat (paling lama hanya beberapa hari),
sedangkan lumpur yang banyak dikenai aksi pembuatan lubang diendapkan
bertahun-tahun, bahkan mungkin berabad-abad.Ketidakhadiran lubang galian dan
preservasi laminasi tidak selalu mengimplikasikan sedimentasi yang cepat
BAB
PENUTUP

KESIMPULAN
Struktur sedimen adalah kelainan atau perubahan dari perlapisan yang
disebabkan oleh proses yang terjadi selama pengendapan berlagsung atau setlah
proses pengendapan.
Berdasarkan waktu terbentuknya struktur sedimen terbagi :
1. Struktur primer, terbentuk saat pembentukan batuan sedimen
Dibagi menjadi :
a) Struktur fisika, contohnya : bedding, cross bedding, graded
bedding, inverted graded bedding, lamination.
b) Struktur biologi, contohnya : track, trail, burrow, cast, mold.
c) Struktur kimia, contohnya : nodule, konkresi
2. Struktur sekunder terbentuk setelah pembentukan batuan sedimen. Dibagi
menjadi :
a) Struktur sedimen pengendapan
b) Struktur sedimen erosional
c) Struktur pengendapan pada batu gamping
d) Struktur sedimen post-pengendapan
e) Struktur sedimen biogenik
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

MAKALA STRUKTUR SEDIMEN BIOGENETIK

OLEH :
KELOMPOK : 7
1. MASNIARTI OMIANDA (R1C118019)
2. MUH REZKY RUSDIYANTO.B (R1C118031)
3. MOSES PAONGANAN (R1C118035)
4. MUHAMMAD LA ODE IMRAN (R1C118071)
5. ANISA RAHMAWATI (R1C118003)
6. HENDRY ADHI WINARTO (R1C1180 11)
7. PITRIANI (R1C118041)
8. MUHAMMAD RESTU IRGI (R1C118093)
9. MUHAMMAD AlFANDI PATI GEO (R1C118057)
10. JUSMAN (R1C118009)
11. FADILLA FITRIANI (R1C117006)

KENDARI
2019

Anda mungkin juga menyukai