Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
TUGAS UTS
GEOKIMIA

OLEH :

KELOMPOK 4

LA ODE RASBI MULLAH (R1C118012)


INDA NUR QHOFIFA (R1C118013)
MUHAMMAD APRYANTO GAZALI (R1C118014)
MA’RIF (R1C118016)
SITTI NURUL ANITTA (R1C118022)
SITI HAWA NUR FADILLAH (R1C118024)
FITRIANI ADININGSIH TAWAKAL (R1C118026)
FADLI HAMDAN IKBAL (R1C118028)
TRYANA RAHMAT (R1C118030)
MUSLIM SAIFULLOH (R1C118032)
DINUL MUSLIM (R1C118036
MUHAMMAD SUHARDIN RAUF (R1C11803B)
MASTAN (R1C118046)
ROLAN (R1C118048)
SUFI AMRULLAH (R1C118050)
MUHAMMAD FAJAR IHSAN (R1C118052)

KENDARI
2020
PENDAHULUAN
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan lapangan untuk
mendapatkan informasi geologi permukaan dengan hasil dikemas dalam
bentuk peta geologi yang terdapat informasi mengenai sebaran, jenis, dan
susunan batuan serta struktur geologi yang kemungkinan dapat
mempengaruhi pola penyebaran batuan. Peta geologi merupakan salah satu
komponen bagi perencanaan eksplorasi sumber daya mineral, air tanah,
migas, dan pengembangan wilayah serta mitigasi kebencanaan geologi.
Pemetaan geologi dilaksanakan untuk mendukung Master Plan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) . Dengan
mempertimbangkan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu pusat
produksi dan pengolahan hasil tambang serta lumbung energi nasional. Peta
geologi yang dihasilkan harus memiliki keakuratan yang tinggi. Maka perlu
didukung dengan data geokimia yang mumpuni.
Salah satu analisis geokimia yang dilakukan pada kegiatan ini adalah
menggunakan X-Ray Flourescence (XRF) ARL 9900 untuk menganalisis
unsur – unsur utama. Sedangkan untuk analisis unsur-unsur jejak dan tanah
jarang menggunakan ICP-MS.
GEOLOGI REGIONAL
Daerah daratan Kalimantan, Batuan tertua di daerah penelitian ini
adalah batuan dasar ultramafic (harzburgit, peridotit, serpentinit dan gabbro)
dan batuan metamorf Kapur Awal (hornblende sekis, mika sekis, epidot sekis,
glaukofan sekis dan amfibolit) Batuan dasar ini diterobos oleh granitoida
Kapur Akhir dan ditimbun oleh endapan Klastik Kapur (Endapan Pitap) dan
karbonat (Batu Nunggal Kapur), serta gunung berapi (Vulkanik Haruyan)
Batuan granitoid banyak terhampar luas di bagian barat jalur Meratus.
Dengan jenis batuan utama adalah granit hipidiomorfik holokristalin, tonalit,
tronjemit dan diorit. Geokimia unsur utama secara keseluruhan, granitoida
merupakan magmatisme daerah subduksi yang khas.
Stratigrafi Regional
Peta Geologi Cekungan Barito tersaji pada Gambar 1 , sedangkan
korelasi satuan batuannya dapat dilihat pada

Secara umum stratigrafi batuan yang menempati Cekungan Barito


Barat dapat dibagi menjadi tiga kelompok yakni Pra-Kapur, Kapur Akhir dan
Tersier. Ketiga kelompok tersebut terpisahkan oleh ketidakselarasan.

METODE ANALISIS
Semua uji batuan dilakukan mengikuti prosedur yang ditetapkan
internasional (SNI dan ASTM). Sebanyak 28 sampel batuan hasil survei
lapangan. (Formasi Granit)
Analisis X-Ray Fluorescence (XRF)
Sampel dikeringkan selama paling sedikit 4 jam dalam oven pada
temperatur 110 ° C. Proses selanjutnya adalah penentuan kadar LOI dengan
menggunakan metode gravimetri. Prinsipnya yaitu berdasarkan selisih massa
dari sampel sebelum dan sesudah pemijaran dibagi massa total sampel
sebelum pemijaran lalu dikalikan 100 %. Kemudian, persen LOI yang
didapatkan dimasukkan ke software input data pengukuran alat XRF.
Penentuan kadar LOI ini dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 1 gr
sampel dipanaskan dalam oven sampai temperatur 1100 °C.
Analisis ICP-MS
Proses preparasi sampel serbuk halus 200 mesh diawali dengan
tahapan destruksi substansi material batuan menjadi senyawa anorganik
dalam suasana asam sehingga dapat dilakukan analisis kuantitatif dengan
menggunakan ICP-MS Thermo Icap Q. Proses destruksi dilakukan dengan
menggunakan metode microwave tabung tertutup, sehingga diharapkan tidak
ada material sampel yang terpecik keluar dan merata diseluruh bagian.
AsalMagmaBerdasarkanUnsurUtama
Analisis penentuan asal magma menggunakan diagram trilinier
berdasarkan perbandingan persentase berat senyawa TiO2, 10XMnO, dan
10XP2O5. Berdasarkan sampel yang di analisis, menujukkan bahwa sampel
yang berasal dari Formasi Cibanjaran dan Formasi Galunggung Tua (cinder
cone) berkaitan dengan pembentukan island arc tholeiite sedangkan sampel
yang berasal dari Formasi Tasikmalaya (Bukit 10000) berkaitan dengan
pembentukan island arc calc-alkaline basalt.
KedalamanMagmaAsa
l Hutchinson (1977) menyusun rumus untuk mengetahui kedalaman
magma berdasarkan kandungan SiO2 dan K2O. Proses tunjaman akan
menghasilkan panas jalur penekukan sehingga aliran panas yang tinggi akan
meinimbulkan aktifitas magma pada jalur Benioff. Diferensiasi atau asimilasi
magma dengan kerak bumi yang dilaluinya saat bergerak ke atas sebagai
pluton atau vulkanisme akan mengakibatkan perubahan komposisi magma.
h=[320-(3,65x%SiO2)]+(25,52x%K2O)
GeokimiaUnsurJejak
Analisis kimia unsur jejak pada delapan sampel batuan Gunung
Galunggung menggunakan parameter Ba, Ce, Cr, Cu, Dy, Ga, Hf, Mo, Nb,
Nd, Ni, Pb, Pr , Rb, Sr, Sc, Th, U, V, Y, Yb, Zn, Zr, dan Co menghasilkan
hasil yang bervariasi dalam ppm. Apabila dibandingkan dengan hasil analisis
kimia unsur jejak Bronto (1989) sebagai data pembanding, hasilnya sangat
jauh berbeda.Gerbe (1991) menyatakan bahwa erupsi 1982-1983 pada
Gunungapi Galunggung menghasilkan High-Mg basalts dengan kandungan
primitif (10-12 wt% MgO, 180-200 ppm Ni, dan 550-700 ppm Cr), sedangkan
Tatsumi & Eggins (1995) dalam Smith et al (1997) menyatakan magma
primer dengan kandungan Mg sekitar 70 atau lebih, unsur kompatibel yang
melimpah seperti Ni > 200 ppm dan Cr > 400 ppm. Apabila dibandingkan
dengan data analisis geokimia pada sampel No. 30, 254, 256, hasilnya tidak
terlalu jauh dimana mempunyai unsur mayor MgO (8-10,6 wt%),
unsurjejakNi(±165-174ppm),danCr(±522-593ppm). Berdasarkan hal tersebut,
sampel No. 30, 254, dan 256 itu dapat disimpulkan berasal dari Formasi
Cibanjaran dan merupakan hasil erupsi Gunungapi Galunggung 1982-1983.
Hal tersebut bisa jadi merupakan sesuatu yang aneh karena basalt primitif
biasanya tidak ditemukan pada batas lempeng konvergen (Nye dan Reid,
1986 dalam Bronto, 1989).
4.1.2.1AsalMagmaBerdasarkanUnsurJejak
Analisis penentuan asal magma menggunakan diagram trilinier
berdasarkan perbandingan nilai persentase berat unsur jejak 2xNb’, Zr/4, dan
Y. Berdasarkan sampel yang di analisis, menujukkan bahwa sampel yang
berasal dari Formasi Cibanjaran dan Bukit 10000 berkaitan dengan
pembentukan within plate tholeiites and volcanic arc basalt sedangkan
sampel yang berasal dari Cindercone berkaitan dengan pembentukan N-type
MORBandvolcanicarcbasalt.
Meskipun begitu, delapan sampel tersebut dapat digolongkan pada
tatanan tektonik volcanic arc basalt tidak berbeda jauh dengan hasil analisis
asal magma menggunakan unsur utama sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel Gunungapi Galunggung terbentuk pada tatanan tektonik volcanic arc
yang merupakan deretan gunungapi dihasilkan oleh adanya serangkaian
proses subduksi berupa islandarc.

Berdasarkan Gambar 5 di atas tampak dengan jelas terdapat


dua profil kurva yang berbeda kecenderungannya. Hal ini dimungkinkan
terjadi karena terdapat dua sumber magma yang berbeda sehingga
kelompok batuan tersebut mempunyai karkateristik yang berbeda. Garis yang
berwarna hijau merupakan sampel batuan yang diambil dari Formasi
Kelompok Batuan Haruyan. Sedangkan garis yang berwarna merah muda
merupakan profil kurva yang dihasilkan dari Kelompok Batuan Granit
Belawayan.
Unsur tanah jarang (REE) telah terbukti menjadi indikator geokimia
yang efektif, karena sifat sensitivitasnya terhadap proses pendinginan fluida
yang beroperasi selama genesis dan evolusi magma. Dari kurva di atas,
terdapat anomali negatif dari unsur Serium (Ce) dan Europium (Eu). Unsur-
unsur tanah jarang ini biasanya berperilaku sama karena ukurannya sama
dan terjadi secara eksklusif sebagai kation trivalen, kecuali CeDADAD
DAFTAR PUSTAKA

Rohiman.A dkk., 2017. Analisis Geokimia untuk Pemetaan Geologi Skala 1 : 50.000 Lembar
Kandangan Bagian Selatan, Kalimantan Selatan., Prosiding snips 2017 ; (2-9).,
Lab. Pusat Survei Geologi, Sub Bidang Geologi Dasar dan Terapan, Bidang
Geosains, Pusat Survei Geologi Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral Republik Indonesia, Jl. Djunjunan no. 236 Bandung, Indonesia,
40174., Tim Pemetaan, Sub Bidang Pemetaan Sistematik,Bidang Pemetaan,
Pusat Survei Geologi Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral Republik Indonesia, Jl. Diponegoro no. 57 Bandung, Indonesia, 40122

Anda mungkin juga menyukai